• HOME
  • ABOUT ME
  • CONTACT
  • WIRDY'S PROJECT

Rahayu Wulandari Ibrahimelya

Daripada tawuran, mending kita curhat-curhatan

Pagi ini, seperti biasa gue bangun tidur dan langsung menyibak gorden jendela. Melihat pemandangan pagi di luar.
Tidak seperti pemandangan yang biasanya gue dapati. Pagi ini pemandangan di balik jendela kamar benar-benar putih.Tidak ada terlihat pemandangan apapun selain warna putih yang menyelimuti.

Awalnya gue sempat menduga bahwa putih-putih yang terlihat itu adalah belek gue sendiri. Tapi ternyata enggak. Putih-putih itu adalah asap. Asap yang sangat tebal.

Enggan rasanya untuk bergerak bangkit dari tempat tidur. Asapnya tebal pemirsa.
Gue takut keluar rumah. Ntar pas gue keluar rumah, orang-orang pada teriak,
  '' Waah bidadari dari mana nih? ''
  '' Lihat, ada bidadari turun di negeri atas awan ini ''
Gue sangat khawatir akan ada ucapan yang seperti itu nantinya.
Yoweslah, mau gak mau pagi ini gue tetep berangkat kerja. Kalo enggak kerja, anak-bini di rumah mau dikasih makan apa.
Gimana, udah cocok belum jadi kepala keluarga?

Jam setengah delapan, gue langsung keluar dan berangkat kerja.
Hal yang gue khawatirkan tadi ternyata memang gak terjadi. Gak ada yang mengira gue bidadari di negeri atas awan. Iya, memang enggak ada.

Motor mulai melaju dengan kecepatan normal.
Sumpah demi lovato, gue bener-bener kaget.
Ya Allah, ini jalanan atau apa? itu kalimat yang pertama kali gue ucapkan. Jalanan di depan gak terlihat sama sekali. Yang ada hanya asap tebal.
Kanan-kiri jalan yang biasanya banyak rumah, ruko dan hutan, hari ini itu semua gak terlihat sama sekali.
Gue sampe pelan banget bawa motor. Itu juga di pinggir kiri terus. Takut ke tengah.
Tadi juga gue sempat kaget, tiba-tiba nongol mobil kencang dari arah yang berlawanan. Sebelumnya gue gak ngeliat itu mobil dari jauh. Yaiyalah, wong asapnya tebel bukan main.
Bahkan lampu kendaraan juga gak bisa menembus tebalnya kabut asap
Kayak aku, aku yang gak bisa menembus ruang hatimu.
 hestegPrayForRiau

Selama diperjalanan, gue bener-bener takut. Pengen nangis.
Makin hari, asap di kota ini semakin banyak.
Bukan hanya memperpendek jarak pandang, kabut asap juga bikin mata pedih dan sesak nafas.

Heran deh dengan pemerintah.
Pemerintah kemana sih? Kenapa lambat menangani permasalahan yang seperti ini?

Sebenernya kabut asap ini terjadi karena ulah orang-orang yang serakah. Membuka lahan baru untuk berbisnis dengan cara membakar hutan. Gak bertanggung jawab banget. Karena keserakahannya itu, masyarakat lah yang menjadi korban atas dampak yang ditimbulkan. Seperti ini, kabut asap. Yang baunya menyengat, membuat sesak nafas juga mata pedih. Apalagi pas ngeliat mantan jalan sama pacar barunya. Mata makin pedih coy.
Karena kabut asap ini, penerbangan banyak yang harus dibatalkan. Sekolah juga diliburkan.
Ulah siapa?
Ya itu, ulah manusia-manusia yang tamak. Minta di sunat banget deh tu orang.
Harusnya manusia-manusia yang membakar hutan secara sengaja itu harus dipenjarakan. Gimana enggak, banyak sekali aktivitas masyarakat yang terganggu dengan adanya kabut asap itu.
Bukan hanya itu, penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan) juga sudah menjangkit luas pada masyarakat. Kemarin gue sempat baca berita, berita itu menyatakan bahwa sudah ada 9.386 orang yang menderita penyakit terdampak asap.
Ya Allah :(

Mungkin masih banyak yang bingung, kenapa asap yang membakar lahan sebanyak 3.043 hektar itu gak hilang-hilang.
Lahan di Riau ini memiliki jenis tanah gambut. Pada umumnya tanah gambut ini mempunyai ketebalan hingga kedalaman 20 meter. Jadi, meskipun api yang membakar lahan sudah terlihat mati, tanah gambut yang memiliki kedalaman 20 meter itu masih menyimpan bara api yang terus merambat.
Dan bara api itulah yang menimbulkan asap sedemikian tebal hingga sampai ke kota tetangga, Medan.

Hastagah, kok ketikan gue lurus yak.

Oke, serius.

