Sepotong Hati di Segelas Milkshake Cokelat (Bagian Lima)
Bagi yang belum membaca bagian satu sampai empat, silahkan baca di sini ya.
***
Mei hanya memesan frappuccino
dingin, sedangkan Agus memesan french
fries dan minuman favoritnya, milkshake cokelat.
Beberapa saat kemudian, pramusaji berseragam hitam dengan motif garis merah mengantarkan pesanan mereka dan meletakkannya di atas meja. Lalu, Mei pun segera meminum pesanannya yang baru saja tiba itu.
Agus terdiam. Melihat ekspresi Mei yang lucu saat meminum frappuccino sambil memejamkan mata. Agus tampak bingung ingin memujinya seperti apa. Ia mulai memikirkan kata-kata yang puitis.
“Haus banget ya, Mbak?” tanya Agus meledek.
Maksud ingin
memuji, tetapi malah kalimat itu yang terlontar.
“Um....” Mei membuka matanya dan mencoba berbicara sambil minum. “Ng... nggak, kok. Cuma ngerasa cuaca siang ini panas banget. Dari tadi kita ngobrol tanpa minum. Jadi, rasanya dehidrasi gitu,” lanjut Mei sambil tertawa kecil.
“Bukannya itu artinya sama aja? Tetep haus banget, kan?”
“Iya-iya, gue haus,” kata Mei sedikit sewot.
Mei cemberut. Agus pun tersenyum. Kemudian ia mulai mencolekkan kentang goreng panjang-panjang itu ke saos sambal dan berakhir di mulutnya.
“Oiya, lu kenapa gak mesen makanan?” tanya Agus. “Tadi katanya mau mesen yang banyak?”
“Gapapa. Lagi diet nih gue," jawab Mei sambil ikutan menyomot french fries.
Agus memerhatikan tubuh Mei yang menurut dirinya sudah termasuk wanita langsing. Namun, kenapa harus diet segala? Mungkin hampir semua laki-laki juga memikirkan hal aneh pada seorang wanita kurus yang seolah-olah merasa dirinya gemuk.
Tidak ingin
membahas hal yang sensitif bagi wanita, Agus mulai berpikir topik lain. Ya,
berbicara mengenai berat badan hanya akan membuat wanita tersebut tidak nyaman.
“Kenapa macet di
Jakarta setiap sore itu nggak ada habis-habisnya ya, Mei?”
“Yah..., dia bahas
macet lagi,” ujar Mei. “Nanti giliran gue respons, eh malah bilang ‘Lupain aja’
sama lu.”
“Duh, masih inget
aja,” kata Agus, wajahnya memerah. “Habisnya suka kesel sendiri, sih. Kapan
coba kemacetan ini berakhir?!,” lanjut Agus jujur yang dibalut emosi.
“Ya, nikmatin aja,
Gus.”
“Nikmatin gimana?! Gue
udah muak sama kemacetan. Gue mulai curiga, jangan-jangan sekitar tiga sampai
lima tahun lagi kita bakalan tua di jalan. Baru buka pintu rumah udah macet.
Perjalanan dari rumah ke kampus mungkin bisa dua hari,” ucap Agus
“Hahahahahaha.”
Agus berhasil
membuat Mei tertawa. Padahal Agus memang berkata jujur dari hati. Tidak
bermaksud membuat lelucon. Tapi karena hal itu, ia mulai berani mengutarakan
pendapatnya. Sehingga tidak ada lagi kecanggungan setiap kali berinteraksi
dengan orang lain, terutama lawan jenis. Agus juga berharap dirinya bisa
semakin mencair seperti es batu di milkshake cokelatnya setiap kali berdua
dengan Mei.
***
Langit oranye yang
kemerah-merahan itu tampak sangat menggambarkan bagaimana sebuah rasa hangat
tentang kedekatan mereka hari ini.
