• HOME
  • ABOUT ME
  • CONTACT
  • WIRDY'S PROJECT

Rahayu Wulandari Ibrahimelya

Daripada tawuran, mending kita curhat-curhatan

Hari Kamis minggu kemarin, gue kedatangan sepupu cewek dari Padang. Namanya Yoanda. Gue memanggilnya mbak Yoan.
Mbak Yoan resmi menjadi anak rantau saat ia telah bener-bener ditetapkan menjadi salah satu karyawan di sebuah Bank. Itu artinya, mbak Yoan akan tinggal menetap di Pekanbaru.

Kamis, 17 September
Sekitar jam setengah sembilan malam, mbak Yoan datang dengan membawa dua koper gede. Nggak sendiri. Mbak Yoan datang bersama temannya, cewek. Gue lupa namanya siapa. Soalnya waktu itu udah malam banget. Nggak sempat kenalan.
Dan kalian tau apa yang menyedihkan malam itu. Malam itu gue tidur di ruang tengah. Ruang tv. Daripada harus satu kasur bertiga dengan mbak Yoan dan temennya, gue memilih untuk tidur di ruang tengah. Sedih bet.
Gue menggelar karpet bludru, ambil bantal, selimut dan langsung bobok imut.
Rencananya malam itu gue bisa tidur di kamar kakak, tapi sayang. Kenapa sayang? Aku nggak apa-apa kok sayang.
Malam itu, temen kakak gue sedang menginap di rumah. Selesai mengerjakan tugas skripsi hingga larut malam, temen kakak gue akhirnya berencana untuk bermalam di rumah gue dulu.
Cocok.
Gue memang cocok tidur di luar kamar.

Seperti biasa, gue kalo tidur kebanyakan gerak. Enggak lasak sampe nendang sana-sini sih. Cuma kadang suka miring kanan, miring kiri gitu. Malam itu, selama gue tidur, ada perasaan yang nggak enak menyelimuti hati gue. Asik.
Bukan hantu atau suara aneh, tapi BADAN GUE SAKIT BENER.
Nggak empuk, huwaaa. Gue bolak-balik terbangun. Duduk-liat kiri-liat kanan-iler masih tumpah dan menggantung lengket di pipi- trus hempaskan badan dan kembali tidur.
HAAAAANJIRR. INI BUKAN DI TEMPAT TIDUR.

PUNGGUNG-GUE-REMUK. -______________________-

Pokoknya malam itu gue beneran serba salah. Kayak cowok di mata cewek. Serba salah.
Mau miring kiri, kanan semua posisi nggak ada yang enak. Mau tidur telentang, gue nggak biasa tidur dengan posisi gitu. Apalagi tidur telungkup di lantai. Sakit gaes. Gue takut. Ntar bangun-bangun langsung jadi rata.
Itu, maksud gue bantalnya. Kalo ditidurin kelamaan takutnya jadi rata gitu.
Sa ae ngelesnya. hestekwulanhebat.

Menjelang subuh, gue baru bisa tidur pulas. Setengah jam setelah tidur lelap, gue melihat ibu ikut tidur di luar di samping gue. Menemani gue :))


Jumat, 18 September
Sepulang kerja, gue harus menunggu mbak Yoan pulang. Meskipun mbak Yoan bawa motor ayah, mbak Yoan tetep nggak tau arah jalan pulang. Takut nyasar, gitu katanya. Yaudin, sepulang kerja gue akhirnya langsung menuju bank tempat mbak Yoan bekerja.
Cukup lama gue duduk di depan bank sambil meminum sebotol soya dan juga memainkan ponsel. Gue laper. Nggak tau harus gimana. Mau ke beli makanan ke alfamart di seberang jalan, ntar mbak Yoan keburu pulang. Kasihan. Mbak nggak tau jalan pulang. Alhasil gue cuma duduk manis di depan bank. Gue yang duduk, gula yang manis.

Malam itu, gue seneng. Penderitaan gue tidur di ruang tv berakhir sudah. Temen mbak Yoan yang-gue-nggak-tau-siapa-namanya itu ditugaskan di kantor cabang lain. Cukup jauh. Memakan waktu satu setengah jam. Siang harinya temen mbak Yoan permisi keluar nyari kostan yang dekat dengan kantor kerjanya.
Dan mulai malam itu, gue kembali tidur di kamar dengan tenang.

Malam harinya, mbak Yoan meminta gue untuk menemaninya ke laundry. Gue dengan muka ngantuk dan baju rumahan ala mau tidur langsung tancap gas menuju tempat laundry.
  '' Lan, kita ke Indomaret ya sekalian, '' ujar mbak Yoan setelah keluar dari laundry.
Sesampainya di Indomaret, mbak Yoan langsung keliling mencari barang yang akan di belinya. Sementara gue seneng minta ampun. Iya seneng. Saat itu gue melihat ada kursi plastik warna merah yang berada di depan rak alat-alat tulis.

