Pagi ini, seperti biasa gue bangun tidur dan langsung menyibak gorden jendela. Melihat pemandangan pagi di luar.
Tidak seperti pemandangan yang biasanya gue dapati. Pagi ini pemandangan di balik jendela kamar benar-benar putih.Tidak ada terlihat pemandangan apapun selain warna putih yang menyelimuti.
Awalnya gue sempat menduga bahwa putih-putih yang terlihat itu adalah belek gue sendiri. Tapi ternyata enggak. Putih-putih itu adalah asap. Asap yang sangat tebal.
Enggan rasanya untuk bergerak bangkit dari tempat tidur. Asapnya tebal pemirsa.
Gue takut keluar rumah. Ntar pas gue keluar rumah, orang-orang pada teriak,
'' Waah bidadari dari mana nih? ''
'' Lihat, ada bidadari turun di negeri atas awan ini ''
Gue sangat khawatir akan ada ucapan yang seperti itu nantinya.
Yoweslah, mau gak mau pagi ini gue tetep berangkat kerja. Kalo enggak kerja, anak-bini di rumah mau dikasih makan apa.
Gimana, udah cocok belum jadi kepala keluarga?
Jam setengah delapan, gue langsung keluar dan berangkat kerja.
Hal yang gue khawatirkan tadi ternyata memang gak terjadi. Gak ada yang mengira gue bidadari di negeri atas awan. Iya, memang enggak ada.
Motor mulai melaju dengan kecepatan normal.
Sumpah demi lovato, gue bener-bener kaget.
Ya Allah, ini jalanan atau apa? itu kalimat yang pertama kali gue ucapkan. Jalanan di depan gak terlihat sama sekali. Yang ada hanya asap tebal.
Kanan-kiri jalan yang biasanya banyak rumah, ruko dan hutan, hari ini itu semua gak terlihat sama sekali.
Gue sampe pelan banget bawa motor. Itu juga di pinggir kiri terus. Takut ke tengah.
Tadi juga gue sempat kaget, tiba-tiba nongol mobil kencang dari arah yang berlawanan. Sebelumnya gue gak ngeliat itu mobil dari jauh. Yaiyalah, wong asapnya tebel bukan main.
Bahkan lampu kendaraan juga gak bisa menembus tebalnya kabut asap
Kayak aku, aku yang gak bisa menembus ruang hatimu.
hestegPrayForRiau
Selama diperjalanan, gue bener-bener takut. Pengen nangis.
Makin hari, asap di kota ini semakin banyak.
Bukan hanya memperpendek jarak pandang, kabut asap juga bikin mata pedih dan sesak nafas.
Heran deh dengan pemerintah.
Pemerintah kemana sih? Kenapa lambat menangani permasalahan yang seperti ini?
Sebenernya kabut asap ini terjadi karena ulah orang-orang yang serakah. Membuka lahan baru untuk berbisnis dengan cara membakar hutan. Gak bertanggung jawab banget. Karena keserakahannya itu, masyarakat lah yang menjadi korban atas dampak yang ditimbulkan. Seperti ini, kabut asap. Yang baunya menyengat, membuat sesak nafas juga mata pedih. Apalagi pas ngeliat mantan jalan sama pacar barunya. Mata makin pedih coy.
Karena kabut asap ini, penerbangan banyak yang harus dibatalkan. Sekolah juga diliburkan.
Ulah siapa?
Ya itu, ulah manusia-manusia yang tamak. Minta di sunat banget deh tu orang.
Harusnya manusia-manusia yang membakar hutan secara sengaja itu harus dipenjarakan. Gimana enggak, banyak sekali aktivitas masyarakat yang terganggu dengan adanya kabut asap itu.
Bukan hanya itu, penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan) juga sudah menjangkit luas pada masyarakat. Kemarin gue sempat baca berita, berita itu menyatakan bahwa sudah ada 9.386 orang yang menderita penyakit terdampak asap.
Ya Allah :(
Mungkin masih banyak yang bingung, kenapa asap yang membakar lahan sebanyak 3.043 hektar itu gak hilang-hilang.
Lahan di Riau ini memiliki jenis tanah gambut. Pada umumnya tanah gambut ini mempunyai ketebalan hingga kedalaman 20 meter. Jadi, meskipun api yang membakar lahan sudah terlihat mati, tanah gambut yang memiliki kedalaman 20 meter itu masih menyimpan bara api yang terus merambat.
Dan bara api itulah yang menimbulkan asap sedemikian tebal hingga sampai ke kota tetangga, Medan.
Hastagah, kok ketikan gue lurus yak.
Oke, serius.
Dan karena lahan gambut itu jugalah, tim Satgas sulit memadamkan api yang masih menyala di bawah tanah.
Trus, aku kudu piye?
Menghirup dan menikmati asap. Yeay!
Miris sekali.
Bahkan, sudah banyak media yang mengatakan bahwa kota Pekanbaru sudah tidak layak huni.
Abang Zayn, bawa aku ke London Utara sekarang. Pekanbaru banyak kabut asap, huhuu.
Semoga pemerintah cepat menangani permasalahan ini. Kasian anak-anak sekolah, ketinggalan pelajaran.
Kasian para pedagang, aktifitasnya jadi terganggu. Belum lagi para orangtua juga lansia yang harus menerima dampak buruk kesehatan dari kabut asap ini.
Sangat disayangkan atas gerakan pemerintah yang lambat dan bahkan sampai detik ini sama sekali enggak ada upaya pemerintah untuk menanggulangi masalah ini.
Pemerintah kemana?
Bobo imut ya?
Jangan heran, karena mungkin suatu hari gue bakal bertanya,
'' Matahari itu seperti apa ya? ''
Tidak seperti pemandangan yang biasanya gue dapati. Pagi ini pemandangan di balik jendela kamar benar-benar putih.Tidak ada terlihat pemandangan apapun selain warna putih yang menyelimuti.
Enggan rasanya untuk bergerak bangkit dari tempat tidur. Asapnya tebal pemirsa.
Gue takut keluar rumah. Ntar pas gue keluar rumah, orang-orang pada teriak,
'' Waah bidadari dari mana nih? ''
'' Lihat, ada bidadari turun di negeri atas awan ini ''
Gue sangat khawatir akan ada ucapan yang seperti itu nantinya.
Yoweslah, mau gak mau pagi ini gue tetep berangkat kerja. Kalo enggak kerja, anak-bini di rumah mau dikasih makan apa.
Gimana, udah cocok belum jadi kepala keluarga?
Jam setengah delapan, gue langsung keluar dan berangkat kerja.
Hal yang gue khawatirkan tadi ternyata memang gak terjadi. Gak ada yang mengira gue bidadari di negeri atas awan. Iya, memang enggak ada.
Motor mulai melaju dengan kecepatan normal.
Sumpah demi lovato, gue bener-bener kaget.
Ya Allah, ini jalanan atau apa? itu kalimat yang pertama kali gue ucapkan. Jalanan di depan gak terlihat sama sekali. Yang ada hanya asap tebal.
Kanan-kiri jalan yang biasanya banyak rumah, ruko dan hutan, hari ini itu semua gak terlihat sama sekali.
Gue sampe pelan banget bawa motor. Itu juga di pinggir kiri terus. Takut ke tengah.
Tadi juga gue sempat kaget, tiba-tiba nongol mobil kencang dari arah yang berlawanan. Sebelumnya gue gak ngeliat itu mobil dari jauh. Yaiyalah, wong asapnya tebel bukan main.
Bahkan lampu kendaraan juga gak bisa menembus tebalnya kabut asap
Kayak aku, aku yang gak bisa menembus ruang hatimu.
hestegPrayForRiau
Selama diperjalanan, gue bener-bener takut. Pengen nangis.
Makin hari, asap di kota ini semakin banyak.
Bukan hanya memperpendek jarak pandang, kabut asap juga bikin mata pedih dan sesak nafas.
Heran deh dengan pemerintah.
Pemerintah kemana sih? Kenapa lambat menangani permasalahan yang seperti ini?
Sebenernya kabut asap ini terjadi karena ulah orang-orang yang serakah. Membuka lahan baru untuk berbisnis dengan cara membakar hutan. Gak bertanggung jawab banget. Karena keserakahannya itu, masyarakat lah yang menjadi korban atas dampak yang ditimbulkan. Seperti ini, kabut asap. Yang baunya menyengat, membuat sesak nafas juga mata pedih. Apalagi pas ngeliat mantan jalan sama pacar barunya. Mata makin pedih coy.
Karena kabut asap ini, penerbangan banyak yang harus dibatalkan. Sekolah juga diliburkan.
Ulah siapa?
Ya itu, ulah manusia-manusia yang tamak. Minta di sunat banget deh tu orang.
Harusnya manusia-manusia yang membakar hutan secara sengaja itu harus dipenjarakan. Gimana enggak, banyak sekali aktivitas masyarakat yang terganggu dengan adanya kabut asap itu.
Bukan hanya itu, penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan) juga sudah menjangkit luas pada masyarakat. Kemarin gue sempat baca berita, berita itu menyatakan bahwa sudah ada 9.386 orang yang menderita penyakit terdampak asap.
Ya Allah :(
Mungkin masih banyak yang bingung, kenapa asap yang membakar lahan sebanyak 3.043 hektar itu gak hilang-hilang.
Lahan di Riau ini memiliki jenis tanah gambut. Pada umumnya tanah gambut ini mempunyai ketebalan hingga kedalaman 20 meter. Jadi, meskipun api yang membakar lahan sudah terlihat mati, tanah gambut yang memiliki kedalaman 20 meter itu masih menyimpan bara api yang terus merambat.
Dan bara api itulah yang menimbulkan asap sedemikian tebal hingga sampai ke kota tetangga, Medan.
Hastagah, kok ketikan gue lurus yak.
Oke, serius.
Dan karena lahan gambut itu jugalah, tim Satgas sulit memadamkan api yang masih menyala di bawah tanah.
Trus, aku kudu piye?
Menghirup dan menikmati asap. Yeay!
Miris sekali.
Bahkan, sudah banyak media yang mengatakan bahwa kota Pekanbaru sudah tidak layak huni.
Abang Zayn, bawa aku ke London Utara sekarang. Pekanbaru banyak kabut asap, huhuu.
Indeks Standar Pencemar Udara di Pekanbaru, sudah menerangkan bahwa udara Pekanbaru sudah masuk ke zona bahaya. |
Semoga pemerintah cepat menangani permasalahan ini. Kasian anak-anak sekolah, ketinggalan pelajaran.
Kasian para pedagang, aktifitasnya jadi terganggu. Belum lagi para orangtua juga lansia yang harus menerima dampak buruk kesehatan dari kabut asap ini.
Sangat disayangkan atas gerakan pemerintah yang lambat dan bahkan sampai detik ini sama sekali enggak ada upaya pemerintah untuk menanggulangi masalah ini.
Pemerintah kemana?
Bobo imut ya?
Jangan heran, karena mungkin suatu hari gue bakal bertanya,
'' Matahari itu seperti apa ya? ''