Dalam hati Agus
mulai timbul titik-titik kebahagiaan. Titik yang seakan menjalar ke setiap
aliran darahnya. Seakan kebahagiaan itu rasanya tidak perlu lagi untuk dijelaskan.
Karena hari itu, bahagia sungguh sangat sederhana.
Sudah hampir empat
jam Agus dan Mei berbincang-bincang di kafe. Mulai dari topik perkuliahan,
sampai membahas macet, hingga selera musik favorit mereka, dan beberapa obrolan
lainnya.
“Kayaknya udah makin sore ini, Gus. Gue pamit pulang, ya. Lagian jalanan juga udah nggak semacet tadi,” pamit Mei kepada Agus.
“Kok jadi mendadak buru-buru gitu? Ada apa? Perlu gue antar pulang?” balas Agus, tidak rela harus berpisah secepat ini. Agus berharap masih bisa berlama-lama dengan Mei.
“Nggak perlu, Gus.
Kebetulan ada janji sama seseorang. Dia udah nungguin,” jawab Mei.
“Oh,” tutur Agus
lemas. “Hmm... gue boleh minta pin BBM lu, Mei?” lanjut Agus.
“Pin?” tanya Mei
sedikit terkejut.
“Iya. Punya BBM,
kan?”
“Punya,” jawab Mei.
“Boleh aja, sih, tapi jangan sekarang, ya. Kita, kan, baru kenal. Hehe,”
lanjutnya.
Agus sudah
memberanikan dirinya, tapi sayang usahanya tidak berjalan mulus.
“Oke deh, Mei.”
Agus sedikit tertawa. Mungkin ia menertawakan dirinya sendiri yang gagal.
“Gue balik ya, Gus.
See you.”
“Sip. Hati-hati,
ya!”
***
Agus masih betah
duduk di Widy cafe. Agus tidak ingin cepat menyerah. Mumpung masih di cafe, ia
memanfaatkan wifi gratisan. Agus berusaha googling mencari akun media sosial
milik Mei.
Hingga akhirnya
ketemu akun Twitter Mei: @meiriskautami.
Gadis sipit berkacamata
dengan gaya rambut yang dikuncir kuda tersenyum memamerkan gigi putihnya. Lucu
sekali avatar-nya. Meskipun penampilan Mei hari ini lebih menarik, rambut
terurai dan tanpa memakai kacamata.
Agus pun berniat stalking. Sedihnya, akun itu malah
diproteksi. Karena ada gambar gembok yang terlihat.
“Kayak kotak amal
masjid aja segala digembok!” kata Agus meracau sendiri.
***
35 comments
si agus ngobrol sama si mei di cafe selama 4 jam? kok cepet amat ya waktu 4 jamnya
ReplyDeleteengga kerasa loh, waktu 4 jamnya kerasa 5 menit suer deh
orang mah kalo 4 jam dipanjangin lagi biar beneran 4 jam
HAHAHAAA
DeleteIya besok dipanjangin lagi ya bang, biar bisa sampai 4 jam
KOK AMBIGU YAA??
Kadang berharap itu menyenangkan kalau terwujud tapi sangat menyedihkan kalau harapan tak sesui kenyataan. Gimana nasib agus nanti yak? :D
ReplyDeleteIya bener, mba. Tapi masih banyak orang yg berharap. Hahaa
DeleteBaca terus kelanjutannya, mba. Di blog Icha :))
Ini french fries nya bukan sosis goreng tepung kan?
ReplyDeleteNiat nya mau komen syariah, tapi karna bahas-bahas berat badan guas jadi sebel. mau ngambek aja ah..
Soal kata "see you" hhmm, jangan terlalu ngandelin kata see you deh, nyesek doang. Ini kenapa curcol?
Bu-bukan, Dibah. Bukan yg sosis di cafe itu, yg kayak sosis abang-abang depan esde.
DeleteHahahaaaa. Sini aku pukpuk-in biar nggak ngambek. :'D
Iya bener, Dib. Ada makna dalam dibalik kata see you. Sedih, kayak perpisahan yg menyakitkan gitu. Aku juga nggak mau ngandelin kata see you. :( takut.