Rejeki anak cakep. Gue langsung aja duduk anteng di kursi itu. Bodo amat dengan pembeli yang hilir mudik ngeliatin gue, yang penting gue nggak capek karena berdiri.

Karena lama kelamaan pembeli sudah mulai sepi, akhirnya gue memilih untuk mengikuti mbak Yoan. Malam itu gue beneran cuma nemenin. Gue nggak bawa uang sepeserpun. Lah, tadi katanya cuma mau ke laundry doang. Lagian malam itu gue salah bawa motor. Di jok motor nggak ada uang, tempat biasa gue naruh uang kembalian.
Gue melihat mbak Yoan mengambil cairan pewangi pakaian dan memasukkannya ke dalam keranjang belanja. Di sana tertera harga Rp. 5,900 untuk pewangi pakaian yang berjumlah 12 bungkus.
Mbak Yoan nggak cukup banyak membeli barang, dan kami saling berpandangan saat si mbak kasir mengatakan jumlah harga yang harus dibayar.
  '' Semuanya seratus delapanbelas ribu. ''

GLEK !

Apanya nih yang mahal? Numpang ngadem di Indomaret mahal ya? Numpang duduk di kursi tadi mahal ya? Atau apa nih?

Setelah membayar, kami berdua langsung keluar menuju parkiran. Masih dengan tampang kok-bisa-semahal-itu-ya kami berdiri di parkiran Indomaret.
Saat sedang sibuk melihat struk pembayaran, kami berdua dikejutkan dengan kedatangan cowok ganteng, tinggi dengan tampang yang lumayan. Gue udah geer nih. Kali aja si cowok mau minta nomer handphone gue. Uhuk.
  '' Mbak, minta duit lima ribu. ''

Gue nyengir.
Soalnya silau kena cahaya lampu jalanan.
  '' Enggak, nggak ada! ''
Gue langsung cuek. Apa banget. Cowok sehat wal'afiat gitu kok minta-minta.

Saat masih bingung dengan harga belanja yang sebesar itu, gue langsung menunjuk sederetan angka yang jumlahnya paling besar di struk belanja.
  '' Ini mbak, tujuhpuluh ribu. Ini belanja apa? ''
  '' Molto. Kok molto mahal amat mbak? ''
  '' Tujuhpuluhribu? Astaga. ''
Mbak Yoan cuma diem bengong. Gue langsung masuk bersamaan dengan mbak Yoan. Mbak Yoan langsung menyodorkan molto dan sedikit menanyakan berapa harga sebenarnya dari molto sachet yang berjumlah 12 bungkus itu
  '' Ya ampun, maaf mbak salah. '' Mbak kasir langsung gugup dan buru-buru mengubah struk pembayaran. Cukup lama.

Jadi, sebenernya 12 bungkus molto itu harganya Rp.5,900.
Sementara mbak kasir menotalkan harga dengan menghitung bahwa satu sachet harganya Rp.5,900.
Rp. 5,900 X 12 = Rp. 70,800

HAAAHAHAJEER

Molto sachet tujuhpuluh ribu gaes. Mending beli nasi padang empat bungkus pake teh hangat dua gelas. Bonus kerupuk. Kenyang. Mantap.

Cukup lama kami berdua berdiri didepan meja kasir. Setelah beberapa menit, akhirnya mbak kasir memberikan uang kembalian dan meminta maaf atas kekeliruannya.
Sesampainya di rumah, mbak Yoan langsung membuka isi plastik belanjaan di atas tempat tidur. Sementara gue masih ngacaan.
  '' Lan. ''
  '' Iya mbak. ''
  '' MOLTO KETINGGALAN. ''

Hayati lelah.
Dengan tenaga yang super ngantuk, gue langsung mengenakan jilbab kembali dan balik lagi ke Indomaret.
Entahlah. Siapa yang salah dalam perihal ini.
Hanya Tuhan, lampu jalanan dan plastik Indomaret yang tau.
Share
Tweet
Pin
Share
27 comments
Masih sambungan dari postingan sebelumnya.
Hari itu gue bener-bener lost contact alias nggak ada komunikasi dengan pacar. Dari malam sampai malam lagi. Seharian.
Gue sampe mikir, apa jangan-jangan gue sekarang udah positif jomblo? Gue jomblo? Nggak punya pacar dong? Aaaaaa..
Mengingat sms terakhir kali yang gue layangkan ke pacar yang isinya gue ingin menyudahi hubungan karena sikap ketidakpeduliannya. Gimana enggak peduli, gue ulangtahun masak dia nggak ngingat. Pake acara marah segala.
Oke, gue yang mengambil keputusan maka gue harus berani menerima resikonya. Apapun itu.

