Anak Pramuka
Gue anak pramuka.
Iya dulu, waktu SD.
Dulu gue bisa menghafal tri satya dan dasa dharma pramuka dalam waktu satu malam. Dulu gue hafal semua sandi dan kode. Kamu aja yang dikode nggak pernah peka. Aqu lelah mzz..
Gimana enggak hafal, kemana-mana gue selalu bawa buku saku pramuka. Berhubung bukunya kecil, itu bisa membuat gue dengan mudah memasukkannya di kantung baju atau menyelipkannya di belahan. Belahan buku tulis maksudnya.
Iya dulu, waktu SD.
Dulu gue bisa menghafal tri satya dan dasa dharma pramuka dalam waktu satu malam. Dulu gue hafal semua sandi dan kode. Kamu aja yang dikode nggak pernah peka. Aqu lelah mzz..
Gimana enggak hafal, kemana-mana gue selalu bawa buku saku pramuka. Berhubung bukunya kecil, itu bisa membuat gue dengan mudah memasukkannya di kantung baju atau menyelipkannya di belahan. Belahan buku tulis maksudnya.
Gue mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah saat duduk
di kelas 4 SD, sementara saat itu kakak gue duduk di kelas 5 SD. Setiap hari
Kamis, gue rela panas-panasan berbaris di lapangan sekolah. Demi pramuka aja
aku rela panas-panasan, apalagi demi kamu.
Alhasil setiap selesai pramuka, keringat dengan ekstra daki bercucuran di sekujur tubuh gue. Belum lagi kalau ada aroma menyengat dari kaus kaki hitam pramuka milik temen gue. Sinar matahari yang menguap membuat aroma khas surga itu menusuk indera penciuman. Baunya sumpah, parah.
Sampai suatu hari, Pembina pramuka memberikan informasi bahwa lusa akan diadakan camping atau perkemahan oleh anak pramuka.
Semuanya pada senang. Bersorak girang kayak menang undian dari frutang.
Kemahnya di mana? Di hutan? Bukan.
Di tepi sungai? Bukan juga.
Di pedesaan? Bukan. Di pegunungan? BUKAN.
Alhasil setiap selesai pramuka, keringat dengan ekstra daki bercucuran di sekujur tubuh gue. Belum lagi kalau ada aroma menyengat dari kaus kaki hitam pramuka milik temen gue. Sinar matahari yang menguap membuat aroma khas surga itu menusuk indera penciuman. Baunya sumpah, parah.
Sampai suatu hari, Pembina pramuka memberikan informasi bahwa lusa akan diadakan camping atau perkemahan oleh anak pramuka.
Semuanya pada senang. Bersorak girang kayak menang undian dari frutang.
Kemahnya di mana? Di hutan? Bukan.
Di tepi sungai? Bukan juga.
Di pedesaan? Bukan. Di pegunungan? BUKAN.
Kemahnya di lapangan olahraga sekolah. Lapangan bertanah
kuning. Ntaps!
Sesampainya pulang ke rumah, gue dan kakak langsung
mengabari Ibu dan Ayah. Menceritakan semuanya agar mempersiapkan barang bawaan
yang akan di bawa.
Dari rumah, gue mempersiapkan untuk membawa baju tidur, sikat gigi, sandal jepit, baju ganti, singlet, kolor, air mineral, sirup, biskuit, kecap abese, roti, senter, selembar kain dan korek api.
Dari rumah, gue mempersiapkan untuk membawa baju tidur, sikat gigi, sandal jepit, baju ganti, singlet, kolor, air mineral, sirup, biskuit, kecap abese, roti, senter, selembar kain dan korek api.
Ini kemping udah kayak warga kena ungsi.
Gue sempat merengek sama Ibu demi mempertahankan sebotol sirup marjan.
‘’ Buat apa sih, Dek bawa sirup. ‘’ Ibu mengeluarkan sebotol sirup marjan merah dari tas gue yang udah padat kayak tas abang-abang sales obat kuat.
Betewe, waktu itu gue masih dipanggil dengan sebutan ‘adek’ di rumah.
‘’ Nggak papa, Bu. Kalau nanti adek haus, mau minum sirup gimana? ‘’
Lah, dikata lebaran bisa minum-minum sirup. Sekalian aja bawa toples kue nastar dan kue bawang.
Akhirnya Ibu mengalah dengan membiarkan sebotol sirup itu
masuk secara paksa ke dalam tas kembali.
Setelah diantar Ayah, gue sampai di lapangan sekolah dengan membawa banyak tas yang gue jinjing serta ransel punggung yang padatnya bukan main.
Gue, kakak dan seorang temannya langsung mendirikan tenda. Setelah mendirikan tenda yang akan dihuni oleh tiga orang di setiap tendanya, gue langsung mencari baju dan handuk untuk segera mandi.
Setelah diantar Ayah, gue sampai di lapangan sekolah dengan membawa banyak tas yang gue jinjing serta ransel punggung yang padatnya bukan main.
Gue, kakak dan seorang temannya langsung mendirikan tenda. Setelah mendirikan tenda yang akan dihuni oleh tiga orang di setiap tendanya, gue langsung mencari baju dan handuk untuk segera mandi.
Baru kali ini ada anak kemping yang mandi di toilet sekolah.
Iya. Elit sekaleh.
‘’ Ayo, buruan mandi ke atas. ‘’
Kami bertiga naik ke atas dan mandi di toilet sekolah dengan menenteng handuk yang digulung-gulung serapat mungkin karena ada aset berharga dalam handuk. Sempak dan singlet. Waktu itu gue belum make beha.
Gue ngerasa ini kayak kerja rodi lembur membersihkan sekolah.
Setelah mandi di toilet sekolah, gue langsung handukan dan mencari sempak dan singlet.
Gue pucat.
SEMPAK GUE HILANG.
‘’ Kalian ada lihat sempak aku, nggak? ‘’ tanya gue sambil mencari-cari sempak gue ditumpukan handuk teman lainnya.
Tetep aja gue nggak nemu sempak gue, yang gue temukan dilipatan handuk hanya sempak kakak gue. Awalnya gue berniat untuk memakai sempak kakak. Tapi nggak jadi, badan kakak gue gede. Bisa-bisa sempaknya kedodoran saat gue pakai.
Kan nggak lucu waktu upacara pembukaan kemping nanti, lagi serius mendengarkan instruksi Pembina, tiba-tiba ada benda yang meluncur indah ke bawah kaki gue. Dan ternyata itu sempak yang kedodoran.
Gue mengurungkan niat itu.
‘’ Sempak aku hilang. ‘’
Bener apa kata orang, kehilangan itu sakit. Kita bakalan merasakan sangat berartinya sesuatu, saat dia tak lagi ada.
Gue baru menyadari betapa penting dan berharganya sebuah sempak. Ini menyangkut masa depan negara, gengs.
‘’ Hilang? Kok bisa? ‘’ Kakak gue yang responnya sama sekali nggak penting tetap meneruskan memakai baju dengan tenang.
Gue melihat ke sekeliling. Anak-anak lainnya udah pada selesai mandi. Udah ganti pakaian, lah gue? Masih handukan tanpa sempak.
Gue-pengen-nangis.
‘’ Ambil sempak aku di tas dong. Turun, ‘’ ujar gue menyuruh kakak gue.
‘’ Iya, nanti ya. ‘’ Kakak gue tetap meneruskan berpakaian.
Minta ditoyor amat palanya. Panik gitu kek karena adiknya baru saja mengalami musibah kehilangan sempak. Lah ini kagak, malah santai.
‘’ Ayo, buruan mandi ke atas. ‘’
Kami bertiga naik ke atas dan mandi di toilet sekolah dengan menenteng handuk yang digulung-gulung serapat mungkin karena ada aset berharga dalam handuk. Sempak dan singlet. Waktu itu gue belum make beha.
Gue ngerasa ini kayak kerja rodi lembur membersihkan sekolah.
Setelah mandi di toilet sekolah, gue langsung handukan dan mencari sempak dan singlet.
Gue pucat.
SEMPAK GUE HILANG.
‘’ Kalian ada lihat sempak aku, nggak? ‘’ tanya gue sambil mencari-cari sempak gue ditumpukan handuk teman lainnya.
Tetep aja gue nggak nemu sempak gue, yang gue temukan dilipatan handuk hanya sempak kakak gue. Awalnya gue berniat untuk memakai sempak kakak. Tapi nggak jadi, badan kakak gue gede. Bisa-bisa sempaknya kedodoran saat gue pakai.
Kan nggak lucu waktu upacara pembukaan kemping nanti, lagi serius mendengarkan instruksi Pembina, tiba-tiba ada benda yang meluncur indah ke bawah kaki gue. Dan ternyata itu sempak yang kedodoran.
Gue mengurungkan niat itu.
‘’ Sempak aku hilang. ‘’
Bener apa kata orang, kehilangan itu sakit. Kita bakalan merasakan sangat berartinya sesuatu, saat dia tak lagi ada.
Gue baru menyadari betapa penting dan berharganya sebuah sempak. Ini menyangkut masa depan negara, gengs.
‘’ Hilang? Kok bisa? ‘’ Kakak gue yang responnya sama sekali nggak penting tetap meneruskan memakai baju dengan tenang.
Gue melihat ke sekeliling. Anak-anak lainnya udah pada selesai mandi. Udah ganti pakaian, lah gue? Masih handukan tanpa sempak.
Gue-pengen-nangis.
‘’ Ambil sempak aku di tas dong. Turun, ‘’ ujar gue menyuruh kakak gue.
‘’ Iya, nanti ya. ‘’ Kakak gue tetap meneruskan berpakaian.
Minta ditoyor amat palanya. Panik gitu kek karena adiknya baru saja mengalami musibah kehilangan sempak. Lah ini kagak, malah santai.
Sampai beberapa menit kemudian, kakak gue keluar toilet dan
turun untuk mengambil sempak gue di dalam tas. Saat berjalan turun, sehelai
kain putih-putih dengan ukiran bunga ungu muda tergeletak manis tak berdosa di
atas rerumputan.
Itu sempak guuueeee!
Itu sempak guuueeee!
Tak lama kemudian, kakak gue kembali masuk ke toilet dan memberikan sempak itu kepada gue. Dengan diiringi ornament orchestra, airmata gue jatuh berlinang menahan haru. Nggak nyangka akhirnya gue bisa menemukan sesuatu yang selama ini gue rindukan, harapkan dan impikan. Gue baru tau, betapa pentingnya sebuah sempak.
Memang harganya nggak seberapa, tapi manfaatnya juga nggak ada.
Gue menangis sesenggukan.
Gue buru-buru memakai sempak dan langsung keluar toilet.
***
Malam harinya, setelah berbagai kegiatan selesai dilaksanakan, gue, kakak dan temannya tidur di dalam tenda. Bertiga. Bertiga terasa bertujuh. Badan kakak gue, ditambah badan temannya yang lumayan gede. Apalah daya gue yang berbadan kurus ceking yang setiap hari hanya makan remah-remah gorengan sisa jualan abang-abang di warung depan.
Gue terhimpit diantara dua benua. Nggak bisa napas. Meninggal.
Trus diangkat jadi film horor, judulnya Arwah Gentayangan Anak Tak Berguna.
Jadi arwah aja nggak berguna, apalagi waktu masih hidup.
Gue yang ketika itu masih belum bisa tidur karena kesempitan, terbangun oleh panggilan kakak Pembina.
‘’ Itu Ayahnya datang. ‘’
Gue langsung keluar dari tenda, berharap Ayah menjemput gue dari penyiksaan tidur dengan himpitan lahir batin ini.
‘’ Ini Lan, ada roti dan sari kacang hijau. Kasih kakak juga ya. Tadi udah makan, kan? ‘’
‘’ Iya udah, Yah. ‘’
‘’ Yaudah, Ayah pulang lagi ya. ‘’
Gue melepas Ayah pergi dari lapangan sekolah dengan menenteng sebungkus makanan. Banyak bener makanan yang ada di dalam plastik. Lama-lama gue buka lapak jualan jajanan juga nih di depan tenda. Mayan bisa dijual ke anak di tenda-tenda tetangga sebelah.
Sesampainya di dalam tenda, gue yang nggak bisa tidur langsung memakan semua makanan itu. Sementara kakak gue dan temannya tertidur lelap dengan posisi menguasai tenda. Gue hanya duduk dan memakan makanan dengan posisi di dekat kaki mereka yang mengarah pintu tenda. Gini amat jadi orang kecil, tersiksa.
Setelah selesai memakan semua makanan, gue pun mulai merasa
kantuk akibat kekenyangan.
Belum sempat memejamkan mata, suara Pembina berteriak nyaring di luar. Menyuruh kami semua tidur berbaring di atas tanah kuning lapangan dengan mengitari api unggun.
Udah kayak ikan asin bakar.
Gue menatap langit yang berserakan bintang-bintang. Langit malam itu sangat bersih, indah. Gue ngerasa kayak di film-film korea. Dimana ada adegan memandangi bintang malam hari bersama sang kekasih.
Gue tersenyum dan menoleh ke arah kiri.
Kakak gue terlihat bersusah payah menahan kantuk, terlihat dari matanya yang bolak-balik merem-merem kecil. Kalo ngeliat kakak gue seperti itu, rasanya gue mau bisikin ke telinganya, trus ngomong pelan, ‘’ Udah siap? Ikutin ya, Ashhadu alla ilaha illallah… ‘’
Trus gue dilempar ke api unggun yang menyala-nyala. Trus meninggal.
Ini kalo diangkat jadi film horor lagi, mungkin judulnya, ‘’ Arwah Gentayangan Anak Tak Berguna (part 2)‘’
Belum sempat memejamkan mata, suara Pembina berteriak nyaring di luar. Menyuruh kami semua tidur berbaring di atas tanah kuning lapangan dengan mengitari api unggun.
Udah kayak ikan asin bakar.
Gue menatap langit yang berserakan bintang-bintang. Langit malam itu sangat bersih, indah. Gue ngerasa kayak di film-film korea. Dimana ada adegan memandangi bintang malam hari bersama sang kekasih.
Gue tersenyum dan menoleh ke arah kiri.
Kakak gue terlihat bersusah payah menahan kantuk, terlihat dari matanya yang bolak-balik merem-merem kecil. Kalo ngeliat kakak gue seperti itu, rasanya gue mau bisikin ke telinganya, trus ngomong pelan, ‘’ Udah siap? Ikutin ya, Ashhadu alla ilaha illallah… ‘’
Trus gue dilempar ke api unggun yang menyala-nyala. Trus meninggal.
Ini kalo diangkat jadi film horor lagi, mungkin judulnya, ‘’ Arwah Gentayangan Anak Tak Berguna (part 2)‘’
***
Menjelang pagi, hujan turun dengan derasnya. Semua tenda
kebasahan, banjir di mana-mana.
Pagi itu, akhirnya semua anak pramuka tidur di dalam ruangan kelas.
Pagi itu, akhirnya semua anak pramuka tidur di dalam ruangan kelas.
KEMPING MACAM APA INI. TIDUR DI KELAS??
Sekitar jam 10 pagi di hari Minggu, orangtua siswa menjemput anaknya masing-masing ke sekolah. Begitu juga dengan Ayah. Gue duduk di motor dengan posisi di tengah di antara Ayah dan kakak. Lagi-lagi gue dihimpit dua benua.
Sementara semua tas yang gue bawa tadi diletakkan dibagian depan Ayah. Dibalik punggung Ayah gue sadar akan suatu hal,
GUE LUPA MINUM SIRUP MARJAN DI KEMPING KEMARIN.
Sesampainya di rumah, kakak gue langsunge meminum teh hangat, sementara gue minum sirup marjan dingin.
Besoknya gue demam dan masuk angin.
Mantaps.
Quote of the day:
‘’ Sejujurnya, kehilangan sempak itu sangat menyakitkan. Apalagi kehilangan kamu dan kehilangan sempak kamu. ‘’
‘’ Sejujurnya, kehilangan sempak itu sangat menyakitkan. Apalagi kehilangan kamu dan kehilangan sempak kamu. ‘’
59 comments
Emang sempak itu buat apa ya neng? Kok sampe segitunya keilangan?
ReplyDelete.
Wah hebat udah mati 2 kali bisa idup lagi
Gimana tuh, kok bisa ya???
.
Kasian loh sirup marjannya
Udah dibawa tapi engga diminum
Kamu jahat
Tega
Nggak ada buat apa apa sih, nggak ada gunanya bang. Aksesoris aja. Hehee
DeleteMAAFIN AKUUU :'(
Waaah, nggak nyangka. Selain pernah jadi anak karate (apa pencak silat ya? aku lupa, Lan. Tau aja kan aku calon pengidap alzheimer), kamu ternyata juga pernah jadi anak pramuka. Pantaslah kamu jadi wanita strong hinga saat ini. Aku terharuuuuu :') *lalu suara biola*
ReplyDeleteHAHAHAHAHA ITU APA-APAAN BAWA KECAP ABESE. SAMA BAWA SIRUP MARJAN JUGA. YO OLOH WULAN. BAHAHAHAHAAHAHAHA.
Ngakak pas kehilangan sempak. Itu si Kakak juga nyantai banget ya. Kalau aku jadi Kakak kamu, aku jelas panik lah. Trus aku sekuat tenaga nyari batok kelapa, buat jadi pengganti sempak. The end.
Aku dulu waktu SMP pengen ikut ekskul pramuka, Lan. Tapi nggak dibolehin Mamaku. Alasannya karena aku sakit-sakitan. Kerjaannya pingsan mulu. Mungkin kalau aku nekat ikut, aku bakal dibikinin film Arwah Gentayangan Tak Berguna Part 3 kali ya :(
Satu lagi anak yang tersakiti, Cha.
DeleteDuh, alzheimer kamu kuat banget. :'D
Hahahahaahahaa aku takut kelaparan dan kehausan, Chaa :'D
Batok kelapa buat pengganti sempak.Hahahaa leh uga, Cha. *catet*
HAHAHAHAHAA YAWLOH ARWAH GENTAYANGAN ANAK TAK BERGUNA PART 3. :'D
CHAAAA
ternyata ka wulan anak pramuka ya
ReplyDeleteIya neng. Udah lama sih hehee
DeleteKamii jadii Pandumu~
ReplyDeleteSebagai anak pramuka sejati, biarkan ananda memberikan hormat.
SALAM PRAMUKA!!
lan, kamu mau kemah apa mau lebaran? bawaan nya udah kaya isi parcel. -_-
Aku SD aja kemah 3 hari gak bawa minum karna lupa. sampe di anterin. :') mana kepikiran sampe bawa kecap abese dan sirup marjan?
Kalo SMA wulan jadi anak pramuka gak?
Aku berharapnya iya. :")
Dulu waktu SD juga sepanjang lapangan sering banget nemu sempak, kaos dalem, sampe sikat gigi keleleran. JANGAN-JANGAN ITU PUNYA KAMU LAN?!?
Eh gamungkin deh, kan beda pulau. lagian aku kemah nya Jambore bukan kemah se sekolah. :'(
Aku kalo kemah ga mandi lan, paling ganti-ganti doang.
Aku emang jorok. :( tapi aku keren. :D
Menanggapi komenan nya ica, aku ikut pramuka dari SD sampe SMA. tapi aku tetep ga berguna, mungkin hidupku bakal dibikin film Arwah Gentayangan Anak Tak Berguna Part 4. :'(
JRENG-JRENG-JRENG~
DeleteSALAM! :D
Hahahaaa aku anaknya geblek banget soalnya wkwkw
wiih itu kamu karena saking serius dan niat banget ya ikut pramuka. Sampai lupa bawa minum. Untung mama kamu baik.
Enggak, Dibah :( huhuuuu
AAAAA IYA IYA ITU PUNYA AKU BERARTI. AAAKKK
Mungkin aja, Dib.
Hahahaa kamu mah selalu keren. *toss*
HAHAHHAAAA ADA PART 4 NYA YAAA
ih neng dibah tetep berguna kok di hati abang. jadi bikin film Arwah Gentayangan Anak Tak Berguna Part 4, di batalin aja yah ^_^
DeleteWaktu SD Pramuka jadi ekskul wajib sih, jadi kamu bukan anak Pramuka sejati lan !! Muahaha
ReplyDeleteIya boro2 kita kamp di hutan atau alam, waktu SD paling jauh juga di lapangan depan, atau halaman sekolah.
dan ujung2nya malah jadi acara kerja bakti ngebersihin sekolah.
True story banget. :D
Aturan kamu gak usah make sempak sekalian, kan lumayan semilir2 gimana gitu ..
Muehehehehe
*Digampar Wulan* *Mati*
Arwah Gentayangam Anak Tak Berguna Part 4 (Part 3 nya di Icha)
*Ralat
DeleteJadi Part 5.
Part 4nya di Dibah.
Kok mirip-mirip kayak cerita persami gue, yak? Wkwkwk anjir gue ngakak parah pas kehilangan sempak. Apa-apaan lo pramuka masa kehilangan sempak aja nangis :p
ReplyDeleteLu pernah kehilangan sempak juga atau pernah ikut persami, Wi?
DeleteBhahahaha benda berharga banget itu, Wi.
Dulu waktu SD ikut persami, pas pagi-pagi bapakku juga bawain susu coklat anget sama sarapan heheh romantisnya bapak :')
ReplyDeleteTerus apa gunanya wulaaaan itu botor marjan digondol berat-berat tapi malah lupa enggak diseduh (;°○° )
Apa mungkin dijadiin guling kalik ya pas kamu tidur?
Waaaahh bapak kamu so sweet banget. Baik ya dianterin sarapan gitu.:))
DeleteHahaa iya Vira, jadi bantal guling. :"D
bhhaaa ngakak aku bacanya, Lan lan. masa kecilmu komedi banget ya?
ReplyDeletehemm keren gitu sampai apal, kemana mana bawa bukunya.
itu ngapain udah minta bawa sirup marjan, giliran udah pulang lupa kalo belum diminum juga.
mau lebaran sekalian jualan ya lan, banyak gitu bawaanya.
Komedi dan tersiksa lebih tepatnya bang. Hahaa
DeleteLupa baaaangg. :'D
Iya, kayak mau lebaran aja.
Aduh gokil ceritanya, gue ketawa bacanya. keinget sama kata-kata ini "Gini ya rasanya jadi orang kecil, tersiksa." itu maknanya gak cuma bisa dipake buat bocah yang nggak kebagian lapak buat bobo di tenda gara2 orang-orang besar menguasai tapi juga bisa jadi gambaran keadaan rakyat kecil yang masih susah, hadeh jadi multi tafsir gini.
ReplyDeleteBlognya udah gue follow ya, thanks buat artikelnya, asik bacanya, follow back ya.
Salam kenal
Agung Kharisma
Daily Blogger Pro
Wkwkwk iya bener, ada makna yg beda kalo kalimatnya ditelaah bener.
DeleteIya sama-sama. Tengkiyu sudah baca ya.
Nanti aqiqah follow :))
Di negara ini orang kecil ditindas sama yang di atas sana mbak. Ditindas makhluk berdasi yang bertindak sewenang-wenang..
ReplyDeleteMenurut aku sempak cewek warna putih itu terlalu mainstream ya. Warna pink, ijo, atau merah gitu, biar unik dikit. itu gak pake rok gakpapa lho mbak. Biar adem gitu.. :D
Bhahaaa ini bener banget nih, sambungan dari komen di atas. Kayak satu pemikiran gitu.
DeletePada umunya putih hahaa. Adem apaan, adem sari. :'D
Lan, kok pas kamu kesurupan gak diceritain?
ReplyDeleteSungguh malang masa kecilmu sering dihimpit dua benua hauahaha :D
Nebak nebak buah manggis, ini darma bukan yah?
DeleteChisana, Mbak. :)
DeleteChisana emang sering nyamar nyamar gini, nih
DeleteDuh dikomen pembina pramuka. Kesurupan kapan, kakak pembina? :'D
DeleteMba nita: Hahaa, Darma selalu dijadiin kambing hitam ya mba. :'D
DeleteYoga, bg Uben: Iyaa kalian bener. Kalian luar biasaaaaa
Wakakaaaakkk, Lan Lan ada ada aja ni ceritanya
ReplyDeleteTapi kamu enak, kemaj barengan kakak, ada yg bisa dimintain tolong atau ngawasin klo ada senior yg gangguin...
Trus klo kemah di sekolah, dulu aku malah gabikin tenda..,sama kyk akhir cerita ini malah disuruh tidur di kelas...yg katanya horor...masing2 regu pd berantem takut tidur dipaling pinggir drketan tembok, tp biasanya klo kemah fi sekolah banyak yg kesurupan sih...
Lagian bis ujan badai minum sirup marjan hihihi, jelas masuk angin itumah
Hehehe iya mba, tapi apanya yg enak. Yg ada dia yg mintain tolong ke aku. :'D
DeleteWah sama tidur di kelas. Kenapa nggak bikin tenda mba?
Wkwkwk yawloh sampe berantem segala. Iya mba, tapi untung waktu itu semua siswanya baik-baik aja.
Hahhaaa betapa begonya aku mbaa
Berarti sempe sekarang hafal TaCiPaPaReRaHeDiBeSu dong, Lan? Gokil abis ini cerita. Gue jadi kangen zaman SD.
ReplyDeleteKehilangan sempak emang nggak enak. Tapi lebih nggak enak lagi kehilangan semangat hidup. :(
Bhahahaa hafal, Yog. Ngafalnya setengah mati. :'D Sering kebalik-balik urutannya.
DeleteSubhanallah Yog, tumben bener gini?
Komentar ini didedikasikan untuk Mba Nita. Salah gue apa, Mba.
ReplyDeleteGue jadi kambing hitam. :(
Gue juga pernah kehilangan sempak. Pas lagi mau mandi di asrama. Akhirnya selesai mandi gue masih pakai yang lama. Dan taunya itu sempak tergeletak dengan tamvan di ruang loker sepatu.
Lu kebo sih, bukan kambing.
DeleteBhahaa. Waktu itu Yoga yg nyamar, lu yg kena tuduh. Sabar ya, kalo jodoh nggak kemana.
Sempak tergeletak tamvan itu kayak gimanaaaaa?? Coba lihat.
Kehilangan bisa berujung dengan kesakitan. Kehilangan sempak, selain sakit, bisa berujung dengan gatel-gatel (kalo seminggu nggak pake sempak).
ReplyDeleteGue mah apa, jadi anak pramuka cuma sampe 2 tahun di SD. Kenangannya cuma bolos latihan doang :(
Hahahaaa lu pernah, By?
DeleteNggak papa. Seenggaknya nama lu pernah terkenal jadi, Robby si anak pramuka. Ntaps.
Lan, sumpah deh. Fokusku baca tulisanmu ini teralihkan oleh Kata sederhana : SEMPAK. Suwer, itu terngiang-ngiang terus sampai sekarang :( SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK. SEMPAK.
ReplyDeletesempak feb :3
DeleteHAHAHAHAHAHAAAAAAHAHAA
DeleteBAAANG FEEB :'D
Gak tau kenapa tiap ada kata sempak, pasti ngakak. Lucuuuuu
ReplyDeleteIni gue bayangin waktu SD lo polos imut-imut gitu. Atau emang semua anak SD, gini ya? Kayanya gue doing yang dari SD, udah amit-amit. :(
Bhahahaa sempaknya lucu.
DeleteBang, sampe sekarang gue juga masih polos imut-imut bang. Percayalah.
Iya bang. Gue udah menduga kalo dari SD lu udah kayak gitu.
*kabur naik buraq Icha.
maafkan saya mb, saya bukan programer yang bisa ngertiin kodenya mb. ngertiin kode CSS saja otak saya sampe keputar 180 derajat mb :'(
ReplyDeletemb wulan saya juga dulu pernah jadi pramuka, iya jadi PRAMUKA. Para RemajA yang Mudah terlUKA.
mb itu pas mandi, anak laki-lakinya ngitipin nga mb ?? wah pasti enak tuh anak laki-lakinnya ngintipin mb wulan lagi mandi. trus itu kenapa camping pake bawa sirup marjan segala ?????? harusnya nggak usah bawa sirup marjan, tapi bawa sirup ABC, lebih seger hmmmmm di tambahin baterai ABC juga enak, bisa jadi sirup penambah tenaga.
wah kasihan yah mb Wulan di lempar ke api unggun yang menyala-nyala, trus meninggal. seharusnya pembinannya di penjara tuh udah ngebiarin mb Wulan di lempar ke api unggun yang menyala-nyala. Dasar... pembina tak ber peri kepramukaan
hmm itu kenapa kakaknya di bacain kalimat tauhid mb ? biar kakaknya nggak ngatuk yah ?? hhmm...
Bhahaaa. Ini nama akunnya Izhar'KAMPRET'. Bawaannya jadi pengen ngatain aja. Eh astagfirulloh.
DeleteHahahhaaa para remaja yg terluka. Nah kan, memang kampret bener hahaaa
Kamar mandinya pisah.
Iya, serasa mau lebaran. Wkwkw Kenapa bawa baterai abese juga :'D
Iya, biar kakak nggak ngantuk. heheee
Gila, gila, Wulan...
ReplyDeleteNgomongin sempak udah kayak ngomongin jomblo, enteng banget mulutnya. Gua ngakak tengah malem gini. Gak ada obat lu!
Gak tau lagi mau komen apa, yg pasti gara2 postingan ini gua jadi berdoa supaya gak kehilangan sempak di toilet umum. Itu lebih horror dari disundul pocong. Huft.
Bhahahahaaa
DeleteNggak enak ngomongin jomblo bang. Menhina diri sendiri :'D nggak kuat gue nulisnya.
Lu bacanya tengah malem bang? Hahahaa yawloh
Wkakaka iya bang, lebih horror kehilangan sempak hahaa
Salam Pramuka ! Hahah, aku pernah ikut pramuka juga tapi gak pernah ikut kemah karna gak di izinin sama ortu, jadi kesannya aku cuma ikut-ikutan aja. Hiks :'3
ReplyDeleteYa ampun, lan hahahah. Itu udah kayak mau lebaran aja, bawa sirup marjan, wkwkw. Eh padahal kata ayah kamu, makanannya di bagi juga sama kakak, tapi semuanya kamu lahap sampe gak tersisa. Adik yang baik :')
Hahahahaha, kehilangan sempak bener-bener bikin ngakak xD
Terharu banget pas baca kamu ketemu lagi sama sempaknya, udah kayak anak yang gak pernah ketemu sama ibunya selama berabad-abad, air mata jatuh berlinang gitu. Hiks. Hahah xD
Salam! :D
DeleteMungkin ortu takut kamu kenapa-napa, Nov. Tapi kamu kan tetep anak pramuka walaupun nggak ikut kegiatan kemah waktu itu. Hehee
Hahaa iya, serasa lebaran gitu. Habisnya kesel. Nggak dapat tempat tidur :'D
Wkakaaa, iya Nov. Sebahagia itu pas ketemu sempak.
Gue sering banget kehilangan sempak. Tapi sukurin sih yg ngambil. tuh sempak blom.gue cuci hahahaa. gue ga suka anak pramuka Wul, sukanya cowok ganteng
ReplyDeleteLu kehilangan sempak di manaa? Hahaa
DeleteSama, Gi. Kalo cowo ganteng gue juga suka :D
aiih, ngomong-ngomong soal pramuka, jadi keinget kenangan waktu pramuka dulu.hiikss didigit ratusan lebah karena ngga sengaja pipisin rumahnya wkwkwk
ReplyDeleteHaduuuh, itu pipisnya di tempat yg terbuka ya? Malam malam pasti ya.
DeleteSerem banget itu disengar lebah. Aku trauma :'(
Lan, sebelumnya gue mau ingetin, jangan sampe Tergoda sama Izhar "KAMFRET" itu.. Dia jomlo terlarang. Bukan terhormat. XD
ReplyDeleteGak nyangka aja, sih. Wulan pernah Pramuka. Soalnya, ngeliat gayanya, wulan ini anak Gunung. Bukan anak pramuka. *DIgampar wulan. Mati.* Tayang Anak Malang Digampar di Gunung Part 9. Sad Ending.
Emang, sih. Kehilangan beda murahan yang fungsinya juga di dalem itu, lebih nyesek ketimbang kehilangan baju. Eh, tapi intinya kehilangan itu gak enak, ya lan. Apalagi Sempak. Duh.. kenapalah Wulan di sini begitu Vulgar.. Kadang sampe mikir "Ini beneran Wulan atau siapa, sih yg nulis?"
Quotenya itu lho. "Kehilangan sempak kamu." Emangnya lagi ngapain, lan? sampe kamu dan dia gak bersempak. "Astagfirullah."
Hahahaaa iya Pange. Memangnya dia siapa, Pange?
DeleteJiahhaha anak gunung. Mantap Pange. Langsung part 9. Sad ending. Hahaa
Kehilangan apapun tetep nggak enak, Pange.
Ini yang nulis admin. Hahaaa
HAHAHAAAAAAHAHAAA YAWLOOH
bagian pantat sempaknya bolong-bolong gak lan ? beruntung kalau enggak, kalau bolong ya panikmu pasti bertambah berlipat-lipat kayak kehilangan pacar~
ReplyDeletekalau ngomongin marjan~ hahahahahahhaha ngeberat-berat tas, diminum mah engga pas nenda :v
Iya bolong-bolong sampai berbentuk love gitu bang.
DeleteDuh bang, kehilangan pacar apalagi. Bikin nyesek.
Aku bego baaaannggg :"D
banyak banget bawaan nyaa. itu Persami kan? Perkemahan sabtu-minggu? . gue dulu juga banyak banget bawa makanan padahal nginepnya cuman 1 hari bawa makanan nya kaya org mau merantau aja.
ReplyDeletequote nya super sekali lan ;)
Hahhaa kemah sehari, bawaannya kayak mau merantau.
DeleteAaaa sa ae lu. jadi maluk.
Lan, gua ngebaca postingan lo ini sebelum berangkat kerja dan lo sukses ngebuat gua ngakak. Berasa relate banget, karena gua pernah ikut pramuka waktu SMP. Tapi ngga sampe kehilangan sempak juga sih hehe :p
ReplyDeleteItu bawaan camping serasa mau kemana aja. Ada lagi minta bawa sirup marjan haha. Gua dulu juga pernah camping di sekolah, tidurnya emang di kelas, soalnya halaman sekolah sempit untuk ngegelar tenda buat banyak orang *nasib bangunan SMP sempit*
Waktu itu tidurnya ngga nyenyak, karena malemnya tahu bakal ada jurit malam.
Enak banget Lan, malemnya disamperin Ayah yang bawain makanan, lumayan buat ganjal perut ya hehe.
Kehilangan itu emang ngga enak, dan kadang kita malah baru sadar pentingnya sebuah hal sampe kita kehilangan itu :)
Bhahahaaa duh harusnya baca ini sepulang kerja bang. Awas nggak fokus kerjanya :'D
DeleteWah pernah ikut pramuka juga ya. Ciyee. Mantaps.
Iya sama, tidurnya di kelas. Bhahaa. Seru gitu.
Jurit malam apaan bang?
Iya bang, Ayah baik banget. Takut anaknya kelaparan malam hahaa
Iya bang. Apalagi kehilangan sempak. Itu penting banget. Wkwkw
dari kegiatan pramuka yang paling saya suka waktu kemah, kebersamaan dengan teman dan tim mulai terjalin
ReplyDeleteKomentarnya ditunggu kakak~