See you.
Agus kehabisan bahan obrolan sih, masak ngomongin macet lagi ??
ReplyDeleteTapi ya agak sebel juga sih sama Macet, mungkin 5-10 tahun kedepan, kita ke kampus tapi macet, di perjalanan kita udah wisuda. karna saking lamanya nungguin macet.
Cieeeee akhirnya Agus sama Mei kembali.
Kasian Agus ditolak ketika minta pin bb, stalking juga gagal karna akunnya di gembok.
Kayaknya Mei mandang Agus sebagai penjahat kelamin deh..?
Buahahaha
Becanda.
Tapi masih ada harapan buat Agus untuk ketemu lagi sama Mey :)
Hhahaa iya, Ka. Agus orangnya introvert. Pemalu. Suka kikuk gitu.
DeleteHahahaaa enak gitu bang, kelamaan di jalan, tau-tau udah wisuda. :D
Wkakakaa iya iyaa bisa jadi, Ka.
Iya, baca kelanjutannya ya :))
ahaai muncul juga akhirnya yang ke 5.
ReplyDeleteduuh gak papa gagal gus untuk sekarang.
bener niki 4 jam cuma berasa 3 menit. ini samabnganya kapan muncul dan dimana?
Hahaaa iya bang,
Deletentar sambungannya muncul di blog Icha.
Nanti aku kasih linknya di postingan yaa :))
wanjir keren lan, gue suka yang "bahagia itu sederhana"
ReplyDeleteendingnya juga bikin nebak-nebak nih, gue kira-kira ya, si mei mungkin cuma ngenggep si agus cuma sebatas temen, gak lebih dari itu. jadilah friend zone~
ini bagian 6 di lapak siapa lan ?
Heheee iya bang Er, :D
DeleteHmm bener nggak ya ending tebakan lu, bang? :D
Bagian 6, di lapak Icha bang.
Bagian 7, Darma.
Bagian 8, Yoga.
Nanti kalau sudah publish, linknya gue masukin di tulisan kok :))
Aduh, kentang banget. Tapi emang di situ nilai jual penasarannya yang disuguhkan. Emang kampret dah.
ReplyDeleteSedih banget tuh si Agus. Udah ngeberaniin diri, tapi gagal. "Mungkin di part 6 bisa dapet pin BBM-nya Mei, Gus." ceritanya lagi nasehatin Agus.
Hahahaa iya bener, By.
Delete'' Iya, Bang. ''
Ceritanya Agus yang jawab.
4 jam dibilang masih buru buru?! PP Surabaya-Balikpapan udah nyampe.. Hahahaa
ReplyDeleteKok aku bacanya @meiriskautami jadi terdengar miris kau tami ya? Hehehe
Hahahaa, Agusnya lagi kasmaran gitu, Rum.
DeleteMiris kau tami. HAHAHAA YAWLOH ARUUUUM :'D
Itu down banget nggak sih Agus minta PIN BBM malah gakdikasih :' wkwkwk itu yang bikin aku suka agak gimana gitu kalau harus minta kontak cewek yang baru dikenal, kalau sekedar kenalan, boleeehlaaah~
ReplyDeleteLu pernah minta pin bbm cewek, trus nggak dikasih, gitu bang?
DeleteKayak Agus?
HAHAHAHAAAA #PrayforbangFeb.
Yuhuuuuuu Wulan sudah posting bagian kelima. Itu kasihan si Agus, kok sekarang aku jadi kengiang-ngiang kebayang kalau Agus itu orang beneran. Trus mukanya melas. Huahahaha.
ReplyDeleteNtar mudahan bagian enam, tujuh, dan delapannya, kita bisa anuin secepatnya ya, Lan. Semangats! :D
Hahahaaa mulai terbayang gitu tokohnya ya, Cha.
DeleteIya, Cha. Ntar kita anu-anuin berempat yaa.