Malam harinya gue tenggelam di dalam selimut. Adem ayem.
Jam menunjukkan pukul setengah sembilan malam.
Sambil membaca buku Tere Liye kiriman hadiah dari si anu juga dibarengi chat dengannya.
Kalau nggak salah, obrolan yang kita bahas terakhir kalo nggak salah membahas tentang buku-buku Tere Liye. Gue dikatain kudet karena nggak banyak tau tentang judul buku dari penulis itu. Lah, memang iya sih. Hehee
Chat terhenti saat ibu masuk ke kamar.
  '' Lan, itu di luar ada Lisa. ''
Gue langsung memeriksa chat. Aneh, biasanya Lisa pasti nge chat duluan sebelum pergi ke rumah gue. Chat dari Lisa kosong.
  '' Tumben Lisa datang jam segini, '' ujar gue sambil ngikat rambut dan berjalan keluar kamar. Malam itu gue yang sedang mengenakan celana pendek, baju kaos, dengan krim masker muka yang masih menempel di wajah dan rambut yang acak-acakan karena tiduran tadi dengan pedenya membuka pintu keluar rumah.
Nggak papa deh pake celana pendek, lagian kan yang datang ke rumah juga Lisa. Temen cewek.

Gue langsung saja membuka pintu.
Gue bengong. Nggak ada orang di luar. Jam setengah sembilan di lingkungan rumah gue bener-bener sepi.
Gue sempat memicingkan mata beberapa kali. Memastikan bahwa agak jauh dari rumah gue, ada sebuah motor terparkir. Gue kenal motor itu.
Motor si pacar.
Gue langsung menutup pintu dan kembali ngacir masuk kamar.

Ngapain lagi dia ke sini? Udah gue putusin juga. Huh.

Gue kembali naik ke atas tempat tidur trus selimutan. Melihat itu, ibu langsung masuk ke dalam kamar.
  '' Loh Lan, itu Lisa di luar dari tadi. Kenapa masuk? Kasian dia udah nungguin daritadi. ''
Gue diem mendengar ucapan ibu. Lisa? Nggak ada Lisa.
Apa yang ibu lihat di luar tadi bukan beneran Lisa? Penampakan Lisa?
Tapi kenapa ada motor si pacar di luar? Apa jangan-jangan Lisa jadian sama pacar gue?
Hah? Kok bisaa??

Gue makin kacau. Pikiran dan pertanyaan bodoh masuk ke kepala gue.
  '' Ganti baju sana. Pake baju yang panjang. Udah malam, dingin. ''
Gue langsung buru-buru ganti baju dan nggak lupa juga mencuci krim masker wajah yang masih melekat. Di dalam kamar mandi gue hampir saja kembali mewek. Gimana kalau itu beneran si pacar yang datang?
Buat apa dia datang? Kemarin juga udah lupa dengan tanggal ulangtahun gue, nggak ada ngucapin juga. Huuhu~

Selesai membasuh muka, gue langsung berjalan pelan ke ruang tamu. Membuka pintu dan TARAAAA
Gue kaget.
Si pacar udah berdiri sambil senyum dengan memegang sebuah kue dengan lilin menyala di atasnya.
Antara masih kesel, kaget dan pengen ketawa. Gue langsung mundur sambil menyandarkan badan pada daun pintu.
  '' AAAA JAHAT ! '' gue teriak kenceng.
  '' Kenapa jahat? Ini. Selamat ulangtahun ya? ''
Gue tetep cemberut. Masih kesel. Gue memperhatikan lekat-lekat lilin yang ada pada kuenya.

ASTAGAH, INI KENAPA LILINNYA ANGKA 20 ? UMUR GUE KAN MASIH 19. HUWAAA

Sumpah gaes, gue nggak habis fikir. Ini maksudnya ulangtahun gue hari ini dengan tahun depan di rapel atau gimana nih?
Muka gue tua apa gimana?

  '' Hehee, lupa lupa. Maaf ya. Kirain umurnya 20 tahun. ''

Gue hanya cengengesan sambil buru-buru menelan ludah. Laper. Lama amat kuenya di potong. Pisau mana pisau?

Dan malam itu, gue baru tau bahwa semua kejadian ini adalah skenario dari kakak, ibu dan si pacar. Dengan penuh semangat ibu menceritakan gimana keadaan gue kemarin.
Ngambek seharian, di kamar mulu, kesel sendiri. hahaa
Raisa malu deh.



Diumur yang semakin tua ini gue enggak banyak berharap apa-apa. Terimakasih untuk teman-teman yang udah mendoakan yang terbaik buat gue.
Dan gue bener-bener seneng saat ada satu doa yang baru kali ini gue denger.
  '' Semoga dream notenya cepat terwujud. Amin ''
Doa yang langka banget ini :)) Ada yang mengingatkan gue dengan dream note.