Dan karena lahan gambut itu jugalah, tim Satgas sulit memadamkan api yang masih menyala di bawah tanah.
Trus, aku kudu piye?
Menghirup dan menikmati asap. Yeay!

Miris sekali.

Bahkan, sudah banyak media yang mengatakan bahwa kota Pekanbaru sudah tidak layak huni.
Abang Zayn, bawa aku ke London Utara sekarang. Pekanbaru banyak kabut asap, huhuu.



Indeks Standar Pencemar Udara di Pekanbaru,
sudah menerangkan bahwa udara Pekanbaru sudah masuk ke zona bahaya.
                                   


Semoga pemerintah cepat menangani permasalahan ini. Kasian anak-anak sekolah, ketinggalan pelajaran.
Kasian para pedagang, aktifitasnya jadi terganggu. Belum lagi para orangtua juga lansia yang harus menerima dampak buruk kesehatan dari kabut asap ini.

Sangat disayangkan atas gerakan pemerintah yang lambat dan bahkan sampai detik ini sama sekali enggak ada upaya pemerintah untuk menanggulangi masalah ini.
Pemerintah kemana?
Bobo imut ya?

Jangan heran, karena mungkin suatu hari gue bakal bertanya,
  '' Matahari itu seperti apa ya? ''



Share
Tweet
Pin
Share
64 comments
Jam menunjukkan pukul lima sore. Gue langsung beres-beres meja, fingerprint dan cus pulang.
Tiba-tiba salah seorang teman kerja, ngomong ke gue.
  '' Hujan Lan di luar. ''
  '' Oh, '' respon gue keliatan mantap, sambil memasang gaya siapa-sih-lo ke teman kerja.
Gue mendongak keluar, cuma gerimis doang sih. Gerimis-gerimis lucu gitu. Karena gue anaknya strong, dan enggak lemaaah bahkan payah. Akhirnya gue memutuskan untuk nekat pulang meskipun saat itu gerimis turun.

Gue sok kul gitu bawa motor.

Gue noleh ke kiri. Ada dua perempuan dengan satu motor yang sedang berteduh di emperan toko.
Gue langsung ngomong, '' AH, LEMAAAH ''

Gue noleh lagi ke kanan. Ada bapak-bapak tua yang sedang memarkir motornya di bawah warung tenda pinggir jalan.
Gue langsung ngomong, '' AH, PAYAH ''

Gak jauh dari posisi bapak-bapak itu, gue ngeliat ada dua orang cowok kece. Kemejanya rapi bener, pake dasi, sepatunya cling mengkilap. Kayak mau ngelamar gadis orang.
Ngeliat mereka berdua berteduh sambil ngelap bajunya yang basah, gue langsung ngomong.
  '' AH, CEMEN ''

Setelah selesai menoleh kanan-kiri gue kembali melanjutkan perjalanan. Hujannya makin deres pemirsa.
Gue pengen berteduh, tapi gak deh. Gue kan strong.
Sekitar 15 menit perjalanan, gue ngerasa ada yang bergerak di perut bagian bawah. Aneh memang.
Gue noleh ke perut.

IYAK BAGUS.
ANU GUE LEPAS.
EM MAKSUDNYA KANCING CELANA GUE LEPAS.

Bukan resletingnya, tapi kancing celananya. Kalo resletingnya sih kemungkinan masih bisa gue naikin lagi dengan tangan kiri dalam posisi di atas motor. Tapi kali ini yang lepas kancingnya. Pengaitnya.
Otomatis kalo pengaitnya udah lepas, perlahan-perlahan resletingnya bakalan turun.
Gimana cara gue memasangkan pengait ini? Ya kali gue berhenti di pinggir jalan, di tengah gerimisnya hujan trus narik-narik celana untuk dikaitkan lagi.
Untung celana jeans. Kalo rok, mungkin sudah melorot ke bawah.
Iya, gak usah di bayangkan.

Gue dilema.
Bingung harus memilih diantara dua pilihan.
Pilihan pertama, gue bawa motor kencang supaya gak ada orang yang ngeliat kalo celana gue lepas. Tapi jalanan macet, rame. Karena hujan mau gak mau gue harus lewat jalan raya yang padat. Kalo lewat jalan pintas, gue takut. Serem pas lagi hujan mendung gini.
Pilihan kedua, kalo gue bawa motor pelan, itu berarti akan ada banyak mata orang yang ngeliat celana gue yang lepas. Harkat marbat seorang Raisa bakalan turun drastis. Gue gak mau hal itu terjadi. Enggak mau.