Semangaaaat :))
poor agus :")
ReplyDeletekenapa yang namanya mei selalu identik dengan mat asipit yak... gue curiga itu si mei mesen frappucino karena abis dapet potongan diskon starbucks di line. HMMM
Hahaa iya, Jev. Rada-rada chinnese gitu.
DeleteHahahahaa diskon starbucks line. HAHAAA
Makasih Wulan udah diubah jadi yang editan versi terbaru. Maaf ngerepotin. Haha.
ReplyDeleteHabis ini tempat Icha, ya. Waah. Kudu buru-buru edit bagian Darma dan gue nih. :))
Sama-sama, Yog.
DeleteLu yang repot, ngeditin tulisannya. Hahaa
Iya, Yog. Semangat ya. :))
kenapa cuma sedikit saya sakau, udah nunggu lama, tentang agus ini..kelanjutanya kapan ? di blog siapa ?
ReplyDeleteHahahaa maapkeun kita Mae. Kemarin WIDY pada sibuk semua dgn kegiatan masing-masing. Hehee
DeleteDi blog Icha, Mae. Itu udah ada linknya di postingan :))
Selamat membaca.
Apa mei lagi PMS ya jadi rada sewot pas diajak bcanda hahhaha
ReplyDeleteHmmmm rupanya agus baru sampai menuju stalking ya, duh diprotek lagi, jajangan jangan si mei udah punya cem ceman...
#agus mulai bersuuzon...
Hahaha iya bisa jadi, Mba. :'D
DeleteIya, mba. Agus kasian. Baru mau stalk, udah ada kendalanya. :'D
Huah, kasian banget si Agus, gak dapet pin BB-nya Mei. Padahal mereka berdua udah ngobrol lama di kafe, kan setidaknya bisa tukeran kontak biar bisa kenal lebih jauh xD
ReplyDeleteGembok emang selalu jadi penghalang. Gagal stalking deh :')
Lanjutannya di blog Icha ya? :3
Iya, pengennya begitu ya, Nov. Biar lebih akrab.
DeleteIyah bener, Nov. Kasian Agus, malah di gembok twitternya/ Wkwkw
Iya, bener Nov. Udah publish hari ini di blog Icha. Selamat membaca yaa :))
Si agus keren, bisa cairin suasana. Langsung ke blog icha dulu lah, baca lanjutan nya
ReplyDeleteIya bang Uben.
DeleteCuss ke blog Icha dan Darma yaa :))
Sorry Lan, telat baca nih gua bagian yang kelima ini. Tapi gua seneng akhirnya cerbung WIDY rilis lagi :D
ReplyDeleteSi Mei mesennya frappuccino, enak banget tuh buat diminum sambil ngobrol hehe. Agus, pilihan lo untuk tidak membahas masalah berat badan wanita itu tepat sekali bro, karena itu sangat sensitif dan gua tahu akibatnya :p
Well, meskipun balik lagi membahas tentang kemacetan, at least Agus udah berhasil mencairkan suasana. Sayang, dia belom berhasil dapet pin BB-nya Mei. Sabar Gus, sabar, akan ada waktunya :D
Hm, akun twitter-nya diprotect ya, lagi-lagi apes. Mesti gerilya cari akun medsos lainnya tuh hehe. Atau jangan-jangan si Mei punya blog juga? Pasti seru kalo si Mei punya blog, jadi Agus bisa lebih tahu jalan pikirannya :)
Baru bisa mampir lagi nih, hehe.
ReplyDeleteDi bagian ini kok si Agus kayak aku yah, minta pin tapi gadikasih alasannya baru kenal. :'v
Tapi aku ga bahas macet kok. #CurhatBah,-
Kira-kira itu siapa yg nungguin si Mei yak? hmmm..
Cus tempat Icha dulu. :D
mungkin yang akan ditemui sama si mei itu suaminya hahaha X)
ReplyDeleteKomentarnya ditunggu kakak~