Dengan doa itu, gue jadi lebih semangat untuk melakukan kegiatan demi terwujudnya semua list yang menjadi dream note gue selama ini.
Tengkiyu beh.





Maafkan kuenya yang boros umur setahun. Percayalah, gue masih belasan kok.
Maafkan mata sembab gue ya. Kemarin habis nangis semalaman. Gimana sipit mata gue, udah kayak orang china belum?
Maafkan  foto bawah paling kanan ya.

 Doain gue panjang umur, biar besok-besok bisa ulangtahun lagi. Yuhuu
Tengkiyu. Bye :)


-__-



Gaya udah sok feminim-able. Enggak sadar kalo satu kaki masih naik ke sofa.
Maaf ya. Gue kadang memang gitu. Suka lupa dengan jenis kelamin sendiri.



blur. Foto gak jelas. Difotoin adik. Lupa ini gue kenapa bisa ekspresi kayak gini.
Monyong segala. -_-


Share
Tweet
Pin
Share
37 comments
Semakin bertambah umur, maka jatah hidup juga semakin berkurang. Sebelum kita terlahir ke dunia, kita pasti sudah memilih dan menentukan akan sampai mana  batas umur kita pada-Nya.


Beberapa hari yang lalu, jatah umur gue berkurang. Enggak tau tersisa berapa tahun lagi. Mungkin saja yang tersisa hanya bulan, atau hari. Entahlah.
Enggak ada yang acara apapun yang gue buat dalam merayakan ulangtahun  yang belasan itu.
Iya, umur gue masih belasan. Masih muda. Abege-abege muda gitu.
Tapi gue sedih. Ini umur belasan yang terakhir kali bagi gue. Huhuu

Sebelum tidur, ada seseorang yang ngucapin ultah ke gue. Padahal malam itu masih di tanggal 13 September. Belum ultah sih. Aneh. Benar-benar aneh. Mesum juga. Yaa you knowlah, :p

Malam sekitar pukul setengah satu, gue terbangun karena getaran hp. Dalam hati gue menduga kalau itu sms dari pacar. Yeay, ada juga yang ingat ulangtahun gue.
Tapi ternyata bukan gaes. Yang masuk itu adalah sms dari Jefri. Sahabat gue tercinta. Enggak nyangka banget Jefri bisa ingat ultah gue. Padahal kita berdua kalo chat kebanyakan saling menghinanya.
Terimakasih Jefri.
Pagi harinya, gue terbangun lagi karena getaran hp. Gue berharap itu adalah getaran dari sms pacar yang ngucapin ultah ke gue. Tapi enggak. Pacar bangunin gue untuk ngingatin subuhan.
SYEDIH

Sambil natapin layar hp, ibu masuk kamar kemudian ngomong,
  '' Lan, kok enggak pake baju gaun gitu? ''
  '' Loh memang kenapa bu? ''
  '' Kan ulangtahun. ''
Enggak lama kemudian, ayah masuk ke kamar gue. Nyalamin dan ngucapin selamat. Dan nggak lupa juga ayah mendaratkan kecupannya di dahi gue.
Begitu juga ibu. Tapi ibu beda, selesai mengucapkan selamat ke gue, ibu langsung mengeluarkan lidahnya dan membasahi semua bibirnya.
  '' Sini Lan, ibu cium. ''

Entahlah. Terkadang ibu gue, ya begitu.

Dari pagi itu hingga siang, gue masih berharap kalau si pacar ingat dengan hari kelahiran gue. Saat istirahat siang di kantor, gue melakukan hal yang menurut gue cemen.

Gue mewek. :(

Siapa sih yang nggak sedih kalau ada di posisi kayak gini. Semenit, dua menit gue mewek. Tapi di menit ketiga gue baru sadar dan langsung buru-buru menghentikan tangisan gue.
Takut. Ntar maskara gue luntur. Eyeshadownya juga. Kan mubazir namanya.

 Dan sampai sore harinya, sampai gue pulang kerja, gue masih tetep belum dapat ucapan dari pacar. Kesel !
Sore harinya, dia sms gue. Karena kesel, gue membalas smsnya dengan jawaban cuek yang mengakibatkan dia marah.
Hei, yang seharusnya marah gue kan? Kok jadi gini -_-

Sore itu, gue bener-bener pengen cepet pulang kerumah. Dada gue udah nyesek. Nyesek banget. Kirain behanya kekecilan, ternyata memang enggak. Gue nyesek karena kecewa pada hari itu.
Saat hendak buru-buru pulang, temen kerja gue nyamperin gue ke meja. Mereka ngucapin ultah beserta doa-doanya ke gue. Gue cukup mengamininya :)
Kemudian salah satu dari mereka langsung ngomong dan berniat untuk merayakan hari kelahiran gue.
Gue menolak. Males.
Sebenernya bukan males sih, gue udah sedih aja bawaanya.
  '' Gimana kalo ntar malam kami semua ke rumah lu Lan? Ngerayain ultah lu? ''
Gue menggeleng dan menolaknya.
  '' Atau kita rayain di luar aja. Lu yang pilih tempatnya deh, ntar gue yang bayarin semuanya. ''
Hanjiiir, baik bener. Gue yang ultah, mereka yang nraktir. Temen banget nih. Haha
Gue menggeleng dan menolaknya.
  '' Ayo dong Lan, biar ultah lu hari ini ada moment spesial gitu. Ngumpul, makan di luar yuk. ''
Gue menggeleng dan menolaknya. '' Banyak asap nih di luar. Males keluar-keluar. Hehee ''
Temen gue tetep nggak putus asa, salut.
  '' Yaudah deh, jadi lu minta kado apa dari gue? ''
  '' Didoain panjang umur aja udah cukup kok. Makasih ya. ''

Sederhana ya permintaan gue.
Kebayang dong gimana ntar kalo nikah sama gue. Waktu si cowok nanya,
  '' Sayang, kamu mau mahar apa? ''
  '' Didoain panjang umur aja cukup kok. ''
Pas udah nikah.
  '' Sayang, kamu mau honeymoon kita di mana? ''
  '' Didoain panjang umur aja cukup kok. ''
Selang beberapa bulan.
  '' Sayang, kamu mau anak kita berapa? ''
  '' Didoain panjang umur aja cukup kok. ''

Tiga bulan kemudian gue resmi jadi janda.

Sore itu, gue menolak semua ajakan temen-temen. Hati gue lagi nggak enak sih.
Sesampainya di rumah, gue cuma diem doang. Selesai mandi, gue masuk kamar. Nyungsep dalam selimut. Tiba-tiba aja, bantal gue basah karena air. Baru sadar kalo ingus gue meler.
Selang beberapa lama, gue mewek. Sedih bet.
Udah nggak diucapin selamat ultah dari pacar, eh gue malah dicuekkin.
Nggak berapa lama, ibu datang ke dalam kamar. Ibu langsung ndusel-ndusel gitu masuk ke selimut gue.
Gue tau, ini memang cara ibu untuk menghibur gue yang lagi sedih.
Gue tetep diem sambil terus nangis.
Melihat gue yang nggak ada respon, ibu langsung meluk-meluk gue. Kemudian Nova masuk, dan ia langsung mijitin kaki gue.
Lalu Adam juga masuk, adik gue yang bungsu. Adam nawarin markisa ke gue. Bukan nawarin sih, tapi maksa.

SUMPAH.
Dalam keadaan kayak gitu gue pengen sendiri. Gue nggak pengen becanda dulu. Gue pengen sendiri doang di kamar.
Gue mewek lagi sambil kesel.
Setelah Nova dan Adam keluar kamar, ibu duduk dan nanya gue.
  '' Kenapa Lan?Ada masalah dengan pacarmu? Dia selingkuh? Atau apa? ''
HUAAA
Mewek gue semakin menjadi-jadi. Dengan ibu bertanya seperti itu, bagi gue itu sama aja dengan kalimat,
'' Ayo Lan, mewek lagi yang kenceng. Jangan ditahan. Mewek terus. ''
Akibatnya, gue semakin mewek.

Beberapa menit sebelum adzan magrib, adk-adik gue kembali merusuh. Nova dan Adam datang dan langsung bertepuktangan sambil menyanyikan lagu happy birthday untuk gue.
Gue semakin nangis sambil ngedumel dalam hati.
BISING WOI. SUARA KALIAN CEMPRENG. MASIH BAGUSAN SUARA TEPUKTANGAN.

Tapi saat itu gue cuma bisa diam. Enggak mampu ngomong apa-apa lagi.
Usai magrib, gue sms pacar. Gue bilang ke dia, kalau dia selama ini enggak pernah tau tentang gue. Dan gue sangat-sangat yakin kalau dia beneran lupa dengan hari ini. Hari ulangtahun gue.
Sampai-sampai gue memilih untuk menyudahinya saja.
Belum sampai satu menit, sms balasan masuk.
  '' Apa maksudnya? ''
Dengan mata yang masih bengkak, gue membalas smsnya.
  '' Kamu bahkan nggak tau hari ini hari apa, tanggal berapa. Kamu nggak tau tentang aku. ''
Dan kemudian, gue mendapatkan balasan lagi. Yang isinya,
  '' Aku tau kok. Hari ini tanggal 14 September 2015. Trus  kenapa dengan kamu? ''

HUWAAAAA~
Nangis gue makin kejer. Gue nggak cengeng sih, baru kali ini doang nangis. Jarang-jarang gue nangis separah ini. Percayalah. Gue strong abis.