Hari itu gue make jas kerja perempuan yang ada kancingnya. Dan itu sama sekali gak bisa membantu gue untuk nutupin celana gue yang lepas. Jas kerjanya pendek. Pas-pasan di pinggang.
Akhirnya gue memilih untuk ngambil pilihan kedua.
Tangan kanan di stang motor, sedangkan tangan kiri berusaha megang celana yang lepas supaya bisa tertutupi.
  '' Ayo, Kir. Kamu pasti bisa. Semangat Kir, semangat. ''
  '' Tutup yang rapat Kir, jangan biarkan mata yang lain memandang itu. ''
  '' Sebentar lagi sampai Kir, 5 menit lagi. Semangat Kir. ''
 Si tangan kanan tak henti-hentinya memberi semangat ke tangan kiri. Gue salut akan hal itu.

Dalam perjalanan perasaan gue bener-bener gak enak. Setiap berpapasan dengan orang, gue langsung parno dan berusaha menutup rapat celana dengan tangan.
Sesekali gue menunduk, memeriksa apakah resletingnya sudah turun. Dan alhamduliilah, resletingnya sudah turun setengah. Gue berusaha untuk menaikkan resleting lagi.
Belum ada 5 menit, resleting itu meluncur lagi ke bawah. Sial.

Demi celana yang lepas, gue bahkan rela menahan nafas agar gerakan perut pada saat tarikan nafas tidak terlalu berpengaruh untuk membuat resleting semakin turun habis ke bawah.

Gaes, ketahuliah. Ini masalah hidup dan mati.

Seumur hidup ini perjalanan paling ekstrim yang pernah gue alami.
Sesampainya di rumah, gue basah kuyup. Tapi setidaknya gue berhasil membawa pulang celana dengan kancing terbuka yang masih menempel di badan gue. Keprok-keprok

Selesai mandi.
Gue mulai flu, bersin-bersin.
Dan

Ternyata

Gue

Lemah.



Tapi baru kali ini doang kok. Beneran. Haha







Share
Tweet
Pin
Share
36 comments
Itu perempuanmu yang terlihat berdiri di ujung gang kecil.
Bergelut dengan gelap yang pekat. Bersemayam pada dinginnya malam.
Dia adalah perempuanmu yang paling cantik.
Tersenyum licik kepada setiap lelaki bersampul jas mewah.
Di setiap lekuk tubuhnya, telah tercatat puluhan bahkan ratusan sentuhan yang tersemat.
Tercatat dengan sangat lekat tanpa ada yang terlewat.

Itu perempuanmu yang tertawa manis dengan suara khasnya.
Aroma malam yang selalu mereka rindukan kini telah membaur dengan keringat nikmat.
Itu adalah uang, begitu kata perempuanmu.

Lihatlah, betapa bahagianya rona mereka.
Bergumul dalam kepulan asap,berpacu dalam dentuman ritme keras serta belaian halus yang laknat.
Kenyamanan yang tiada duanya teruntuk si perempuanmu.

Hei..
Sepertinya itu perempuanmu yang duduk meringkuk di ujung gang kecil.
Nafasnya terlihat menggantung nyawa. Matanya yang indah berubah padam.
Tubuh keriputnya saat ini seolah tak mampu lagi mencatat sentuhan-sentuhan baru dari ‘mereka’.
Kemana perginya tawa manis itu? Bukankah itu uang?
Apakah nikmat jahanam itu telah hilang?

Itu perempuanmu yang menangis terisak di sudut kota.
Berharap jalan pulang masih ada.
Namun sayang, nafasnya telah tertanam di pencakar langit.
Uratnya mengendur, jantungnya enggan untuk berdetak.

Selamat tinggal untuk perempuanmu.
 
Share
Tweet
Pin
Share
33 comments
Gue punya adik cowok yang kampretnya nau'ujibillah.
Anak cowok satu-satunya sekaligus anak bungsu dirumah yang tingkahnya bisa bikin asam urat gue naik.

Muhammad Adam Rizqi.
Panggilannya Adam.
Adam yang memiliki 3 Hawa di rumah. (Gue, kakak dan adik cewek)
Dari sini gue bisa paham kenapa laki-laki diperbolehkan memiliki banyak istri atau poligami. Lah, ini adek gue contohnya.
Kalo kata orang-orang, gue mirip banget dengan Adam. Denger-denger sih kalo mirip gitu tandanya jodoh.

Saat ini dia duduk dikelas 4 SD di sekolah baru dan masih menyesuaikan diri pada habitatnya. Ibu memutuskan untuk memindahkan Adam sekolah karena ia sering bermasalah di sekolah lamanya.
Dia bahkan pernah memasukkan cicak mati ke dalam bekal makan siang teman perempuannya. Dan karena itu ibu bolak-balik dipanggil ke sekolah.
Good job~

Meskipun begitu, gue tau kalo Adam memiliki bakat terpendam yang memang sudah lama terlihat dari kegiatannya sehari-hari.
Adam berbakat mesum.

