Saat Kemachoan Gue Dipertaruhkan
Sebagai cewe macho sejagad raya,
gue harus terlihat selalu tegar di hadapan teman-teman.
Disakiti cowo, gue tegar. Dibohongin cowo, gue tegar. Dikecewain cowo, gue tegar.
Gila. Keren banget ya gue.
Namun semua kemachoan gue hampir saja runtuh di beberapa minggu lalu.
Tepat pada tanggal 20 Maret di hari Minggu, gue dan beberapa teman serta dosen berangkat menuju kampus pusat.
Fyi, gue berkuliah di kampus cabang. Dari kampus cabang ke kampus pusat bisa dikatakan cukup jauh. Bisa memakan waktu satu setengah jam.
Pagi itu, di mata kuliah yang terakhir di semester dua, gue dan beberapa teman sudah berkumpul di area parkir kampus cabang. Area parkirnya tidak terlalu luas. Nggak bakalan cukup untuk dipake main gobak sodor. Apalagi main futsal. Nggak cukup.
Seperti yang diinfokan dari beberapa hari yang lalu di grup, pagi ini, di mata kuliah Pancasila, semua mahasiwa diharuskan untuk berangkat ke kampus pusat. Kelas akan diadakan di sana.
Karena salah seorang ibu dosen di kampus cabang gue ini berbaik hati, ramah serta bisa menggunakan lampu sein motor dengan benar, ia dengan senang hati menyediakan dua mobil pribadinya untuk digunakan mahasiswa.
Posisi duduk gue ketika itu berada di bangku tengah dan di tengah. Di kursi belakang diisi oleh tiga cowok kece, di kursi tengah diisi oleh tiga cewe. Dengan gue yang berada di tengah, Nurul di sebelah kanan gue dan kakak senior di sebelah kiri gue.
Sementara Dosen di bangku depan dengan adiknya yang menyetir mobil.
Saat 15 menit perjalanan, gue melihat ke sebelah kanan dan kiri. Mereka diam. Hening.
Dengan setengah berbisik gue bertanya ke kakak senior.
Disakiti cowo, gue tegar. Dibohongin cowo, gue tegar. Dikecewain cowo, gue tegar.
Gila. Keren banget ya gue.
Namun semua kemachoan gue hampir saja runtuh di beberapa minggu lalu.
Tepat pada tanggal 20 Maret di hari Minggu, gue dan beberapa teman serta dosen berangkat menuju kampus pusat.
Fyi, gue berkuliah di kampus cabang. Dari kampus cabang ke kampus pusat bisa dikatakan cukup jauh. Bisa memakan waktu satu setengah jam.
Pagi itu, di mata kuliah yang terakhir di semester dua, gue dan beberapa teman sudah berkumpul di area parkir kampus cabang. Area parkirnya tidak terlalu luas. Nggak bakalan cukup untuk dipake main gobak sodor. Apalagi main futsal. Nggak cukup.
Seperti yang diinfokan dari beberapa hari yang lalu di grup, pagi ini, di mata kuliah Pancasila, semua mahasiwa diharuskan untuk berangkat ke kampus pusat. Kelas akan diadakan di sana.
Karena salah seorang ibu dosen di kampus cabang gue ini berbaik hati, ramah serta bisa menggunakan lampu sein motor dengan benar, ia dengan senang hati menyediakan dua mobil pribadinya untuk digunakan mahasiswa.
Posisi duduk gue ketika itu berada di bangku tengah dan di tengah. Di kursi belakang diisi oleh tiga cowok kece, di kursi tengah diisi oleh tiga cewe. Dengan gue yang berada di tengah, Nurul di sebelah kanan gue dan kakak senior di sebelah kiri gue.
Sementara Dosen di bangku depan dengan adiknya yang menyetir mobil.
Saat 15 menit perjalanan, gue melihat ke sebelah kanan dan kiri. Mereka diam. Hening.
Dengan setengah berbisik gue bertanya ke kakak senior.
‘’ Kakak, suka mabok ya kalo naik mobil? ‘’
‘’ Iya, Dek. ‘’
Gue manggut-manggut sebelum akhirnya gue menanyakan hal yang sama ke Nurul.
‘’ Nurul suka mabok ya? ‘’
‘’ Iya, Kak. ‘’
‘’ Iya, Dek. ‘’
Gue manggut-manggut sebelum akhirnya gue menanyakan hal yang sama ke Nurul.
‘’ Nurul suka mabok ya? ‘’
‘’ Iya, Kak. ‘’
Yawlaaa. Tolong.
Ini kenapa posisi duduk gue bisa
di tengah-tengah mereka yang suka mabok gini sih. Harusnya kalo sama-sama suka
itu kan disatukan, didekatkan. Bukan dipisahkan.
Setengah jam berlalu sampai pada akhirnya gue mendengar suara-suara aneh dari Nurul. Gue menoleh. Nurul terlihat menutup mulutnya dan mukanya memerah.
Sebagai perempuan yang teramat sangat ngerti dengan kode, gue langsung meminta plastik ke dosen.
‘’ Bu, ada plastik nggak? Ini Nurul mau muntah. ‘’
Ibu dosen terlihat panik dan merogoh laci tasnya.
Setengah jam berlalu sampai pada akhirnya gue mendengar suara-suara aneh dari Nurul. Gue menoleh. Nurul terlihat menutup mulutnya dan mukanya memerah.
Sebagai perempuan yang teramat sangat ngerti dengan kode, gue langsung meminta plastik ke dosen.
‘’ Bu, ada plastik nggak? Ini Nurul mau muntah. ‘’
Ibu dosen terlihat panik dan merogoh laci tasnya.
‘’ Kakak ada plastik nggak? ‘’
Kakak senior menggeleng. Mukanya ikut memerah. Sepertinya dugaan gue bener. Mereka akan muntah bersamaan dengan intonasi dan irama yang sama. Gue ngerasa kalau di antara mereka ada ikatan batin yang kuat.
‘’ Nggak ada plastik nih, ‘’ ujar Ibu dosen setelah membuka dasbornya.
HUWAAAAA
Gue nggak tau harus gimana lagi. Lama-lama gue jual plastik juga nih di dalam mobil. Mayan kalo dijual seratus rupiah. Seenggaknya lebih murah dari plastik indomartt. Bakal laku keras pasti.
Kira-kira begini:
HUWAAAAA
Gue nggak tau harus gimana lagi. Lama-lama gue jual plastik juga nih di dalam mobil. Mayan kalo dijual seratus rupiah. Seenggaknya lebih murah dari plastik indomartt. Bakal laku keras pasti.
Kira-kira begini:
Nurul muntah 5 kali = Rp. 500
Kakak senior muntah 5 kali = Rp. 500
Kakak senior muntah 5 kali = Rp. 500
Total Rp. 1.000
Rp. 1.000 = dapat antimo dua biji.
1 biji untuk gue minum di perjalanan pergi dan 1 biji lagi untuk gue minum diperjalanan pulang.
Rp. 1.000 = dapat antimo dua biji.
1 biji untuk gue minum di perjalanan pergi dan 1 biji lagi untuk gue minum diperjalanan pulang.
Keren ya perhitungan gue.
Untung saja ketika itu, Nurul dan
kakak senior bersama-sama mengurungkan niat untuk muntah massal. Syukurlah.
Limabelas menit sebelum sampai di kampus pusat, gue mendadak pusing. Badan gue lemes. Dan begonya gue baru sadar kalo gue belum makan dari pagi. Bahkan dari kemarin malam. Di saat seperti ini gue merasa kemachoan gue sedang dipertaruhkan.
Limabelas menit sebelum sampai di kampus pusat, gue mendadak pusing. Badan gue lemes. Dan begonya gue baru sadar kalo gue belum makan dari pagi. Bahkan dari kemarin malam. Di saat seperti ini gue merasa kemachoan gue sedang dipertaruhkan.
Gue nggak boleh muntah.
Sesampainya di kampus pusat, gue langsung sarapan di tempat yang tidak jauh dari lokasi kampus.
Tepat pada jam setengah sembilan, gue dan anak-anak lain mulai memasuki kelas. Seorang lelaki tua, dengan baju abu-abu yang super rapi kayak mau ikut prospek MLM, kacamata bulet serta rambut klimis yang licin kebangetan. Itu gajah kalo jalan di rambutnya pasti langsung kepeleset. Licin cooyy.
Selama menyampaikan materi, dosen pancasila ini bener-bener bikin gue boring. Posisi duduk gue yang di depan meja dosen, sama sekali nggak bisa membuat gue fokus mengikuti materi yang ia sampaikan.
Sampai pada akhirnya, KREEK KREEK
Sesampainya di kampus pusat, gue langsung sarapan di tempat yang tidak jauh dari lokasi kampus.
Tepat pada jam setengah sembilan, gue dan anak-anak lain mulai memasuki kelas. Seorang lelaki tua, dengan baju abu-abu yang super rapi kayak mau ikut prospek MLM, kacamata bulet serta rambut klimis yang licin kebangetan. Itu gajah kalo jalan di rambutnya pasti langsung kepeleset. Licin cooyy.
Selama menyampaikan materi, dosen pancasila ini bener-bener bikin gue boring. Posisi duduk gue yang di depan meja dosen, sama sekali nggak bisa membuat gue fokus mengikuti materi yang ia sampaikan.
Sampai pada akhirnya, KREEK KREEK
Di hadapan gue, dosen pancasila
itu menggaruk kepalanya dengan dua kali garukan. Karena hal itu, rambut dosen yang awalnya
rapi dan licin mendadak langsung berantakan.
Gue langsung menahan tawa yang hampir meledak.
Gue langsung menahan tawa yang hampir meledak.
Rasanya saat itu juga gue pengen
teriak, YA ALLAH ANDHIKA KANGEN BAND.
Sekitar jam setengah empat sore, perkuliahan di hari itu selesai. Perkuliahan di semester dua selesai. Saat keluar dari kampus,
salah seorang teman perempuan gue menawarkan beberapa orang untuk ikut dengan
mobilnya.
‘’ Yuk siapa yang buru-buru naik sama aku aja, ‘’ ujarnya setengah
berteriak.
Mengingat besok adalah hari Senin dan gue harus masuk kerja lagi, rasanya gue pengen buru-buru istirahat. Pengen cepet pulang. Tanpa menunggu waktu lama, gue dan beberapa teman langsung masuk ke dalam mobilnya.
Tiga orang cowo, gue dan Nurul kini tengah berada di dalam mobil. Nggak afdhol rasanya kalo cewek yang menyetir mobil sementara ada tiga biji cowo di dalamnya. Salah seorang temen cowo gue, menawarkan diri untuk menyetir.
Perjalanan dimulai.
Lagi-lagi gue duduk di posisi tengah dan di tengah. Dengan Nurul di sebelah kiri dan Sheina di sebelah kanan.
Bener-bener deh. Gue tersiksa dengan posisi duduk di tengah gini. Nggak enak.
Bang Daniel, temen gue yang menyetir tiba-tiba saja membuka suara.
Mengingat besok adalah hari Senin dan gue harus masuk kerja lagi, rasanya gue pengen buru-buru istirahat. Pengen cepet pulang. Tanpa menunggu waktu lama, gue dan beberapa teman langsung masuk ke dalam mobilnya.
Tiga orang cowo, gue dan Nurul kini tengah berada di dalam mobil. Nggak afdhol rasanya kalo cewek yang menyetir mobil sementara ada tiga biji cowo di dalamnya. Salah seorang temen cowo gue, menawarkan diri untuk menyetir.
Perjalanan dimulai.
Lagi-lagi gue duduk di posisi tengah dan di tengah. Dengan Nurul di sebelah kiri dan Sheina di sebelah kanan.
Bener-bener deh. Gue tersiksa dengan posisi duduk di tengah gini. Nggak enak.
Bang Daniel, temen gue yang menyetir tiba-tiba saja membuka suara.
‘’ Ini remnya kok jauh banget ya. ‘’
Maksudnya rem yang jauh ini, rem
yang kurang cakram.
‘’ Iya bang. Remnya jauh. Nggak bisa ngerem mendadak, ‘’ ujar Sheina
DEGG!
Gue kaget. Takut. Ini mah bukan buru-buru untuk sampai di rumah. Tapi buru-buru untuk melepas nyawa. Gue belum siap ketemu mas Fir'aun di neraka.
Lagian, ini kenapa juga remnya sampe bermasalah gini. Kalo ada apa-apa, secara nggak langsung kita pasti ngerem mendadak dong. Lah kalo remnya jauh gini, gimandose? Gue panik.
Lagi sedang panik-paniknya, tiba-tiba AAAAAAAKKK
Salah seorang cowo yang duduk di
belakang gue berteriak. Awalnya gue sempat berfikir, ah kali aja kejepit
resleting. Baju kemejanya. Gue menegakkan badan untuk melihat ke depan mobil. Hampir. Bener-bener hampir
aja mobil yang gue naikin ini menabrak seorang pengendara motor.
Gue baru menyadari suatu hal. Ternyata naik mobil dan ngeliat buku rekening di akhir bulan itu sama. Sama-sama nyeremin.
Gue baru menyadari suatu hal. Ternyata naik mobil dan ngeliat buku rekening di akhir bulan itu sama. Sama-sama nyeremin.
Perjalanan kembali diteruskan
dengan khusyuk dan banyak cemasnya.
Langit kian meredup. Lampu jalanan mulai dinyalakan. Gue perlahan menoleh ke belakang, memastikan dua orang cowo yang duduk di belakang gue masih hidup dan bukan salah satu dari kaum LGBT. Yakali aja. Habis mereka berdua-berduaan sih di belakang. Udah gelap juga.
Ajak-ajak gue gitu kek.
Entah dengan faedah apa, Bang Daniel tiba-tiba menaikkan kecepatan laju mobilnya. Suasana dalam mobil semakin panik. Kami semua berteriak histeris. Tapi tetap dalam hati. Kalo tetap dalam jiwa itu lagunya Isyana.
Suasana di dalam semakin mencekam. Gue yang sedari tadi berusaha untuk memejamkan mata, mulai merasa tidak tenang. Jantung gue berdegup kencang. Oh apakah ini cinta?
Mobil semakin kencang. Melesat di antara kerumunan mobil truk bermuatan lainnya. Gue mendadak pucat.
Langit kian meredup. Lampu jalanan mulai dinyalakan. Gue perlahan menoleh ke belakang, memastikan dua orang cowo yang duduk di belakang gue masih hidup dan bukan salah satu dari kaum LGBT. Yakali aja. Habis mereka berdua-berduaan sih di belakang. Udah gelap juga.
Ajak-ajak gue gitu kek.
Entah dengan faedah apa, Bang Daniel tiba-tiba menaikkan kecepatan laju mobilnya. Suasana dalam mobil semakin panik. Kami semua berteriak histeris. Tapi tetap dalam hati. Kalo tetap dalam jiwa itu lagunya Isyana.
Suasana di dalam semakin mencekam. Gue yang sedari tadi berusaha untuk memejamkan mata, mulai merasa tidak tenang. Jantung gue berdegup kencang. Oh apakah ini cinta?
Mobil semakin kencang. Melesat di antara kerumunan mobil truk bermuatan lainnya. Gue mendadak pucat.
Rasanya saat itu juga gue pengen
mendekatkan wajah gue ke telinga Bang Daniel seraya berbisik pelan, ‘Gue belum
mau mati. Plis. ‘
Gimana kalo gue kecelakaan trus mati. Gue belum nikah. Belum ngerasain bobo dan manja manja halal dengan pasangan. Belum ngerasain jadi ibu-ibu yang menyalahgunakan fungsi lampu sein motor. Belum namatin sinetron anak jalanan. Belum namatin uttaran. Belum hafal mars perindo apalagi.
Huwaaaaa. Gue pengen nangis.
Gue tetep diam sambil sesekali
membaca ayat-ayat pendek. Jantung gue terus menerus berdegup kencang. Kepanikan
gue malah meningkat saat Bang Daniel memutuskan untuk menyalip mobil depan. Masalahnya
ini, mobil yang di depan bukan sembarang mobil. Mobil tangki SPBU. Mobil
gede.
Dan di saat yang bersamaan, sebuah mobil datang dari arah lawan.
TIN TIIIIN
Dan di saat yang bersamaan, sebuah mobil datang dari arah lawan.
TIN TIIIIN
AAAAAAAAAKKKK
Suasana mobil yang tadinya hening
penuh kecemasan mendadak berubah ramai penuh histeris. Terlebih gue. Gue
berteriak sehisteris mungkin. Satu teriakan histeris gue sama dengan nada suara
Komo yang lagi batuk kering.
Mobil melaju kian kencang. Rasanya roh gue udah menggantung di langit-langit atap mobil.
Mobil melaju kian kencang. Rasanya roh gue udah menggantung di langit-langit atap mobil.
Dan
Alhamdulillah ya Allah.
Mobil yang dikemudi Bang Daniel selamat. Itu
artinya GUE BISA MENIKAH. YEAH.
Ternyata Bang Daniel jago nyalip euy. Gue salut.
Beberapa menit kemudian, gue
mendengar suara aneh dari sebelah kiri gue. Nurul. Iya, Nurul terlihat sedang
menutup mulutnya yang hendak muntah. Sebagai perempuan sejati yang pantang
pergi sebelum disakiti, gue langsung saja menyodorkan sebuah plastik ke Nurul.
Nurul menggeleng.
Heran gue. Ini anak mau muntah. Tapi pas gue sodorin plastik, dia malah nolak.
Buat cowo-cowo yang cintanya sering ditolak, ai nou wat yu fil. Ditolak itu sakit gengs.
Gue memperhatikan Nurul yang sepertinya sudah tidak tahan ingin muntah. Dengan cepat gue langsung menyuruh Bang Daniel untuk menepikan mobilnya. Nurul turun. Kami meninggalkan Nurul.
Enggak deng.
Heran gue. Ini anak mau muntah. Tapi pas gue sodorin plastik, dia malah nolak.
Buat cowo-cowo yang cintanya sering ditolak, ai nou wat yu fil. Ditolak itu sakit gengs.
Gue memperhatikan Nurul yang sepertinya sudah tidak tahan ingin muntah. Dengan cepat gue langsung menyuruh Bang Daniel untuk menepikan mobilnya. Nurul turun. Kami meninggalkan Nurul.
Enggak deng.
Kami semua menunggu Nurul untuk
menuntaskan tugasnya. Satu pelajaran yang bisa gue contoh dari seorang Nurul.
Kita harus mencintai lingkungan.
Gue jadi tau alasan kenapa Nurul menolak plastik pemberian gue. Karena Nurul lebih mencintai lingkungan. Ia tidak mau menggunakan plastik sebagai wadah untuk muntahnya.
Keren juga si Nurul.
Baru beberapa menit Nurul duduk dan mobil kembali berjalan normal, mendadak perut gue terasa nggak enak. Kerongkongan gue hambar. Kayak hubungan kamu dan dia. Udah hambar. Tapi tetep aja masih diteruskan. Huh.
Tidak hanya itu, kepala gue juga terasa pusing. Kesimpulannya, gue pengen muntah.
OH NO!
Gue jadi tau alasan kenapa Nurul menolak plastik pemberian gue. Karena Nurul lebih mencintai lingkungan. Ia tidak mau menggunakan plastik sebagai wadah untuk muntahnya.
Keren juga si Nurul.
Baru beberapa menit Nurul duduk dan mobil kembali berjalan normal, mendadak perut gue terasa nggak enak. Kerongkongan gue hambar. Kayak hubungan kamu dan dia. Udah hambar. Tapi tetep aja masih diteruskan. Huh.
Tidak hanya itu, kepala gue juga terasa pusing. Kesimpulannya, gue pengen muntah.
OH NO!
Gue mencoba menelan ludah. Ludah Bang Daniel. Kagak. Ludah gue sendiri. Gue menarik nafas panjang. Mencoba untuk menenangkan tenggorokan yang sepertinya sudah meminta untuk dikeluarkan.
Gue menegakkan posisi duduk gue. Berusaha mengalihkan pikiran dengan memandang suasana jalan di malam hari. Tapi paan. Kanan kiri gue gelap banget. Sepi. Hanya satu-satu lampu dari cahaya kendaraan yang menerangi jalan raya.
Gue menyandarkan badan ke kursi. Saat itu juga, kepala gue terasa berat. Gue mual.
Gue juga nggak tau kenapa tiba-tiba gue mual dan pengen muntah. Padahal sebelumnya nggak ada yang naruh foto mantan di hadapan gue.
Demi menjaga kemachoan diri sendiri, gue bertekad kalo gue-enggak-boleh-muntah.
Mau ditaruh di mana harkat martabat negara? Hellaaww~
Bisa-bisa dalam sekejap, pencitraan barbie selama ini bakal hancur.
Sepuluh menit lagi mobil akan
sampai di area parkir kampus. Dalam sepuluh menit itu, gue bernazar kalo gue berhasil dan nggak muntah sampai di parkiran kampus dan turun dari mobil, gue bakal jadi
cosplay Nami. Tapi nggak mungkin. Nami dadanya indah penuh pesona. Kalo gue
indah paan.
Sesampainya di parkiran kampus, gue langsung gelar sajadah. Sujud syukur. Akhirnya gue nggak muntah selama di perjalanan pulang dan pergi. Yeaaahh.
Setelah mengambil motor di parkiran kampus, gue hanya senyum-senyum saat di perjalanan pulang menuju ke rumah di atas motor.
Gue nggak bisa bayangin saat gue pulang ke rumah, ucap salam, ketok pintu, orang-orang di rumah langsung berteriak histeris lalu mengatakan, ‘’ NAMI? ‘’
Ah indahnya berkhayal.
Sesampainya di parkiran kampus, gue langsung gelar sajadah. Sujud syukur. Akhirnya gue nggak muntah selama di perjalanan pulang dan pergi. Yeaaahh.
Setelah mengambil motor di parkiran kampus, gue hanya senyum-senyum saat di perjalanan pulang menuju ke rumah di atas motor.
Gue nggak bisa bayangin saat gue pulang ke rumah, ucap salam, ketok pintu, orang-orang di rumah langsung berteriak histeris lalu mengatakan, ‘’ NAMI? ‘’
Ah indahnya berkhayal.
Sesampainya di rumah, gue langsung
menemui Ayah sambil berkata, ‘’ Yah, pijitin dong. Kayaknya masuk angin nih.
Pusing. ‘’
BETEWE, NAMI MANA SIH YANG MASUK ANGIN DAN MINTA DIPIJITIN? ELAAH.
Pokoknya hari itu, gue bener-bener macho. Okesip.
29 comments
Dulu juga aku suka mabuk kalau naik mobil apalagi kalau dikasih jalan yang rusak dan berbelok-belok udah deh mabuknya kambuh. Tapi sekarang udah nggak lagi aku juga nggak tahu kenapa bisa ilang sendiri tapi bagus deh haha
ReplyDeleteKesempatan banget, ya. Orang mabok, eh malah jualan plastik. Dan cowok yang di belakang itu gimana? Mabok juga apa enggak? Wkwkwkwk :D
ReplyDeleteYak betul lan setujuuh.
ReplyDeleteBerada diantara orang-orang yang gampang mabok darat adalah cobaan yang berat. kita harus jauh lebih sigap, dia yang mabok kita yang was-wasan nyariin plastik. sungguh indah.
Gapapa lan, itu kamu baru mobil, aku pernah naik trek medannya gila, sopirnya jahat. bener-bener itu rasanya udah mau mati beneran. :')
kamu macho lan, tidak tertangguhkan lagi, kamu jelas-jelas hebat mampu menahan gejolak muntahanmu sendiri. aku terharu. ;')
Yeahhh lega, artinya kamu bisa nikah, bobo manja dengan pasangan halal, namatin sinetron anak jalanan sama uttaraaan, wakakkkakakaka
ReplyDeleteKocaaaaxx
Hahha apalagi yang kamu duduk diantara 2 orang mabokan, pukpuk tabah ya lan hahhahaha
Aku kok ngempet tawa juga ya pas kamu terancam tereak andika kangen band..,hahhahahahh
Nurul bisa jadi contoh yang baik ni sebagai duta ecogreen, elllaaaah..
Bang danielnya juga luvu parah, n aku langsung bayangin muka kamu di tengah mobil yang siap mengancam nyawa ini hahhaa
Yah ga jadi ngecosplay nami dong lan??
Gue pernah pas di Sumbawa, naik bus, treknya parah. Belok belok, terus di sampingnya jurang. Abang supir busnya laju banget, dan gue sukses muntah. Maluuu. Parah. Gue gak macho.
ReplyDeleteTapi nurul keren juga, nih. Mendukung pemerintah. Indonesia bebas sampah 2020
Bahahahahhahaha.
ReplyDeleteWah leg uga nih ide bisnis jualan plastiknya.
Hahhahahaha.
Ih. Kebiasaan deh nggak makan.
Huhuhuhuhu.
Nanti kalau kamu sakit, aku sedih.:p
Ciyeeh.
Bahahhahahah
Tumben nggak mabok.:p
Hmm.gue mah sudah biasa naik umum. Tak perlu antimo lagi.
Hmm.pernah naik mobil tronton atau truck gede unntuk angkut sapi.
Naik itu kalau penuh dan desek desekan keluar dari box bisa nggak perawan.
Hahahhahas
Dada pun jadi rata.
Moment rem mendadaknya itu loh. Suka gencet gencetan. Belum lagi rasa geli geli yang suka ganjel di belahan pantat.
Hahhahahahaha
Itu ngeri amat diapit sama dua orang yang mabokan. Gue sih mending pake jas ujan, jaga-jaga biar nggak dimuntahin.
ReplyDeleteUntungnya nggak muntah sampe tujuan ya. Tapi, kalo emang muntah agak malu juga sih kalo lagi di tongkrongan. Dicengin abis. Hahaha. :D
Emang luas parkiran kampusnya berapa meter neng sampe ga bisa buat maen putsal?
ReplyDeleteWah keren y diimpit sama 2 orang mabok
Makanya jgn suka mabok
Mabok itu g baik neng
Bang daniel cocok tuh jadi pebalap f1
Siapa tw bisa ngalahin valentino rossi
BAHAHAHAHAHAHAHAHA. Ujian kemachoan di tengah-tengah dua orang yang suka mabok. Untung kamu bisa ngelewatinnya ya, Lan. Untung juga itu bukan ujian di tengah-tengah orang yang suka dia. Kalau enggak, bisa pusing pala Robocop.
ReplyDeleteItu serem banget remnya kurang cakram :( Naik motor aja parah takutnya, apalagi pas naik mobil. Di dalamnya pada banyak yang belum nikah lagi. Btw kok pas banget ya, malam kemarin aku ngalamin insiden gara-gara rem motorku kurang cakram. Aku ditabrak cabe-cabean :'D
Nurul hebat. Pecinta lingkungan sejati. Kamu hebat, bisa nahan muntah. SELAMAT! KAMU BISA MENIKAH SECEPATNYA! PLEASE DARMA, LAMAR ANAK INI SECEPATNYA! HUAHAHAHAHA.
*kabur naik buraq*
HAHAHHAHA aku suka gaya tulisannya. Ah, udah deg deg an nunggu cewek macho muntah. Taunya gak jadi *penonton kecewa* wkwk
ReplyDeleteHAHAHHAHA aku suka gaya tulisannya. Ah, udah deg deg an nunggu cewek macho muntah. Taunya gak jadi *penonton kecewa* wkwk
ReplyDeleteLoh, kok cuma 100? Di Jakarta harga plastik itu 200.
ReplyDeleteGue berarti kalah macho nih, Lan. Gue anaknya gampang muntah kalo naik mobil. :(
Makanya memilih jadi anak motor aja, ya meskipun udah sering jatuh atau kecelakaan. Waakakak. Semoga gak jatuh-jatuh lagi deh. Jatuh itu sakit. Malah curhat si bangkhe. :')
Di purwokerto juga udah 200, wah tempatmu bisa tuh lan buat belanja plastik. Jadi reseller terus dijual seharga 200. Modal 100, dapat 200, untung 100, dikalikan saja setiap pack plastik isinya 10, dijual harga 2000. Kalo belanja langsung satu ball isi 100 pak plastik yang isinya 10 plastik harganya cuma 50000. 1 Ball isinya 100 pack plastik, satu pack plastik isinya 10 plastik, dan 1 ball plastik isinya 1000 plastik. Dijual seharga 200/plastik. UNTUNG BESAR!!! X)
DeleteJadi jika dihitung2, modal 50.000 doang buat beli satu ball plastik isi 1000 plastik. Terus tiap plastik dijual seharga 200 perak. 200 x 1000 = 200.000!
Hasil - Modal = Untung
200.000 - 50.000 = 150.000.
Jadi keuntungan dari satu ball plastik sebesar 150.000, ya ampun 300X lipat keuntungannya :D
Sekiranya jika beli 1000 ball plastik, dapat untung berapa banyak? *langsung ngitung cepat pake kalkulator* o_O
Iya loh harga standart plastik itu 200 loh, jadi hitungan kamu salah lan. Harusnya bisa dapet 2 antimo + 1 bungkus Inzana.
ReplyDeleteFYI aku juga paling lemah sih kalo sama kendaraan, mabuk an juga. jadi persetan dah dengan kemachoan, mending jalan kaki 1 kilo daripada naek mobil 5 kilo -_-
Biasanya sih kalo ada yang muntah dalam satu kendaraan, yang lain bisa tersugesti buat muntah juga. macho kali kau Lan, bisa nahan.
Keren !!
Lebih keren lagi kalo kamu coba cosplay beneran jadi Nami dan post picture di blog :D
Muahahaha
Eng... sempet-sempetnya ya mikirin bisnis plastik -___-
ReplyDeleteKalau ngomongin mabok sih, aku pernah mabokan juga, tapi dulu waktu SD wkwkw :D tiap kali mudik naik travel pasti mabok terus muntah. Bodo amat muntahanku kena orang yang nggak dikenal wkwkw
Seenggaknya hipnotis diri sendiri buat nggak muntah bisa kesampaian..
ReplyDeletePerjalanan penuh horror pake mobil yang remnya jauh pun bisa dilalui dengan selamat...
Btw, kalo gak bisa cosplay jadi Nami, jadi Robin aja gak papa dah, kalo ada yang beda ya pake busa juga bisa keknya~
Wahaha, sepertinya itu sugesti karna diapit oleh 2 org yg mabok kalo naek mobil ya? Tp biasanya pengaruh jg sih klo blm makan trs bepegian naek mobil, pasti bakalan mual. Makanya, sblm bepergian naek mobil makan dulu kak, biar gak kegoda buat muntah :p haha
ReplyDeleteLalu, bagaimana dgn nazarnya sebagai nami? Apakah nami akhirnya dikerokin? Apa pake koyo?
Aku jg dlu suka mabok klo naek mobil, klo skrg udh mulai tobat kyaknya, gak suka mabok lg. Di saat2 trtntu sih, klo blm makan, atau kalo parfum mobilnya kaga enak :(
Memang kalo orang yang suka mabok kendaraan biasanya nyium bau mobil aja udah berasa mau muntah. untunglah aku gak separah itu..
ReplyDeleteBHAHAHAHAHAHAHAHA.
ReplyDeleteHebat banget euy, bertahan di tengah-tengah orang yang mabuk muntah. Heu, aku mah kalo jadi teteh udah ikutan juga da. Etapi aku belum pernah sih duduk di antara orang yang gampang mabuk naik mobil. Hehe.
Itu rambut dosennya licin pake apaan? Lifebouy atau pomade? Wkwkwk udah cakep-cakep gitu ya tiba-tiba hancur karena garukan kecil. Andika Kangen Band, coba. Emang umurnya sama? x))
Yang belakang pas numpang temen, itu cowonya muntahan juga teh? Heu.
Asyek, Bang Daniel-nya main nyelip. Eh, bentar... Komo? Komo yang di lagu bukan?
Hahaha NAMI. YAARABB, TETEH PERAGAIN COBA ALA NAMI MINTA DIPIJITAN AYAHNYA. COBA, COBA. BURUUUUUU! X))
huehee khawatir juga yaa kalo dikiri-kanan pengen muntah dua-duanya, entar yang ditengah kena muntahannya :v *pengalaman sih :"
ReplyDeleteyaah,aku juga pernah berada disituasi yang sama, saat berangkat olimpiade. kesembur muntahan si temen disebelah.hikss
aih, itu ngeri. udah remnya kurang cakram, pake acara nyelip :O
untung selamat :) :D
Wah sesama anak yang lemah kalo naik kendaraan, tos! OH TIDAK TAPI GUE MACHO DING.. ENAK AJA. MUAHAHAHA. \:p/
ReplyDeleteTips aja nih lan, kalo mau perjalanan jauh biar gak muntah, udelnya ditutup plester handsaplast aja biar gak mual atau masuk angin hhehe
ReplyDeleteGue curiga, jangan-jangan muntah itu bisa menular. Boleh nih dijadiin judul skripsi.
ReplyDeletekadang emang kampret lan kalau nahan muntah, gue manding nyoba tidur sebisa mungkin biar gak keluar itu isi perut, palagi pas semobil sama temen, emang enteng kepala kalau udah dimuntahin diluar. tapi malunya itu haha. berasa apa ya, dimuntahin :3
ReplyDeleteudah cukup maco lah, selain strong ditinggal pacar yang katanya mau ngelamar, strng nahan ketawa, lu juga strong nahan muntah, lan, hahaha, jadi, gue juga nunggu lu post pict pas jadi nami ah disini :3
Nahan muntah itu sama menyiksanya kayak nahan kebelet kepingin "buang sampah" ke jamban. Haha saya suka deh sama postingan daily life kayak begini, enak buat bacaan yang ringan-ringan.
ReplyDeleteBlog ini tampilannya cantikkk :D
Bagi yang mabokkan, mending siapin plastik selusin deh Lan, kan lumayan, sisanya bisa dijual. Paling enak dimuntahin emang, yawlooo ini komen macam apa ini...
ReplyDeleteJadi tertarik untuk jadi agen reseller tas plastik X)
ReplyDeletebagus tuh banyak orang mabok tuh di jadiin peluang buat jualan plastik :D
ReplyDeleteberuntung gak jadi muntah di mobil, kalau muntah kan plastiknya gak jadi dijual, yang ada malah dipake sendiri.. hehe
ReplyDeleteKomentarnya ditunggu kakak~