Malam itu, gue curhat habis dengan Cabeh. Sambil nangis dan sambil makan roti juga. Laper . Dari tadi siang belum makan.
Di sela-sela curhat dan makan roti, gue terisak lagi. Dan kembali mewek.
Susah memang kalo lagi sedih gini. Akhirnya gue memutuskan untuk menyudahi makan roti takut keselek. Padahal baru dua gigitan juga. Rotinya roti cokelat, dalemnya dilapisi keju gitu. Enak. Rotinya empuk. Manis juga. Ukurannya gede. Minat, PING!

Setelah semuanya selesai gue curhatkan, ada sedikit perasaan lega yang gue rasakan. Serasa plong gitu. Kayak dompet kosong di akhir bulan. Plong.

Kadang gue mikir.
Ini hari ulangtahun gue atau bukan sih?
Entahlah.



Share
Tweet
Pin
Share
43 comments
Dalam hening, benda mati menjadi saksi bahwa semua telah tertumpah
Aku merasakan, namun tak bisa menggapai
Bahkan denting waktu sempat mengelak mendekatiku
Enggan merayap tuk mendengar retaknya relung hati
Jejak itu semakin memudar, kemudian lenyap tak berbekas

Akulah lembar daun yang terbang dengan anggun
Melepaskan ranting yang telah lama menjadi sandaran

Share
Tweet
Pin
Share
47 comments

'' Wulan, ayo kita makan lagi. Ngumpul lagi sama temen. ''
From: Indra

Sebuah pesan singkat mendarat di ponsel gue. Gue yang menahan kantuk tadi malam langsung saja meletakkan ponsel setelah membaca tanpa membalas pesannya.
Indra. Salah satu temen semasa sekolah gue. Cowok berbadan tegap, gagah, macho, berkulit gelap, pintar dalam bahasa inggris, tapi semua yang gue sebutkan tadi bakalan hancur saat kalian tau kalau dia mengoleksi berbagai video clip boyband Korea di dalam laptopnya. Iya, 'boyband'.
Terkadang kalo ketemu cowok ganteng, Indra langsung lebih dulu memuji-muji cowok ganteng tersebut sambil senyum-senyum girang.

Indra memang gagah, tapi cucok. Sifatnya agak mengarah ke wanita-wanitaan. Alias melambai.
Tiga tahun lamanya gue sekelas dengan Indra. Sampai suatu hari, saat gue duduk di pojokan kelas, dia ikut duduk di samping gue.
  '' Lan? ''
  '' Iya, "
  '' Lu mau tau sesuatu gak? ''
  '' Apaan? ''
  '' Pas awal masuk kelas satu dulu, gue suka sama lu. Pas pertama kali ngeliat lu. ''

Oke, berarti dia suka gue pas pertama kali ngeliat doang. Saat ngeliat yang kedua kali, ketiga kali dan seterusnya dia enggak suka gue lagi. Bagus.

  '' Oh ya, hahaaa. ''
Gue cuma bisa ketawa. Ketawa bingung. Ini cowok sebenernya suka cewek atau cowok sih.

Naik ke kelas dua SMK, gue semakin yakin dengan sosok seorang Indra. Betewe, dia enggak suka di panggil Indra. Padahal nama aslinya Indra. Dia lebih suka di panggil Miko. Entahlah, orang gagah mah bebas. Setiap hari di kelas, Indra selalu ikutan gabung dengan anak cewek. Sampe-sampe dia pernah nanya ke gue dan beberapa temen cewek lainnya.
  '' Lan, lu pake pelembab muka apa sih? ''
  '' Lu pake bedak apa? ''
  '' Lu pake masker muka apa? ''
  '' Kok bersih? ''

Dengan penuh wibawa gue menjawab, '' berobat ke klinik Tong Fang! ''
Yakali ada cowok nanya-nanya bedak.

Kadang gue juga enggak ngerasa nyambung setiap kali ngobrol bareng dia. Habis, dia ngomongin tentang boyband korea mulu, tentang penyanyi korea yang ganteng, tentang gerakan dance boyband, haduh. Gue enggak ngerti apa-apa. Beneran.
Bahkan gue sempat pernah melihat foto Won Bin pada wallpaper di ponselnya.

Ajib !