Heran gue, kenapa punya adek cowok kok begini amat yak mesumnya. Kadang kalo gue selesai mandi, handukan trus buru-buru masuk kamar. Eh bukan sulap, bukan sihir Adam udah duduk anteng di kamar gue. Untuk apa dia masuk kamar gue kalo bukan mau 'ngeliat-ngeliat' gue.
Parah memang.

Dulu sewaktu masih rata, gue sering banget mandi bareng sama Adam. Ya walaupun punya kita beda, toh dia adik gue. Gak papa kali kalo cuma untuk mandi bareng.
Sewaktu duduk di SMP gue sering banget mandi bareng sama Adam. Kadang dia yang keramasin rambut gue, kadang juga gue yang keramasin rambut dia. Tapi gue selalu gagal di bidang peng-keramasan. Adam sering sesak nafas sewaktu gue keramasin. Katanya air yang gue siram ke kepalanya kebanyakan. Gue ngerasa jadi kayak ibu tiri yang menyiksa anaknya di kamar mandi.
Selesai mandi kita juga pake baju bareng, sisir rambut bareng terus duduk anteng di depan tivi.
Tapi semua berubah saat suatu hari gue mandi bareng sama Adam.
Pas lagi asyik-asyik mandi berdua dengan khidmat yang diiringi lagu Indonesia Raya, gue tiba-tiba terkejut.
  '' Wam ''
Fyi: Di rumah gue dipanggil Uwam sama adik. Pengennya dipanggil Raisa, tapi gak ada yang setuju.
  '' Iya..''
  '' Ambil sabun. ''
  '' Ambil sendiri beb.''
  '' Gak sampe Adam. ''
Posisi sabun saat itu memang cukup tinggi. Gue aja ngambilnya harus pake galah.
Gue diem aja sambil keramasih rambut. Karena gue kelamaan ngambil sabun untuknya, akhirnya Adam nekat ngambil sendiri. Dia manjat, lompat-lompat kecil dan..
PLAK !

Sentuhan panas mendarat di dada. Dada gue.
Ya Allah, sakitnya.
  '' Hehee.. ''
Adam cengengesan. Gue cuma melotot nahan sakit kearahnya.
  '' Jangan pegang-pegang, sakit. ''
  '' Hehee.. ''
Belum ada jeda beberapa detik dari 'hehee' yang keluar dari mulut Adam, langsung saja dia mendaratkan tepukan kedua.
  ''Aduh, jangan pegang-pegang dong. ''
  '' Kan Adam cuma pelan aja, '' Adam mengangkat tangannya lagi dan bersiap untuk melanjutkan aksi ketiganya.
  '' GAK USAH PEGANG-PEGANG! UDAH,UDAH KELUAR. GAK USAH MANDI BARENG LAGI KITA. UWAM GAK SUKA! ''

Gue mendorong adek keluar dari kamar mandi.
Dan mulai hari itu, kisah indah dalam kamar mandi kami berdua berakhir.

Adek gue juga aneh. Dia paling anti dicium. Dicium sama siapapun. Dan karena itu dia lebih berhati-hati kalo mengaji dengan gue. Salah dikit, langsung CUP.
Hahaaa
Karena susahnya untuk dicium, akhirnya gue berniat untuk menciumnya saat Adam sedang tidur siang. Seperti biasa, kita tidur bareng dikamar gue. Kira-kira 15 menitan setelah Adam cukup terlihat pulas, gue mendekat kearahnya.
Kapan lagi coba nyium Adam, adek sendiri?
Gue mendekat kearahnya, lebih dekaaaat dan

PLOK.

Hidung mancung Raisa kena tampol.
  '' Gak usah cium-cium Adam. ''


Kayak beberapa hari yang lalu. Enggak tau kenapa Adam meminta gue untuk sholat magrib bareng. Karena umurnya yang masih kecil, akhirnya kita sholat samping-sampingan. Setiap gerakan gue diikutinnya.
Gue rukuk, dia rukuk.
Gue sujud, dia sujud.
Gue naik ke rakaat kedua.
Eh dia udah di salam terakhir, lipat sajadah dan cus kabur.
Itu sholat atau pedekate anak jaman sekarang? Singkat amat.

Sampai suatu hari gue menemukan softex bersih yang udah terbuka dari plastiknya yang berceceran di teras rumah. Gue juga gak mau di cap orang sombong dengan pamer softex yang banyak oleh tetangga.

Keesokan harinya, gue gak sengaja ngintip Adam di kamar. Dari balik pintu gue ngeliat dia sibuk membuka softex dan memasangkannya ke celananya.
Hastagah !
  '' Dam, ngapain sih itu? Koe itu laki-laki. Ngapain pake softex segala. Mau jadi perempuan? '' Omel gue kesal.
Adam cuma diem sambil cengengesan.
Entahlah, mungkin ini dikarenakan faktor lingkungan keluarga yang lebih dominan perempuan daripada laki-laki.

Yang bikin gue seneng adalah saat nelfon Adam di depan temen-temen yang jomblo. Hahaa
Gue kalo di rumah, gak pernah sama sekali memanggil Adam dengan sebutan namanya atau manggil adik dan sebagainya.
Pernah suatu hari gue dan temen-temen lagi ngumpul. Tiba-tiba aja hp gue berbunyi. Dan langsung aja gue mengangkat telfonnya.
  '' Iya cintaku.. blablaa ''
Temen-temen gue hening

  '' Udah mandi beb? Iya iya, bentar lagi Uwam pulang ya ''
Temen-temen gue yang jomblo gigit jari. Jari onta.

  '' Iya beb, nanti ya ''
Temen-temen gue jomblo nahan airmata.

  '' Iya cintaku, ailopyu ''
Temen-temen saling pandang.

Selesai mengakhiri pembicaraan, gue diserbu pertanyaan yang intinya adalah, '' Itu tadi cowok lo ya Lan? ''
Dengan enteng gue menjawab.
  '' Enggak, itu Adam. Adek gue ''
Hahhaaa.
Yakali gue mau mesra-mesraan alay gitu nelfon pacar di depan umum. Kasian yang jomblo, ilernya tumpeh-tumpeh.
Entah bermula darimana dan enggak tau kenapa, gue udah terbiasa manggil Adam dengan sebutan '' cintaku atau Beb''.
Gak terhitung juga udah berapa kali gue ngucap kalimat I love you ke Adam di rumah.
Ya meskipun dia baik ke gue cuma di tanggal tertentu doang. Cuma di tanggal 5. Iya tanggal gue gajian. Kampret memang.
Adek gue matre. Dia juga inget kalo setiap tanggal 5 gue gajian.
Kayak tadi malam. Gue lagi asyik ngacaan di kamar.
  '' Wam? ''
  '' Iya cintaku ''
  '' 5 hari lagi? ''
  '' Kenapa? 5 hari lagi apanya? ''
Gue bingung dong. Lima hari lagi abang Zayn ngelamar gue atau apa nih.

  '' Iya, 5 hari lagi kan Wam? ''
  '' Opo ne? ''
  '' Kak Uwam gajian kan 5 hari lagi, kan? ''

Gue pengen mutilasi diri sendiri aja rasanya. Kenapa dia bisa seingat itu mengingat tanggal gajian gue? Kenapa dia gak mengingat makanan kesukaan gue aja? atau warna kesukaan gue? Huh.
Berhubung hanya di tanggal 5 Adam baik minta ampun ke gue, itu berarti hanya di tanggal 5 itulah gue bisa merasakan kasih sayang dari seorang adik ke kakak.
Terlepas dari tanggal 5, gue sedih. Adam udah gak baik kayak kemarin lagi ke gue.
Ibaratnya tuh pas lagi sayang-sayangan, eh malah ditinggal. Dicampakkan gitu aja. Sedih tau.

Gue juga masih ingat dengan kejadian beberapa yang lalu. Lipstick kesayangan gue harus patah hancur berkeping-keping setelah Adam nyoba buka lipsticknya dan kemudian menutup lipstick tanpa diturunkan terlebih dulu.
Padahal itu lipsticknya gue sayang-sayang banget.
67 ribu melayang gitu aja.
67 ribu , bisa beli nasi padang 4 bungkus, pake kerupuk 6 biji, ditambah seribu bayar parkir.
Susah nyari duit 67 ribu. Gue mesti jual diri dulu kali.
Huh !

1 hal yang perlu dihindari kalo ketemu dengan Adam.
Hindari memakai legging.
Tau kan legging itu apa? Celana berbahan karet yang lentur/elastis. Kalo dipakai, otomatis semua lekukan kaki kelihatan.
Gue, kakak, ibu, adek cewek bahkan temen-temen gue yang lainnya yang-pernah-pake-legging ke rumah gue udah jadi korbannya. Adam suka geram sendiri saat ngeliat orang-orang yang memakai legging.
Gue pernah berdiri di depan kaca. Dandan dulu pas mau kondangan. Berhubung kondangan kali itu gue disuruh ibu make gamis, yaudin mau gak mau gue harus mengenaka legging terlebih dahulu.
Lagi asyik-asyik ngacaa, tiba-tiba Adam datang dan langsung menyambar gue.
  '' TOWET '' Adam berteriak keras bersamaan dengan tangannya yang mencubit pantat gue.
  '' Haduuh jangan ganggu. Jangan kegatelan. ''
  '' TOWET-TOWET ''

Bangkeh, dia makin menjadi-jadi nyubit pantat gue. Kali ini 2 cubitan sesuai dengan suara TOWET yang terlontar dari mulutnya.
Seandainya gue tau bakalan menderita dengan punya adek cowok mesum seperti ini, mungkin dulu pas baru lahir gue bakal titipin dia ke panti asuhan.

Disaat anak-anak kecil lain lagi asyik main dengan lucu-lucunya, kenapa adek gue asyik dengan kemesumannya?

Huhuu






Share
Tweet
Pin
Share
45 comments
Aku menyibakkan selimut yang sedari tadi membaluti tubuhku. Ada rasa enggan untuk bangkit dan menjauh dari tempat tidur ini. Masih mengantuk.
Hari ini ayah menolak tawaranku untuk ikut serta membantunya berjualan siomay di kantin kampus. Sebenarnya aku cukup kasihan melihat lelaki itu bekerja sendiri.
  ‘’ Kamu istirahat saja di rumah. Ibu nanti yang akan membantu ayah ‘’ Ujarnya yang tiba-tiba muncul di depan pintu kamarku. Aku mengangguk lesu dengan wajah bantal yang masih mengantuk.
Tidak tahu mengapa, akhir-akhir ini aku jadi lebih sering mengantuk. Padahal aku sama sekali tidak pernah bergadang. Jam 10 saja, mataku sudah ngantuk gak karuan.
Aku meraih handphoneku yang tergeletak di atas meja kecil di samping tempat tidurku. Cukup dekat, tanpa mengubah posisi aku masih bisa menjangkau handphone berwarna gelap itu.
Tiba-tiba saja aku teringat dengan kejadian beberapa hari yang lewat. Iya, si lelaki mesum itu.
Buru-buru aku mengecek emailku. Sedikit berharap, semoga ada e-mail masuk darinya.

Tidak ada pesan baru.
Aku menghela nafas.

Mungkin dia sudah melupakan pertemuan itu. Atau mungkin secarik kertas yang berisi alamat e-mailku itu hilang darinya, tercecer atau mungkin ia sudah membuangnya. Entahlah.
Kenapa aku begitu mengharapkan email darinya?
Ah sudahlah.

Aku menarik selimutku lagi kemudian membenamkan seluruh badanku kedalamnya.
Belum sempat aku memejamkan kembali kedua mataku, sebuah deringan terdengar dari benda kecil di sampingku. Handphone.
Dengan rasa malas aku membuka handphoneku, dan ada sebuah e-mail masuk.
E-mail dari lelaki mesum itu. Di sana tertulis jelas nama yang ia sebutkan saat berkenalan denganku saat itu. Daruma.
Di e-mail itu, ia mengirim pesan untuk mengajakku jalan hari ini. Untunglah, ia memilih sore hari sebagai waktu yang tepat untuk jalan denganku.
Aku bahkan sempat bingung harus mengajaknya jalan kemana. 

    ‘’ Entahlah. Kamu kan lebih tau tentang negeri ini. Yang jelas antarkan aku ke tempat serupa toko buku ‘’. Balas lelaki itu.
Aku terdiam sejenak. Memilih toko buku mana yang pantas untuk kami datangi nanti. Begitu banyak toko buku di sekitar sini.
   ‘’ Oh, kalau begitu kita ke stasiun dekat rumahku saja. Stasiun Hakata. Di sana ada Gramedia kalau tidak salah. ‘’ Balasku kemudian mengklik send pada layar handphoneku.
  ‘’ Oke, jam 17:00 ketemuan di Stasiun Hataka ya. ‘’
Aku mengiyakan keputusannya tanpa membalas e-mail darinya.

Sambil berjalan menuju Stasiun Hakata, aku sesekali melirik pakaian yang kukenakan saat ini. Kaos hitam, dengan paduan cardigan ungu dan celana jeans biru favoritku ikut menambah kesan sederhana. Dan aku sengaja memilih untuk mengikat satu rambutku kebelakang.
Iya, aku rasa penampilanku hari ini cukup sederhana. Simple.
Aku melirik jam tangan biruku, pukul 16:55. Sepertinya aku terlalu cepat datang kesini. Mataku berkeliaran kesana-sini untuk menemukan wajah lelaki mesum itu. Ya,meskipun aku tak mengingatnya dengan jelas. Samar-samar.
Aku sempat mengeluh kesal saat beberapa menit berlalu tanpa menemukan lelaki itu. Aku mulai kesal.

  ‘’ Huh, lama sekali dia datang. Apa mungkin dia tersesat ya? ‘’ ujarku sambil melipatkan kedua tangan pada dadaku.

Baru saja aku hendak berjalan untuk mencarinya, seorang lelaki menghampiriku dengan langkah terburu-burunya. Nafasnya terdengar tidak beraturan.

  ‘’Huft, maaf aku telat ‘’ ujarnya pelan.
Aku sama sekali tak menghiraukan ucapannya, pandanganku fokus melihat seekor nyamuk yang terbang dan kemudian hinggap di pipinya.
PLAAKK
Aku melayangkan sebuah tamparan yang mendarat di pipinya.
  ‘’ Kok aku ditampar? ‘’ ujarnya sedikit menahan perih.
  ‘’ Iya, itu tadi ada nyamuk di pipimu. Kamu belum mandi ya? Kok dinyamukin gini? ‘’ tanyaku heran.

Aku memperhatikan wajahnya dengan seksama, iya tidak salah lagi. Sepertinya lelaki ini belum mandi.
Ditambah dengan tataan rambutnya yang terlihat masih berantakan.

Fix. Hari ini aku jalan dengan seorang lelaki-mesum-yang-belum-mandi.

Aku hanya tertawa kecil saat ia langsung meminta tunjukkan dimana toko buku yang akan kami singgahi.
Di sepanjang perjalanan kami begitu banyak bercerita. Dia juga tau banyak hal tentang aku,terkadang dia juga menebak-nebak dengan memberi pertanyaan padaku. Dan anehnya, hampir tebakan itu benar dalam menggambarkan seperti apa diriku.
Yang aku tahu, dia sangat hobi membaca buku, menyukai susu putih dengan campuran sedikit kopi buatan sang ibu, mencintai segala hal yang berhubungan dengan dunia komputer dan menyukai ibu-ibu.
Dan juga dari cerita yang kudengar darinya, sepertinya ia memang jarang mandi. Sangat pemalas. Ckck..

Tak berapa lama, kami sampai di dalam toko buku. Tanpa dikomando, kami langsung berpencar begitu saja untuk mencari buku yang diinginkan masing-masing. Ia sempat menawarkan diri untuk membelikanku buku dan juga menyuruhku untuk memilih buku apa yang kuinginkan. Dengan cepat aku menolak tawarannya.

  ‘’ Mending traktir aku makan aja deh. Aku lapar.‘’ ujarku. 

Setelah satu jam berkeliling di dalam toko buku, aku langsung membuntutinya saat ia bergerak menuju meja kasir.  Hmm, aroma parfum cabai yang menyengat itu tak sengaja memasuki rongga hidungku. Entah kenapa, kali ini aku tak lagi merasa asing dan membenci aroma ini.
Dari balik kaos biru yang ia kenakan, aku bisa melihat barang yang ia bayar di atas meja kasir.
1 buku kamus terjemahan dan 2 novel.  Ketiga barang itu yang berhasil ia bawa pulang saat keluar dari Gramedia.
Begitu keluar dari Gramedia, aku langsung saja menagih janjinya untuk mentraktir aku makan. Berhubung perutku sudah lapar akut, aku langsung saja mendekat dan menarik tangannya. Ia terlihat tergesa-gesa dengan mengikutiku arah tangannya yang ku tarik paksa.
Anehnya ia hanya diam dan menuruti arahku untuk menunjukkan tempat makan yang ku tuju.

Selang beberapa menit, aku memperlambat gerakan kakiku. Ku lirik tangan kananku yang saat itu sedang bersentuhan dengan tangannya. Aku baru sadar bahwa dari beberapa menit kebelakang, telapak tanganku mengenggam erat tangannya.

Dia seperti seekor cicak, dan aku sebagai dindingnya.

Tangannya mampu membuatku untuk terus lengket dengan spatula yang ada pada permukaan tangannya. Spatula itu menyelip pada pori-pori telapak tanganku sehingga dapat membentuk suatu ikatan (Van Der Waals) yang sangat kuat.  Ada getaran aneh yang tak seperti biasanya menyusup ke rongga dadaku, masuk ke dasar hati dan kemudian turun ke bagian perut.
Iya, aku lapar. Getaran itu getaran lapar.

  ‘’ Kita akan makan disini. Ini tempat langgananku. Kamu yang bayarin kan? ‘’ tanyaku untuk memastikan janjinya yang tadi.
  ‘’ Iya, makan saja sepuasmu ‘’ ujarnya sambil mencari posisi meja yang kosong.
  ‘’ Hahaaa porsi makanku  banyak loh.‘’ candaku. Sebenarnya itu bukan bercanda, tapi memang kenyataannya. Hehee.

Berhubung saat itu aku sangat lapar, aku langsung saja memesan tiga mangkok mie. Dua untukku dan satu untukknya. Tak lupa juga aku turut memesan dua soya, segelas jus alpukat dan air putih.
Sambil menunggu pesanan tiba, ia membuka obrolan dengan bercerita tentang masa-masa SD nya dulu. Ia mengatakan bahwa ia sangat rindu dengan teman-teman SD nya. Rindu bermain dan kumpul bersama.
Cerita masa SD yang terlontar darinya berakhir dengan cerita bahwa ia pernah bermain petak umpet dan bersembunyi di dalam toilet cewek. Kebetulan saat itu ada adik kelas yang sedang pipis di dalamnya. Dari sini aku jadi tau, kalo ia adalah seorang lelaki mesum-sejak-kecil.


Setelah perut kenyang terisi makanan, aku langsung saja menyandarkan pundak ke kursi yang kududuki.  Sedangkan dia tampak bangkit dari kursinya dan merogoh saku celananya hendak membayar. Aku mengerutkan dahi saat melihatnya gelisah merogoh saku celana sana-sini.
Aku menarik kembali badanku menjauh dari sandaran kursi. Raut wajahnya memperlihatkan perpaduan antara raut mesum dan panik.
Aku hanya diam menyaksikannya kebingungan.

  ‘’ Maaf, kamu bawa uang lebih tidak? ‘’ tanyanya berbisik pelan padaku.
  ‘’ Kenapa? Jangan bilang uangmu kurang ‘’ ucapku.
  ‘’ Bukan, sepertinya dompetku hilang, dicuri orang sewaktu jalan kesini ‘’ ujarnya menjelaskan.
  ‘’ Yah. Terus ini siapa yang bayar? Aku tidak bawa uang ‘’
  ‘’ Hmm. Di sini tidak bisa ngutang dulu ya. ‘’

Huh.


Aku benar-benar terkejut saat melihat seorang pelayan datang bersama pria berbadan besar. 
Sepertinya ia adalah pemilik rumah makan ini. Aku tak bisa berkata apa-apa saat melihat Daruma bernegoisasi dengan pria itu. Dan hasilnya, kami berdua harus mencuci piring kotor selama satu jam di sini.
Negoisasi yang bagus anak muda.

Usai mencuci piring aku langsung saja keluar dari rumah makan itu. Badanku terasa lemas, porsi makan yang banyak tadi sepertinya sudah terkuras untuk mencuci setumpuk piring kotor tadi.
  ‘’ Ayo pulang ‘’ Ujarku pelan.
Aku berjalan beriringan dengannya. Tubuhku mulai melemah, mataku juga tak lagi bisa diajak kompromi.

  ‘’ Kamu kenapa? ‘’ tanyanya.
  ‘’ Aku mengantuk. Ini sudah jamnya aku tidur ‘’
  ‘’ Naiklah ke pundakku. Biar ku gendong dan ku antar pulang.‘’ Lelaki itu langsung mengambil posisi jongkok di hadapanku.
  ‘’ Tak usah, rumahku dekat dari sini ‘’ aku menolaknya.
  ‘’ Hei, jangan tolak niat baik seseorang dong. Naiklah.‘’ ujarnya meyakinkan.

Aku terdiam.
Tanpa berpikir panjang aku langsung saja naik ke punggungnya dan melingkarkan kedua tangan di dadanya.
Kadar dingin yang menyelimutiku malam itu terasa berkurang meskipun aku masih melihatnya kesulitan untuk menggendong tubuhku. Padahal aku tidak terlalu berat.

Sesekali aku menguap menahan kantuk. Rasanya aku ingin sekali terlelap di sini, di pundak ini. Aku begitu nyaman dengan keadaan seperti ini.
Iya, dia adalah seekor cicak.
Spatula nya mampu membuatku bisa merasakan nyaman yang sehebat ini. Rasanya aku tak bisa lepas darinya. Begitu dekat posisiku dengan dia saat ini.

Aku tersenyum kecil sambil merapatkan eratan tanganku yang melingkari dadanya.
Dari posisi tanpa jarak seperti ini, aku bisa mencium aroma parfum cabai yang menyengat itu. Dan aku bahkan mulai menyukai aroma itu.

Malam ini.
Mataku terasa mulai sayup.
Dan aku mengantuk.

Share
Tweet
Pin
Share
83 comments
Newer Posts
Older Posts

Rahayu Wulandari

Rahayu Wulandari
Atlet renang terhebat saat menuju ovum dan berhasil mengalahkan milyaran peserta lainnya. Perempuan yang doyan nulis curhat.

Teman-teman

Yang Paling Sering Dibaca

  • ADAM
  • Ciri-ciri cowok yang beneran serius
  • Pelecehan
  • 5 Tipe Cowok Cuek

Arsip Blog

  • ▼  2020 (5)
    • ▼  September (1)
      • Perjalanan Baru
    • ►  June (1)
    • ►  April (3)
  • ►  2019 (5)
    • ►  October (1)
    • ►  July (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2018 (8)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  February (2)
  • ►  2017 (14)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2016 (39)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
    • ►  February (8)
    • ►  January (7)
  • ►  2015 (138)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (12)
    • ►  July (6)
    • ►  June (9)
    • ►  May (10)
    • ►  April (15)
    • ►  March (21)
    • ►  February (11)
    • ►  January (24)
  • ►  2014 (18)
    • ►  December (10)
    • ►  November (6)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+

Total Pageviews

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates