Gue bingung. Apa yang salah dengan mulut gue.
Akhir-akhir ini gue sering banget salah manggil orang. Kalo salah manggil nama, dari Rina ke Sari sih nggak apa-apa. Bisa dimaklumin. Kali aja gue lupa namanya, lupa karena wajahnya yang mirip. Wajar sih.
Yang gue alamin beda.
Gue sering salah memanggil kata sapaan.
Kayak kemarin, oom gue dateng ke rumah. Setelah bercerita cukup panjang, gue sempat merespon obrolan oom dengan ucapan,
'' Hehe, iya bang. Tapi om, blablabalaaa... Gitu bang. ''
Bang? Abang?
Gue malu. Untung sama oom sendiri.
Nggak hanya itu. Kemarin gue beli jajan di Indomaret. Kasir yang bisa gue lihat adalah seorang cowok. Ganteng. Kalo ngeliat si kasir, bawaannya pengen bikin kartu keluarga aja deh.
Setelah membayar, si kasir ganteng langsung memberikan kembalian uang ke gue seraya berkata,
'' Ini sayang kembaliannya. Terimakasih. Ailofyu. ''
Enggak deng.
Si kasir ganteng ngomong, '' Ini mbak kembaliannya. Terimakasih mbak. ''
Gue dengan pedenya menjawab, '' Sama-sama mbak. ''
Selangkah, dua langkah keluar dari pintu Indomaret gue baru sadar. Gue salah manggil. Heran deh. Kenapa mulut gue bisa dengan santainya ngucapin kata 'mbak' ke mas-masnya. Huwaaa malu.
Tadi malam gue, LAGI LAGI salah ngomong ke orang.
Sekitaran jam delapan, ada ibu-ibu dengan dua orang anaknya berdiri di depan rumah gue. Gue langsung keluar saat melihat ada orang yang berdiri di teras.
'' Numpang berdiri di sini ya dek, '' ujar si ibu-ibu sambil duduk di kursi depan rumah gue.
'' Iya buk, masuk aja Bu. Di luar banyak nyamuk. '' Gue sok perhatian gitu. Kali aja si ibu punya anak cowok ganteng, trus si ibu berniat untuk menjodohkan gue dengan anaknya. Ya kali aja.
'' Enggak dek, di sini aja. Nggak apa-apa kok. ''
'' Yaudah Pak, saya masuk dulu ya. '' Gue pun ngacir masuk ke kamar. Meneruskan bertapa.
Pak?
Gue-memang-bego.
Sudah banyak sekali kejadian-kejadian memalukan itu terjadi. Yang seharusnya, 'Pak', malah gue panggil, 'Bu'. Seharusnya, 'Mas', malah gue panggil, 'Mbak'. Gue cuma takut salah nyebut. Kan nggak lucu kalo suatu saat gue keluar dari parkiran sambil nyodorin duit seribu ke tukang parkir, trus ngomong,
'' Ini duitnya. Makasih Beb. ''
Trus abang tukang parkirnya ngeliatin gue. Gue ngeliatin abang tukang parkir.
Mata bertemu mata. Kita saling tatapan. Jatuh cinta.
Kemudian menikah dan hidup bahagia selamanya.
End.
Gue nggak tau. Apa ini ada hubungannya dengan faktor usia, tanda-tanda hari kiamat sudekat, kepikunan, kelemahan atau mungkin gue butuh refreshing.
Kayaknya jawaban yang tepat yang paling akhir deh. Mastin, good.
Demi melihat si bule ganteng dari Bali, akhirnya gue nekat menyudahi sementara ritual tersebut. Gue beranjak keluar bersamaan dengan teriakan ketiga yang kali ini lebih jelas gue dengar.
'' TOLLOONG, ITU SAPINYA LARI ! ''
Akhir-akhir ini gue sering banget salah manggil orang. Kalo salah manggil nama, dari Rina ke Sari sih nggak apa-apa. Bisa dimaklumin. Kali aja gue lupa namanya, lupa karena wajahnya yang mirip. Wajar sih.
Yang gue alamin beda.
Gue sering salah memanggil kata sapaan.
Kayak kemarin, oom gue dateng ke rumah. Setelah bercerita cukup panjang, gue sempat merespon obrolan oom dengan ucapan,
'' Hehe, iya bang. Tapi om, blablabalaaa... Gitu bang. ''
Bang? Abang?
Gue malu. Untung sama oom sendiri.
Nggak hanya itu. Kemarin gue beli jajan di Indomaret. Kasir yang bisa gue lihat adalah seorang cowok. Ganteng. Kalo ngeliat si kasir, bawaannya pengen bikin kartu keluarga aja deh.
Setelah membayar, si kasir ganteng langsung memberikan kembalian uang ke gue seraya berkata,
'' Ini sayang kembaliannya. Terimakasih. Ailofyu. ''
Enggak deng.
Si kasir ganteng ngomong, '' Ini mbak kembaliannya. Terimakasih mbak. ''
Gue dengan pedenya menjawab, '' Sama-sama mbak. ''
Selangkah, dua langkah keluar dari pintu Indomaret gue baru sadar. Gue salah manggil. Heran deh. Kenapa mulut gue bisa dengan santainya ngucapin kata 'mbak' ke mas-masnya. Huwaaa malu.
Tadi malam gue, LAGI LAGI salah ngomong ke orang.
Sekitaran jam delapan, ada ibu-ibu dengan dua orang anaknya berdiri di depan rumah gue. Gue langsung keluar saat melihat ada orang yang berdiri di teras.
'' Numpang berdiri di sini ya dek, '' ujar si ibu-ibu sambil duduk di kursi depan rumah gue.
'' Iya buk, masuk aja Bu. Di luar banyak nyamuk. '' Gue sok perhatian gitu. Kali aja si ibu punya anak cowok ganteng, trus si ibu berniat untuk menjodohkan gue dengan anaknya. Ya kali aja.
'' Enggak dek, di sini aja. Nggak apa-apa kok. ''
'' Yaudah Pak, saya masuk dulu ya. '' Gue pun ngacir masuk ke kamar. Meneruskan bertapa.
Pak?
Gue-memang-bego.
Sudah banyak sekali kejadian-kejadian memalukan itu terjadi. Yang seharusnya, 'Pak', malah gue panggil, 'Bu'. Seharusnya, 'Mas', malah gue panggil, 'Mbak'. Gue cuma takut salah nyebut. Kan nggak lucu kalo suatu saat gue keluar dari parkiran sambil nyodorin duit seribu ke tukang parkir, trus ngomong,
'' Ini duitnya. Makasih Beb. ''
Trus abang tukang parkirnya ngeliatin gue. Gue ngeliatin abang tukang parkir.
Mata bertemu mata. Kita saling tatapan. Jatuh cinta.
Kemudian menikah dan hidup bahagia selamanya.
End.
Gue nggak tau. Apa ini ada hubungannya dengan faktor usia, tanda-tanda hari kiamat sudekat, kepikunan, kelemahan atau mungkin gue butuh refreshing.
Kayaknya jawaban yang tepat yang paling akhir deh. Mastin, good.
***
Oh ya, kemarin ada kejadian menegangkan saat malam takbiran. Malam sebelum lebaran Idul Adha.
Malam itu gue sedang asyik dengan dunia gue sendiri. Minum susu, ngemil biskuit, selimutan di sofa sambil membaca anu. Membaca buku. Malam itu, daun pintu hanya di buka setengah oleh ayah. Yang satu tertutup, sedangkan yang satu lagi terbuka. Nggak tau apa tujuan ayah melakukan itu. Mungkin ayah sedang menerapkan sistem dengan satu jalur kepada para nyamuk. Untuk menghindari macet.
Gue yang sedang khusyuk melakukan ritual tersebut dikagetkan dengan suara heboh orang-orang yang berteriak kenceng.
Teriakan yang pertama kali gue denger,
'' Toloong, toloonng ! ''
Gue dengan mantap ngomong dalam hati.
'' Oh, mungkin lagi diperkosa. ''
Teriakan kedua semakin kencang. Yang gue denger,
'' Itu ada Bali. ''
Gue bertanya dalam hati.
'' Bali? Bule dari Bali maksudnya? Ada bule ganteng dari Bali? ''
Malam itu gue sedang asyik dengan dunia gue sendiri. Minum susu, ngemil biskuit, selimutan di sofa sambil membaca anu. Membaca buku. Malam itu, daun pintu hanya di buka setengah oleh ayah. Yang satu tertutup, sedangkan yang satu lagi terbuka. Nggak tau apa tujuan ayah melakukan itu. Mungkin ayah sedang menerapkan sistem dengan satu jalur kepada para nyamuk. Untuk menghindari macet.
Gue yang sedang khusyuk melakukan ritual tersebut dikagetkan dengan suara heboh orang-orang yang berteriak kenceng.
Teriakan yang pertama kali gue denger,
'' Toloong, toloonng ! ''
Gue dengan mantap ngomong dalam hati.
'' Oh, mungkin lagi diperkosa. ''
Teriakan kedua semakin kencang. Yang gue denger,
'' Itu ada Bali. ''
Gue bertanya dalam hati.
'' Bali? Bule dari Bali maksudnya? Ada bule ganteng dari Bali? ''
Demi melihat si bule ganteng dari Bali, akhirnya gue nekat menyudahi sementara ritual tersebut. Gue beranjak keluar bersamaan dengan teriakan ketiga yang kali ini lebih jelas gue dengar.
'' TOLLOONG, ITU SAPINYA LARI ! ''
Benar saja pemirsa. Seekor sapi terlihat lari-lari melewati jalan depan rumah gue. Larinya kenceng bener. Gue cuma bisa ngakak geli sambil melihat bagian belakang sapi yang berlari melewati rumah gue.
Satu kalimat yang terlontar dari mulut gue,
'' Ebuseet, belakang sapinya montok banget. ''
Beneran deh. Sapinya montok. Sehat dan bergizi banget.
Setelah si sapi sadar bahwa jalur larinya salah karena berhadapan dengan jalan buntu, si sapi akhirnya memutar arah dan berlari melewati jalan samping rumah gue. Orang-orang yang ngejar terlihat kewalahan menghadapi si sapi tersebut.
Gue mendekat saat melihat si sapi lari melewati jalan samping rumah gue. Otomatis gue bisa melihat si sapi dari bagian depan.
Gue ketawa kenceng. Satu kalimat lagi yang terlontar dari mulut gue,
'' Gilaaa, luar biasa. Dadanya montok bingits. ''
Sumpah, gue geli banget. Bayangin aja, ada sapi gemuk, dagingnya padat, badannya montok, sedang lari-larian. Badannya bergelambir goyang-goyang gondal gandul gitu. Lucu. Hahaa.
Satu kalimat yang terlontar dari mulut gue,
'' Ebuseet, belakang sapinya montok banget. ''
Beneran deh. Sapinya montok. Sehat dan bergizi banget.
Setelah si sapi sadar bahwa jalur larinya salah karena berhadapan dengan jalan buntu, si sapi akhirnya memutar arah dan berlari melewati jalan samping rumah gue. Orang-orang yang ngejar terlihat kewalahan menghadapi si sapi tersebut.
Gue mendekat saat melihat si sapi lari melewati jalan samping rumah gue. Otomatis gue bisa melihat si sapi dari bagian depan.
Gue ketawa kenceng. Satu kalimat lagi yang terlontar dari mulut gue,
'' Gilaaa, luar biasa. Dadanya montok bingits. ''
Sumpah, gue geli banget. Bayangin aja, ada sapi gemuk, dagingnya padat, badannya montok, sedang lari-larian. Badannya bergelambir goyang-goyang gondal gandul gitu. Lucu. Hahaa.
***
Besok harinya setelah kejadian lucu itu, adalah hari Idul Adha.
Seperti orang-orang biasanya, gue bangun, mandi dan langsung ke mesjid untuk melaksanakan sholat Idul Adha.
Sepulang sholat, gue makan lontong. Trus tidur sampai jam empat sore. Makan lontong lagi, makan kerupuk, makan lontong, trus makan lontong dan makan lontong.
Asli, nggak ada momen yang wow yang gue lakukan. Soalnya gue ingin memanfaatkan hari libur itu dengan sebaik mungkin. Jarang-jarang gue bisa libur gini.
Sebenernya nggak ada gunanya sih gue nulis yang bagian ini. Hahaa
Dan malam harinya. TARAAAA
Gue bingung.
Jadi gini, sebelumnya ibu dan gue udah sibuk nyari info tentang pendaftaran masuk kuliah. Denger-denger bukanya awal tahun depan.
Tapi semuanya berbeda saat oom gue yang tadi malem datang ke rumah. Kebetulan si oom tahu bener dengan info perkuliahan di sana. Dan si oom bilang kalo tanggal 26 besok jadwal masuk hari pertama untuk kuliah umum bagi mahasiswa baru. Itu artinya besok, Hari Sabtu. Bener-bener mendadak.
Betewe, gue ambil kuliah Non-reguler. Hanya di hari Sabtu-Minggu.
Dan ibu menyuruh gue untuk masuk kuliah di tahun ini. Raisa bingung dong.
Oom dengan bersenang hati bakal mengurus semua pendaftaran gue. Oom gue baik ya. Ganteng, tinggi, kul. Minat, PING!
Gue bingung karena beberapa hal.
1. Ambil kuliah tahun ini.
Kalo gue ambil kuliah tahun ini, itu berarti besok gue sudah masuk kuliah. Hari pertama. Sementara tanggal 9 sampai 13 Oktober gue akan pergi ke Padang. Menghadiri acara wisuda kakak. Lumayan, bisa liat-liat abang ganteng di sana. Bisa jalan-jalan juga, seperti yang gue bilang di atas. Gue-butuh-refreshing.
Nah, kalo gue pergi ke Padang, itu artinya di minggu ketiga kuliah, gue harus izin dong karena nggak bisa masuk. Yakali baru masuk kuliah gue langsung izin. Huaaa
Seperti orang-orang biasanya, gue bangun, mandi dan langsung ke mesjid untuk melaksanakan sholat Idul Adha.
Sepulang sholat, gue makan lontong. Trus tidur sampai jam empat sore. Makan lontong lagi, makan kerupuk, makan lontong, trus makan lontong dan makan lontong.
Asli, nggak ada momen yang wow yang gue lakukan. Soalnya gue ingin memanfaatkan hari libur itu dengan sebaik mungkin. Jarang-jarang gue bisa libur gini.
Sebenernya nggak ada gunanya sih gue nulis yang bagian ini. Hahaa
Dan malam harinya. TARAAAA
Gue bingung.
Jadi gini, sebelumnya ibu dan gue udah sibuk nyari info tentang pendaftaran masuk kuliah. Denger-denger bukanya awal tahun depan.
Tapi semuanya berbeda saat oom gue yang tadi malem datang ke rumah. Kebetulan si oom tahu bener dengan info perkuliahan di sana. Dan si oom bilang kalo tanggal 26 besok jadwal masuk hari pertama untuk kuliah umum bagi mahasiswa baru. Itu artinya besok, Hari Sabtu. Bener-bener mendadak.
Betewe, gue ambil kuliah Non-reguler. Hanya di hari Sabtu-Minggu.
Dan ibu menyuruh gue untuk masuk kuliah di tahun ini. Raisa bingung dong.
Oom dengan bersenang hati bakal mengurus semua pendaftaran gue. Oom gue baik ya. Ganteng, tinggi, kul. Minat, PING!
Gue bingung karena beberapa hal.
1. Ambil kuliah tahun ini.
Kalo gue ambil kuliah tahun ini, itu berarti besok gue sudah masuk kuliah. Hari pertama. Sementara tanggal 9 sampai 13 Oktober gue akan pergi ke Padang. Menghadiri acara wisuda kakak. Lumayan, bisa liat-liat abang ganteng di sana. Bisa jalan-jalan juga, seperti yang gue bilang di atas. Gue-butuh-refreshing.
Nah, kalo gue pergi ke Padang, itu artinya di minggu ketiga kuliah, gue harus izin dong karena nggak bisa masuk. Yakali baru masuk kuliah gue langsung izin. Huaaa
2. Ambil kuliah tahun ini dan tidak ikut ke Padang.
Oke, gue ambil kuliah tahun ini dan gue men-cancel pergi ke Padang. Ya meskipun gue bakal tinggal berdua dengan sekardus mie di rumah. Masalahnya sih bukan itu, sebenernya dari jauh hari gue juga udah mengajukan permohonan cuti ke kantor karena acara wisuda kakak di Padang bulan depan.
Belum di acc sih, kalo di acc trus gue nggak jadi ikut ke Padang gimana?
Rugi dua kali dong. Huaaaa
Oke, gue ambil kuliah tahun ini dan gue men-cancel pergi ke Padang. Ya meskipun gue bakal tinggal berdua dengan sekardus mie di rumah. Masalahnya sih bukan itu, sebenernya dari jauh hari gue juga udah mengajukan permohonan cuti ke kantor karena acara wisuda kakak di Padang bulan depan.
Belum di acc sih, kalo di acc trus gue nggak jadi ikut ke Padang gimana?
Rugi dua kali dong. Huaaaa
3. Tidak ambil kuliah tahun ini dan ikut ke Padang.
Hmm, sayang umur.
4. Tidak ambil kuliah tahun ini dan tidak ikut ke Padang.
Kalo ini sih, bego namanya.
Hmm, sayang umur.
4. Tidak ambil kuliah tahun ini dan tidak ikut ke Padang.
Kalo ini sih, bego namanya.
Gue bingung gaes.
Dari tadi gue bener-bener bingung mikirin itu. Dan setelah gue menimang-nimang resiko apa saja yang akan gue terima dari beberapa poin keputusan di atas, akhirnya gue berniat untuk mengambil satu keputusan.
Yaitu:
Dari tadi gue bener-bener bingung mikirin itu. Dan setelah gue menimang-nimang resiko apa saja yang akan gue terima dari beberapa poin keputusan di atas, akhirnya gue berniat untuk mengambil satu keputusan.
Yaitu:
MENIKAH.