Selemah-lemahnya gue, ternyata Indra ini lebih lemah daripada gue. Gampang ngambekan, bentar-bentar badmood, kesel sendiri. Temen sekelas kadang sampe bingung gimana cara ngertiin dia. Bahkan dia pernah jalan keliling sekolah sendirian, bengong di pojok tingkat atas lamaaaa banget. Aneh. Kayaknya urat syarafnya ada yang salah belok deh.
Sampai suatu hari gue ngomong ke Indra. Sudah seminggu lebih dia enggak ngomong dengan teman-teman sekelas. Datang ke kelas-diam-istrahat-diam-belajar-diam-kemudian pulang.
Akhirnya gue ngomong ke Indra,
  '' Ndra, lu napa sih diemin anak sekelas? Marah kenapa? Ada masalah? ''
Diam.
  '' Hei, Indra jawab dong. Orang nanya itu didengerin bukan malah diam. ''
  '' Gue lagi gak pengen ngomong dengan siapapun. Kecuali dengan lu, Roza dan Brian. Cuma tiga orang itu. Jadi tolong sampaikan ke teman lainnya, gue lagi enggak mau ngomong dengan siapapun. Sorry. ''

HAHAHAHAHAAJIRR
Gue pengen ngakak abis-abisan. Lah siapa amat emang?
Mulai hari itu, gue melabeli Indra dengan sebutan Drama King.

Tapi untuk bersaing dalam hal pelajaran Indra cukup bisa diandalkan. Untuk kerjasam tim juga oke. Bahkan gue sempat berpasangan dengan Indra saat mengikuti Debate Competition tahun lalu.
Ya meskipun GITU.
Kebanyakan manjanya, kebanyakan ngambek. Apa-apa baper, kesenggol pintu kelas, baper. Nyalain keran air, airnya gak keluar jadi baper. Serba baper pokoknya. Alhasil kalo udah gitu, gue deh yang bujuk-bujuk dia. Udah kayak ngebujuk pacar aja. KZL.
Kita kemana-mana berdua. Kayak pasangan yang baru jadian gitu, anget-anget, romantis. -_-
Latihan berdua, makan berdua, sampe suatu hari Indra down di sela-sela latihan.
  '' Lan, gue enggak bisa ikut olimpiade ini. Gue blank ''
  '' Yaah lu kok gitu sih? Besok pagi kita udah berangkat.''
  '' Gue, enggak bisa. Gue gak bisa ditekan gini, gue enggak bisa dipaksa ''
  ''...''
  '' Lu ngerti kan gimana kondisi gue? ''
  '' Enggak. Lu kayak anak kecil deh. Minta diagungkan banget. ''

Sejak saat itu, gue didiemin. Sehari doang sih. Hahaa

***
Saat mendapat sms dari Indra tadi malam, gue jadi teringat akan suatu hal memalukan yang-gak-akan-gue-lupain sampe cucu gue punya cicit, cicit gue punya cucu dan cucu dari cicitnya cucu gue punya cucu.

Malam itu, gue, Lisa dan bang Cadis janjian untuk ketemu dan ngobrol-ngobrol. Bang Cadis ini kakak senior gue dulunya di sekolahan. Akhirnya kita bertiga berangkat ke Kopitiam. Sebelumnya bang Cadis sudah merengek-rengek untuk minta traktiran dari gue dan Lisa.
Kampret memang. Minta di traktir dua cewek sekaligus.
Sesampainya di sana, belum sempat masuk bang Cadis malah permisi pergi dengan alasan ada urusan dan sebentar lagi akan balik ke sini.
Akhirnya gue masuk dengan Lisa. Berdua. Gandengan tangan.
Hari itu gue memilih untuk mengenakan pakaian simpel. Jeans biru tua, baju biru dengan lengan seperempat, dan spansus hitam.
Ganteng abis.

Aku udah siap nih. Yuk kenalin aku ke orangtua kamu. 

Baru saja menghenyakkan pantat di kursi empuk, Lisa langsung berdiri.
  '' Gue jemput Sarah ya ke sini. Bye. ''
Cipika-cipiki trus keluar.

Gue bengong kayak orang dongo sendirian.
Mana orang rame lagi, huh. Akhirnya gue berinisiatif untuk memainkan ponsel. Biar keliatan sok sibuk gitu. Padahal yang gue buka di ponsel cuma, kalkulator. Jumlahin angka, trus dikalikan trus dijumlahkan lagi dan lihat hasilnya. Gitu terus sampe ubanan.
Sampai beberapa menit seorang cowok gagah perkasa menghampiri gue.
  '' Hai Lan. Lu di sini ya? Sama siapa? bla bla bla. ''
Cowok gagah perkasa itu adalah INDRA.
Indra langsung saja memanggil waitress dan memesan makanan.
  '' Ini pacarnya, mau pesan apa? ''

((pacar)). Key.

Gue langsung memilih untuk memesan es krim. Simple. Cepet abis cepet pulang. Enggak tahan kalo harus ngobrol dengan Indra yang pasti bakalan membahas boyband Korea.
Untung saja, obrolan kali itu enggak ada berbau korea-koreaan. Soalnya yang di obrolin Super Junior.
SAMA AJA, ITU BOYBAND JUGA!
Indra menanyakan kabar gue, pekerjaan dan rencana kuliah dan juga kita ngobrolin banyak hal. Ya walaupun dia yang kebanyakan ngobrol sih.
Cukup lama Lisa dan bang Cadis datang. Sampai es krim pesanan gue datang.
Sedang asyik melahap es krim, Indra mulai mengajak gue ngobrol kembali setelah beberapa saat hening menikmati pesanan. Belum sempat gue merespon pembicaraan dia, Indra langsung saja membuka mulut.
  '' ih, itu ada es krim di mulut lu. Sini gue bersihin. ''
  '' Engg-enggak usah. Udah bersih belum? ''
Gue buru-buru bersihin mulut pake tangan. Tangan mbak cleaning service.
  '' Itu masih kotor, belum bersih. ''
Indra merogoh-rogoh sakunya dan TARAAA keluarlah selembar tisu laknat.
Gue beneran kaget saat Indra membersihkan mulut gue pake tisu.

HANJIRR KAYAK FTV BANGET !

Gue mengelak. Tapi terlambat.
Akhirnya gue memilih diam dan meneruskan memakan es krim. Bodo amat, mau es krim sampe ke kelopak mata juga gak gue pikirin.
Sambil menikmati es krim, gue bisa merasakan dari sudut mata bahwa ada tatapan orang-orang yang melihat dan menyaksikan kejadian pertanda hari kiamat tadi.

Gue bingung. Gimana caranya pergi dan menjauh dari Indra ini.
Indra yang kali itu lebih mirip dengan koboi yang nyasar terlihat mengenakan topi koboi cokelat, baju kemeja, celana pendek dan ditambah dengan kalung yang menjuntai di lehernya.

FIX, BENERAN KOBOI.
KOBOI   JUNIOR.

 Ditambah aksesoris gelang yang melingkar di tangannya. Bukan sembarang gelang, gelangnya keren. Gue enggak yakin Obama bisa beli gelang sekeren ini.
Gelangnya ada gantungan cangkang siput, trus ada mainan gitar kecil, ada bola bulet-bulet warna warni ditambah ada mutiara merah plastik berukuran kecil yang nyelip diantaranya.

Gue gak bisa bayangin gimana usaha dan perjuangan dia untuk mendapatkan mutiara kecil merah itu. Nyelam ke dasar laut. Hebat.

  '' Itu gelangnya lu beli di mana? ''
  '' Oh ini, gelang buatan sendiri. Bagus gak Lan? ''
  '' Oh iya, iya bagus. Keren banget. ''
  '' Lu mau minjam gak? ''
  '' Enggak, gak usah Ndra. Gue gak suka pake gelang. Sukanya cincin. ''

Cincin pernikahan. Hasek.

  '' Lan, lu kok keringetan? ''
  '' Enggak kok. ''
  '' Itu, di atas bibir lu ada keringat. ''
  '' Enggak, gue emang biasanya gini. ''

Enggak tau kenapa, kumis gue sering keringetan gitu. Minta dicukur banget ini kumis.

  '' Sini deh, gue lap. ''
  '' GAK, GAK USAH NDRA. ''

Alhamdulillah, di detik-detik gue mempertaruhkan nyawa antara hidup dan mati itu, ponsel gue bergetar. Ada sms masuk.
  '' Aduh, ibu gue sms nih. Nyuruh pulang. Minta temenin ke blablabla. Ini uangnya. Nanti tolong bayarin ya Ndra. Bye. ''

Gue buru-buru pulang, turun ke bawah dan bebas dari maut yang mengintai.
Terkadang sms dari operator bisa diandalkan di saat-saat seperti tadi.
Terimakasih operator. Ailopyu.

















Share
Tweet
Pin
Share
33 comments
Newer Posts
Older Posts

Rahayu Wulandari

Rahayu Wulandari
Atlet renang terhebat saat menuju ovum dan berhasil mengalahkan milyaran peserta lainnya. Perempuan yang doyan nulis curhat.

Teman-teman

Yang Paling Sering Dibaca

  • ADAM
  • Ciri-ciri cowok yang beneran serius
  • Pelecehan
  • 5 Tipe Cowok Cuek

Arsip Blog

  • ▼  2020 (5)
    • ▼  September (1)
      • Perjalanan Baru
    • ►  June (1)
    • ►  April (3)
  • ►  2019 (5)
    • ►  October (1)
    • ►  July (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2018 (8)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  February (2)
  • ►  2017 (14)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2016 (39)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
    • ►  February (8)
    • ►  January (7)
  • ►  2015 (138)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (12)
    • ►  July (6)
    • ►  June (9)
    • ►  May (10)
    • ►  April (15)
    • ►  March (21)
    • ►  February (11)
    • ►  January (24)
  • ►  2014 (18)
    • ►  December (10)
    • ►  November (6)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+

Total Pageviews

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates