• HOME
  • ABOUT ME
  • CONTACT
  • WIRDY'S PROJECT

Rahayu Wulandari Ibrahimelya

Daripada tawuran, mending kita curhat-curhatan

Aku menyibakkan selimut yang sedari tadi membaluti tubuhku. Ada rasa enggan untuk bangkit dan menjauh dari tempat tidur ini. Masih mengantuk.
Hari ini ayah menolak tawaranku untuk ikut serta membantunya berjualan siomay di kantin kampus. Sebenarnya aku cukup kasihan melihat lelaki itu bekerja sendiri.
  ‘’ Kamu istirahat saja di rumah. Ibu nanti yang akan membantu ayah ‘’ Ujarnya yang tiba-tiba muncul di depan pintu kamarku. Aku mengangguk lesu dengan wajah bantal yang masih mengantuk.
Tidak tahu mengapa, akhir-akhir ini aku jadi lebih sering mengantuk. Padahal aku sama sekali tidak pernah bergadang. Jam 10 saja, mataku sudah ngantuk gak karuan.
Aku meraih handphoneku yang tergeletak di atas meja kecil di samping tempat tidurku. Cukup dekat, tanpa mengubah posisi aku masih bisa menjangkau handphone berwarna gelap itu.
Tiba-tiba saja aku teringat dengan kejadian beberapa hari yang lewat. Iya, si lelaki mesum itu.
Buru-buru aku mengecek emailku. Sedikit berharap, semoga ada e-mail masuk darinya.

Tidak ada pesan baru.
Aku menghela nafas.

Mungkin dia sudah melupakan pertemuan itu. Atau mungkin secarik kertas yang berisi alamat e-mailku itu hilang darinya, tercecer atau mungkin ia sudah membuangnya. Entahlah.
Kenapa aku begitu mengharapkan email darinya?
Ah sudahlah.

Aku menarik selimutku lagi kemudian membenamkan seluruh badanku kedalamnya.
Belum sempat aku memejamkan kembali kedua mataku, sebuah deringan terdengar dari benda kecil di sampingku. Handphone.
Dengan rasa malas aku membuka handphoneku, dan ada sebuah e-mail masuk.
E-mail dari lelaki mesum itu. Di sana tertulis jelas nama yang ia sebutkan saat berkenalan denganku saat itu. Daruma.
Di e-mail itu, ia mengirim pesan untuk mengajakku jalan hari ini. Untunglah, ia memilih sore hari sebagai waktu yang tepat untuk jalan denganku.
Aku bahkan sempat bingung harus mengajaknya jalan kemana. 

    ‘’ Entahlah. Kamu kan lebih tau tentang negeri ini. Yang jelas antarkan aku ke tempat serupa toko buku ‘’. Balas lelaki itu.
Aku terdiam sejenak. Memilih toko buku mana yang pantas untuk kami datangi nanti. Begitu banyak toko buku di sekitar sini.
   ‘’ Oh, kalau begitu kita ke stasiun dekat rumahku saja. Stasiun Hakata. Di sana ada Gramedia kalau tidak salah. ‘’ Balasku kemudian mengklik send pada layar handphoneku.
  ‘’ Oke, jam 17:00 ketemuan di Stasiun Hataka ya. ‘’
Aku mengiyakan keputusannya tanpa membalas e-mail darinya.

Sambil berjalan menuju Stasiun Hakata, aku sesekali melirik pakaian yang kukenakan saat ini. Kaos hitam, dengan paduan cardigan ungu dan celana jeans biru favoritku ikut menambah kesan sederhana. Dan aku sengaja memilih untuk mengikat satu rambutku kebelakang.
Iya, aku rasa penampilanku hari ini cukup sederhana. Simple.
Aku melirik jam tangan biruku, pukul 16:55. Sepertinya aku terlalu cepat datang kesini. Mataku berkeliaran kesana-sini untuk menemukan wajah lelaki mesum itu. Ya,meskipun aku tak mengingatnya dengan jelas. Samar-samar.
Aku sempat mengeluh kesal saat beberapa menit berlalu tanpa menemukan lelaki itu. Aku mulai kesal.

  ‘’ Huh, lama sekali dia datang. Apa mungkin dia tersesat ya? ‘’ ujarku sambil melipatkan kedua tangan pada dadaku.

Baru saja aku hendak berjalan untuk mencarinya, seorang lelaki menghampiriku dengan langkah terburu-burunya. Nafasnya terdengar tidak beraturan.

  ‘’Huft, maaf aku telat ‘’ ujarnya pelan.
Aku sama sekali tak menghiraukan ucapannya, pandanganku fokus melihat seekor nyamuk yang terbang dan kemudian hinggap di pipinya.
PLAAKK
Aku melayangkan sebuah tamparan yang mendarat di pipinya.
  ‘’ Kok aku ditampar? ‘’ ujarnya sedikit menahan perih.
  ‘’ Iya, itu tadi ada nyamuk di pipimu. Kamu belum mandi ya? Kok dinyamukin gini? ‘’ tanyaku heran.

Aku memperhatikan wajahnya dengan seksama, iya tidak salah lagi. Sepertinya lelaki ini belum mandi.
Ditambah dengan tataan rambutnya yang terlihat masih berantakan.

Fix. Hari ini aku jalan dengan seorang lelaki-mesum-yang-belum-mandi.

Aku hanya tertawa kecil saat ia langsung meminta tunjukkan dimana toko buku yang akan kami singgahi.
Di sepanjang perjalanan kami begitu banyak bercerita. Dia juga tau banyak hal tentang aku,terkadang dia juga menebak-nebak dengan memberi pertanyaan padaku. Dan anehnya, hampir tebakan itu benar dalam menggambarkan seperti apa diriku.
Yang aku tahu, dia sangat hobi membaca buku, menyukai susu putih dengan campuran sedikit kopi buatan sang ibu, mencintai segala hal yang berhubungan dengan dunia komputer dan menyukai ibu-ibu.
Dan juga dari cerita yang kudengar darinya, sepertinya ia memang jarang mandi. Sangat pemalas. Ckck..

Tak berapa lama, kami sampai di dalam toko buku. Tanpa dikomando, kami langsung berpencar begitu saja untuk mencari buku yang diinginkan masing-masing. Ia sempat menawarkan diri untuk membelikanku buku dan juga menyuruhku untuk memilih buku apa yang kuinginkan. Dengan cepat aku menolak tawarannya.

  ‘’ Mending traktir aku makan aja deh. Aku lapar.‘’ ujarku. 

Setelah satu jam berkeliling di dalam toko buku, aku langsung membuntutinya saat ia bergerak menuju meja kasir.  Hmm, aroma parfum cabai yang menyengat itu tak sengaja memasuki rongga hidungku. Entah kenapa, kali ini aku tak lagi merasa asing dan membenci aroma ini.
Dari balik kaos biru yang ia kenakan, aku bisa melihat barang yang ia bayar di atas meja kasir.
1 buku kamus terjemahan dan 2 novel.  Ketiga barang itu yang berhasil ia bawa pulang saat keluar dari Gramedia.
Begitu keluar dari Gramedia, aku langsung saja menagih janjinya untuk mentraktir aku makan. Berhubung perutku sudah lapar akut, aku langsung saja mendekat dan menarik tangannya. Ia terlihat tergesa-gesa dengan mengikutiku arah tangannya yang ku tarik paksa.
Anehnya ia hanya diam dan menuruti arahku untuk menunjukkan tempat makan yang ku tuju.

Selang beberapa menit, aku memperlambat gerakan kakiku. Ku lirik tangan kananku yang saat itu sedang bersentuhan dengan tangannya. Aku baru sadar bahwa dari beberapa menit kebelakang, telapak tanganku mengenggam erat tangannya.

Dia seperti seekor cicak, dan aku sebagai dindingnya.

Tangannya mampu membuatku untuk terus lengket dengan spatula yang ada pada permukaan tangannya. Spatula itu menyelip pada pori-pori telapak tanganku sehingga dapat membentuk suatu ikatan (Van Der Waals) yang sangat kuat.  Ada getaran aneh yang tak seperti biasanya menyusup ke rongga dadaku, masuk ke dasar hati dan kemudian turun ke bagian perut.
Iya, aku lapar. Getaran itu getaran lapar.

  ‘’ Kita akan makan disini. Ini tempat langgananku. Kamu yang bayarin kan? ‘’ tanyaku untuk memastikan janjinya yang tadi.
  ‘’ Iya, makan saja sepuasmu ‘’ ujarnya sambil mencari posisi meja yang kosong.
  ‘’ Hahaaa porsi makanku  banyak loh.‘’ candaku. Sebenarnya itu bukan bercanda, tapi memang kenyataannya. Hehee.

Berhubung saat itu aku sangat lapar, aku langsung saja memesan tiga mangkok mie. Dua untukku dan satu untukknya. Tak lupa juga aku turut memesan dua soya, segelas jus alpukat dan air putih.
Sambil menunggu pesanan tiba, ia membuka obrolan dengan bercerita tentang masa-masa SD nya dulu. Ia mengatakan bahwa ia sangat rindu dengan teman-teman SD nya. Rindu bermain dan kumpul bersama.
Cerita masa SD yang terlontar darinya berakhir dengan cerita bahwa ia pernah bermain petak umpet dan bersembunyi di dalam toilet cewek. Kebetulan saat itu ada adik kelas yang sedang pipis di dalamnya. Dari sini aku jadi tau, kalo ia adalah seorang lelaki mesum-sejak-kecil.


Setelah perut kenyang terisi makanan, aku langsung saja menyandarkan pundak ke kursi yang kududuki.  Sedangkan dia tampak bangkit dari kursinya dan merogoh saku celananya hendak membayar. Aku mengerutkan dahi saat melihatnya gelisah merogoh saku celana sana-sini.
Aku menarik kembali badanku menjauh dari sandaran kursi. Raut wajahnya memperlihatkan perpaduan antara raut mesum dan panik.
Aku hanya diam menyaksikannya kebingungan.

  ‘’ Maaf, kamu bawa uang lebih tidak? ‘’ tanyanya berbisik pelan padaku.
  ‘’ Kenapa? Jangan bilang uangmu kurang ‘’ ucapku.
  ‘’ Bukan, sepertinya dompetku hilang, dicuri orang sewaktu jalan kesini ‘’ ujarnya menjelaskan.
  ‘’ Yah. Terus ini siapa yang bayar? Aku tidak bawa uang ‘’
  ‘’ Hmm. Di sini tidak bisa ngutang dulu ya. ‘’

Huh.


Aku benar-benar terkejut saat melihat seorang pelayan datang bersama pria berbadan besar. 
Sepertinya ia adalah pemilik rumah makan ini. Aku tak bisa berkata apa-apa saat melihat Daruma bernegoisasi dengan pria itu. Dan hasilnya, kami berdua harus mencuci piring kotor selama satu jam di sini.
Negoisasi yang bagus anak muda.

Usai mencuci piring aku langsung saja keluar dari rumah makan itu. Badanku terasa lemas, porsi makan yang banyak tadi sepertinya sudah terkuras untuk mencuci setumpuk piring kotor tadi.
  ‘’ Ayo pulang ‘’ Ujarku pelan.
Aku berjalan beriringan dengannya. Tubuhku mulai melemah, mataku juga tak lagi bisa diajak kompromi.

  ‘’ Kamu kenapa? ‘’ tanyanya.
  ‘’ Aku mengantuk. Ini sudah jamnya aku tidur ‘’
  ‘’ Naiklah ke pundakku. Biar ku gendong dan ku antar pulang.‘’ Lelaki itu langsung mengambil posisi jongkok di hadapanku.
  ‘’ Tak usah, rumahku dekat dari sini ‘’ aku menolaknya.
  ‘’ Hei, jangan tolak niat baik seseorang dong. Naiklah.‘’ ujarnya meyakinkan.

Aku terdiam.
Tanpa berpikir panjang aku langsung saja naik ke punggungnya dan melingkarkan kedua tangan di dadanya.
Kadar dingin yang menyelimutiku malam itu terasa berkurang meskipun aku masih melihatnya kesulitan untuk menggendong tubuhku. Padahal aku tidak terlalu berat.

Sesekali aku menguap menahan kantuk. Rasanya aku ingin sekali terlelap di sini, di pundak ini. Aku begitu nyaman dengan keadaan seperti ini.
Iya, dia adalah seekor cicak.
Spatula nya mampu membuatku bisa merasakan nyaman yang sehebat ini. Rasanya aku tak bisa lepas darinya. Begitu dekat posisiku dengan dia saat ini.

Aku tersenyum kecil sambil merapatkan eratan tanganku yang melingkari dadanya.
Dari posisi tanpa jarak seperti ini, aku bisa mencium aroma parfum cabai yang menyengat itu. Dan aku bahkan mulai menyukai aroma itu.

Malam ini.
Mataku terasa mulai sayup.
Dan aku mengantuk.

Share
Tweet
Pin
Share
83 comments
Semua hal di dunia ini diciptakan berpasangan. Bener gak sih?
Ada perempuan, ada laki-laki. Ada pagi, ada siang. Ada baik, ada jahat. Ada tinggi, ada rendah. Ada besar,ada kecil. Ada aku, ada kamu. Iya kamu abang Zayn. Ailofyu.
Semuanya serba berpasangan, saling bertolakbelakang dan saling melengkapi.
Tak terkecuali dengan ada sehat dan ada sakit.

Seperti yang baru gue alami akhir-akhir ini. Gue sakit. Sakit hati.
Enggak deng.
Gue sakit kepala. Pusing gitu. Awalnya biasa aja sih, karena gue sempat ngira, ‘’ ah paling masuk angin doang ‘’.  Lagian, mungkin emang udah kondisinya gue harus sakit sekarang. Masak mau sehat terus sih.


Minggu, 23 Agustus
Setelah mandi sore, gue ngerasa badan mulai pegel-pegel semua. Lemes. Dibawa tidur juga gak enak.
Seusai magrib, Nova, adik gue ngajakkin keluar. Entah beli apa tuh anak di Minimart. Yang pastinya gue gak ada nanya, gak ada ngomong dan gak ada turun juga dari motor. Soalnya malu, dengan kejadian yang kemarin. Hahaa..
Pas diperjalanan mau balik kerumah, gue bener-bener udah kuat lagi. Kepala makin pusing.
Gue takut kalo ada apa-apa saat mengendari motor dalam keadaan seperti ini. Akhirnya gue memutuskan untuk membaca doa dan surat-surat pendek. Sayangnya cuma doa berbuka puasa doang yang gue hapal. Sedih.
Untunglah, gue masih selamat sampe rumah.
Malam itu gue bener-bener gak bisa tidur. Padahal besok adalah hari Senin, hari pertama masuk kerja diawal minggu ini. Badan gue pegel-pegel. Tulang serasa mengendur, ujung kaki mulai dingin. Belum lagi kepala yang nyut-nyutan gak jelas. Gue ngerasa kayak ada duo srigala yang lagi goyang dribble dan mengguncang isi kepala gue. Sakiiitt gaes.
Gue gak bisa tidur. Untungnya ada si Cabeh makhluk dari antah berantah yang nemenin gue chat. Kira-kira sampe jam 12 lewat, gue menghabiskan waktu untuk chattingan dan main sambung kata dengan si Cabeh. Tapi sayang, gue kalah telak 2 kali.
Haduh. Lagian gue susah mikir dalam keadaan kepala pusing gitu. Hahaa


Senin, 24 Agustus
Jam 3 pagi gue bangun. Sesak pipis.
Perlahan gue mencoba untuk membuka mata, tapi kok susah. Gue sempat menduga kalo abang Zayn lagi dibelakang gue sambil nutupin mata gue dengan kedua tangannya sambil ngomong,  ‘’ Hayo tebak, siapa? ‘’
Tapi ternyata enggak.
Pas mata gue berhasil dibuka, gue ngeliat seluruh isi ruangan kamar burem. Ternyata belek gue banyak.
Pandangan gue goyang, gue ngeliat lemari kamar. Lemarinya kayak bergetar berguncang gitu, kayak duo srigala lagi goyang dribble. Kenapa duo srigala lagi sih?
Gue nyoba bangkit untuk duduk aja pusing. Gue pengen nangis, tapi takut ntar tingkat kemachoan gue turun drastis. Alhasil gue cuma bisa diem dengan posisi tidur telentang. Kepala gak bisa ditoleh ke kanan-kiri. Bener-bener pusing. Dengan posisi tidur seperti itu, membuat gue kesusahan untuk memeluk guling. Apalagi memeluk kamu. SUSAH.

Pas pagi harinya, gue izin untuk gak masuk kerja. Ibu yang pagi-pagi bangun, langsung melihat anak-anaknya ke kamar masing-masing. Terutama gue. Memeriksa bahwa anaknya baik-baik saja usai bangun tidur semalaman.
Gue cerita ke ibu, dengan berbaik hati ibu langsung mijitin kepala gue, leher, pundak dan tangan.
Setelah meminum obat, gue tiduran lagi.


Obatnya gak ngaruh.
Gue tetep ngerasa pusing gak karuan. Serasa pengen nuker kepala saking gak kuatnya.
Jantung gue berdegup kencang. Kayak anak abege labil yang ketemuan sama pacarnya. Ceweknya  pake rok diatas lutus. Deg-degan gitu pas ngeliatnya. Lebih parah lagi sih deg-degan nya. Soalnya itu cewek punya bulu kaki, berjambang juga.
Oh, shit!

Sekitar jam 4 sore, ibu ngajak gue ke rumahsakit. Dengan tampang lemes, belom mandi, ngantuk gue langsung buru-buru ganti baju.
Sesampainya disana, gue langsung duduk didepan ruang Neonatus. Ruang Neonatus itu merupakan ruang perawatan intensif untuk para bayi baru.
Baru sekitar 5 menit gue duduk, tiba-tiba gue mendengar tangisan anak bayi dari dalam ruangan itu. Aaa lucu deh. Pengen lihat, tapi gak sembarangan orang yang boleh masuk keruangan itu.
Yaudin, akhirnya gue tetep nunggu diluar. Setelah diperiksa dokter, gue terkena Vertigo. Sebelumnya pas dirumah ibu juga udah menduga kalo gue memang terkena Vertigo.
Vertigo, verempat, verlimo.
Menurut dokter, penyebab Vertigo yang gue alami ini disebabkan karena beberapa hal. Yaitu karena,kecapekan, banyak pikiran, makan kurang teratur, kurang darah dan kurang perhatian serta kasih sayang.

Pas dirumah sakit, gak sengaja gue ketemu sama oom gue. Dia nemenin istrinya operasi kanker kista. Akhirnya ibu berniat untuk menunggu tante selesai operasi di rumahsakit itu.

Setelah 1,5 jam operasi, om Budi keluar dengan membawa sebuah toples plastic yang berisikan rahim.
Setau gue rahim itu kecil, memiliki rongga dan bersifat elastis. Bisa mengecil bisa membesar. Tapi yang gue lihat dengan apa yang ada didepan mata sangatlah berbeda. Rahim dalam ukuran besar, padat akibat kanker yang memenuhi rongga rahim.
Dan baru kali itu, gue ngeliat rahim secara langsung. Gak dari foto, gak dari gambar.
Gue baru ngeliat rahim dengan kanker yang sudah memenuhi rongga rahim didalamnya. Ganas banget kankernya.


  ‘’ Rahimnya harus diangkat. Udah terlalu besar. ‘’  Ujar om Budi melemah. Gue tau, sebagai seorang suami, ia pasti sedih.
Niatnya untuk memiliki anak kedua mungkin gak akan terjadi.

Gue langsung mendongak ngeliat rahim yang didalam toples.
Oh jadi disini sperma itu lengket.
Oh jadi ini garis finish saat gue menjadi sperma ketika itu.
Oh jadi disini tempat bayi itu.
Oh jadi ini yang menebal sebelum terjadinya menstruasi pada wanita.

Dan berbagai ‘Oh ‘ lainnya terlontar dimulut gue.
Sesaat rasa pusing yang teramat hebat tadi hilang begitu aja setelah gue melihat kanker rahim itu.
Gue langsung masuk melihat kondisi tante yang masih lemas.
  ‘’ Rahimnya udah diangkat ya? ‘’ tanyanya pelan. Gue mengangguk.
  ‘’ Enggak haid lagi berarti ya? ‘’ tanyanya kembali.
 ‘’ Iya Nte. ‘’
  ‘’ Gak bisa hamil lagi ya? Gak bisa punya anak 2. ‘’ ujarnya lagi. Gue cuma die, gak tau mau ngomong apa. Untunglah ibu masuk keruangan dan melepaskan gue dari pertanyaan yang sulit untuk gue jawab.

Hari itu, malam itu, gue dapat mempelajari banyak hal. Yang intinya, syukuri keadaan yang sekarang. Jangan pernah mengeluh.


Selasa 25 Agustus
Sepulang kerja badan gue masih terasa lemes. Sebenernya sedari di kantor tadi sih. Usai mandi, gue memilih untuk duduk di ruang tamu sambil memainkan hp.
Kok, badan gue agak hangat ya? Mata juga panas. Kepala sakit bukan main.
Akhirnya gue mengajak ibu kerumah sakit lagi. Usai magrib, gue langsung ganti baju dan bergegas kerumah sakit bertiga. Ayah juga ikut.
Sesampainya disana, gue turun sendirian.

  ‘’ Lan, ibu sama ayah mau beli makan ya. Kakak adikmua belum makan, kamu juga kan. Nanti ibu kesini lagi ‘’

Gue turun di pinggir jalan. Kayak anak terlantar yang dicampakkan begitu saja. Sedih.
Dan ini pertama kalinya juga gue masuk kerumah sakit sendiri. Awkard banget. Mana kaki tangan gue makin gak enak pas kena dinginnya AC. Gue cuma bisa diem, sambil menunggu nama dipanggil.
Gue chat Cabeh, tapi gak dibales. Gue hanya bisa diem melongo dengan menyenderkan kepala ke dinding.
Setelah 15 menitan, ibu turun dan masuk ke rumahsakit. 

  ‘’ Masih lama lan? ‘’
  ‘’ Lama bu, liat tuh orangnya pada ngantri. ‘’ 

Bener. Orang-orang pada rame kayak penonton panjat pinang tujuhbelasan kemarin. Malah lebih rame, soalnya yang ada diujung pinangnya Chelsea Island. Rameee rek..

  ‘’ Yaudah, kerumahsakit lain aja. ‘’ Ibu ngajak gue keluar setelah ngeliat muka pucat gue. Pucatlah pokoknya, kayak nahan boker didepan gebetan.
  ‘’ tapi, bentar lagi kok bu ‘’
Sebenernya gue udah lemes. Gak sanggup jalan lagi. Kalo jalan ke pelaminan barenga Abang Zayn, hayuklah gue sanggup-sanggupin. 

  ‘’ Udahlah, yuk keluar ‘’
  ‘’ Ta-tapi bu.. ini air ketubannya udah pecah. ‘'

Akhirnya gue menuruti perintah ibu.
Gue jalan dibelakang ibu dan mengikutinya.  Pandangan pasien mulai tertuju ke gue, perempuan-cengo-yang-percis-kayak-nahan-boker. Gue keluar.
Disini gue ngerasa kayak di tipi-tipi.  Adegan dimana si ibu nyuruh maksa anaknya pulang kerumah saat tau anaknya pergi ketempat yang dilarang oleh orangtuanya.
Selama diperjalanan pulang, gue cuma diem dan berusaha menutupi mulut dengan jilbab.
Gue.
Bener.
Bener.
Mual.


Tak beberapa lama, akhirnya gue sampai dirumah sakit yang lain. Setelah cek tensi, dokter mengatakan tensi gue normal. Cuma kelakuan  doang yang gak normal.
Dan gue baru tau, ternyata gue punya penyakit magh.
Apa itu magh?
Itu loh, yang nanti akan disebut anak kita saat memanggil kita.
Kalo kamu dipanggil ‘Pah’ , sedangkan  aku dipanggil ‘Mah’.

Sepulang dari rumahsakit, gue dapat oleh-oleh  4 bungkus obat. Obatnya lucu, gede-gede, tapi ya tetep aja obat.
Jarang-jarang gue sakit. Gak ada yang jenguk juga.
Sekalinya dijenguk, yang jenguk malaikat Izrail. Kan sereem.

Doain aja ya supaya gue cepet sembuh, kembali sehat, bisa beraktifitas lagi, dipanjangkan umurnya,dimurahkan rezekinya dan cepat dapet momongan.

INIAPAAN


Share
Tweet
Pin
Share
54 comments


Kita 
Yang menyebabkan titik air hadir dan siap jatuh di ujung mata
Rona bahagia itu sirna
Tawa itu kemana?

Kita
Yang telah membuat luka besar menganga
Cukup perih, sepertinya.

Kita
Yang diam-diam berdoa dibawah langit-Nya
Entah untuk siapa, entah karena apa
Yang ku tau, kita itu bersama.
Kita
Yang sempat dengan sangat
Melebur kemudian hancur.

Kita adalah rasa.






Minggu, duapuluhtiga kosong delapan, 23:03 wib



  kita~                                     





Share
Tweet
Pin
Share
51 comments
Sudah hampir sebulan usai lebaran. Itu artinya udah sebulan juga gue melakukan program untuk menggemukkan badan.
Tinggi gue 156 cm.
Berat badan 53 kg.

Iya. Gue pendek.

Gak papa, yang penting anunya tinggi. Anu maksudnya sopan santun gue tinggi.
Setelah puasa yang mengakibatkan badan gue menjadi kurus kayak tulang ikan teri. Akhirnya gue mencoba untuk mengonsumsi buah alpukat.  Dalam seminggu gue bisa menghabiskan 1,5 kilo alpukat. Itu juga alpukatnya dimakan gitu doang.
Dibelah, trus dimakan.
Enak gaes.
Hambar.
Tapi kalo liat kamu jadi manis kok.
Tiap hari minggu gue ke pasar sama ibu. Mesti harus bangun jam setengah tujuh.  Maka dari itu berbahagialah kalian yang bisa leha-leha sampe bangun jam 11 siang dihari Minggu.
Sebenernya jarak dari rumah ke pasar deket sih. Lempar upil dari teras rumah aja, upilnya bisa mendarat di pasar. Deket.
Kira-kira memakan waktu 1 jam kalo jalan kaki, kalo jalan mundur paling 1 setengah jam, kalo boncengan sama pacar paling 3 jam (bukan gue sih). Iya, biasalah anak muda. Kalo naik motor suka dilambat-lambatin. 
Dan karena gue biasanya ke pasar naik motor, kira-kira gue membutuhkan waktu 10 menitan untuk sampe ke pasar.
Sesampainya dipasar, gue nyari lokasi parkiran motor yang strategis. Biar kalo keluar dari parkiran langsung gampang gitu. Gak perlu geser sana-sini lagi. Gue gak kuat dalam bidang pergeseran motor. Berat gaes. Beda tipislah dengan berat beban hidup.
Sampe di pasar perasaan gue mulai gak enak. Lagi, gue harus menerima kenyataan kalo gue gak dianggap sebagai anak selama di pasar ini. 

Pas masuk ke los ikan

Kang ikan: Bu, ini anaknya ya?
Ibu            : Enggak, ini pembantu. Udah 5 tahun kerja sama saya. Liat dong tampangnya, tampang pembantu kucel gitu.
Gue         : (Lari kejembatan-bunuh diri)

Enggak deng,

Kang ikan: Bu, ini anaknya ya?
Ibu            : Enggak, ini menantu saya.
Kang ikan: Masak iya bu? Kok mirip ya?
Ibu           : Iya. Ini beneran menantu saya.
Kang ikan: Wah, pinter ya anak ibu nyari menantu.
Dalem hati gue: Iya, ibu gue juga pinter. Pinter boongin elu. Hahaa.
Gue seneng sih. Dengan cara seperti itu kang ikan tersebut gak jadi gangguin gue lagi. 

Seperti biasa, gue beli alpukat sebelum pulang. Ibu sengaja beli setengah kilo yang mateng dan 1 kilo yang mentah. Kalo yang mateng kan agak lunak gitu kalo dipegang. Sedangkan yang belum mateng masih keras. Bisa dipake buat lempar pala orang juga sih.
Hari-hari pertama gue makan deh alpukat yang udah mateng. Sedangkan yg belum mateng masih dalam kulkas. Gue gabungin sama sayur dan buah-buahan lain. Biar mereka bisa akrab satu sama lain.
Dihari berikutnya gue ambil lagi deh alpukatnya.
Eh 3 hari kemudian, alpukat yang belom mateng ternyata udah mateng. Lunak kalo dipegang. Warnanya juga udah cokelat kehitaman gitu.
Pas gue belah, keluarlah seorang bidadari. Terus bidadarinya ngomong,
  ‘’ Lala, mengapa kamu bersedih? ‘’

Enggak deng.

Pas gue belah, eh alpukatnya udah busuk. Kata ibu sih, karena kelamaan disimpan dikulkas. Sedih. Disitu gue kayak ngerasa kehilangan separuh jiwa gitu. Pengen nangis,pengen teriak sekenceng-kencengnya.
Ya Allah, ini semua tidak adil untukku ya Allah…apa salah hambamu ini??  huuuaaaa

Meskipun begitu, tekad gue untuk menggemukkan badan gak berhenti sampe disitu aja.
Gue juga tiap hari minum susu cokelat. Ya walaupun gitu, proses bikin susu cokelatnya cukup lama dan melelahkan.
Tuang susu cokelat ke gelas, tuang air panas. Udah jadi.
Jadwal gue minum susu juga gak nentu. Kadang pagi pas mau berangkat kerja, kadang malam, kadang juga pulang kerja.

Ya suka-suka gue lah. Susu juga susu gue. 

Semua kegiatan juga gue barengi sambil minum susu. Sambil nonton, sambil chat sama cabeh, sambil nulis, sambil dengerin curhatan kakak gue, sambil ngeliatin adek gue yang kesusahan ngerjain pr. Habis, pr nya pr matematika. Gak ngerti gue.

Gue selalu bahagia pas ngeliat angka timbangan dikamar.
54 kg !

Wow. Berat gue naik 1 kilo gaes. Seneng bukan main.
Tapi ya gitu, abis gue pup. Berat badan kembali ke 53 kilo lagi. 
JADI YANG 1 KILO ITU APAA??

Ada kejadian absurd pas gue beli susu beberapa hari yang lalu. Hari Selasa mungkin.
Waktu itu gue lagi chat sama cabeh. Entah lagi bahas apa gitu. Kalo gak salah bahas tentang dia ditolak cewek. Bukan cuma 1 cewek, tapi 3 cewek.
Sedih bener men.
Gila.
Gue aja baca chatnya sambil nangis dibahu Zayn Malik, si pujaan hati.
Karena lagi seru bahas tentang topik itu dan sementara gue belum minum sesajen, gue bingung dong.
Harus pilih tirai 1 atau tirai 2. Duuuh, ucink pala berbi.
Akhirnya gue bilang ke cabeh, kalo gue mau beli susu bentar keluar. Gue cek dompet. Yang ada cuma kertas resi sama foto kami, gue pas ngerayain ultahnya Zayn.
Gue ngeliat dompet. Ada uang warna biru, 50 rebu. Ya udah gue ambil deh. Ya karena cuma itu sih satu-satunya uang didompet.

Pake jilbab, masker, helm dan cuuus ke minimart. Sebenernya gue pengen ke alfamart sih, biar dapat ucapan ‘selamat sore’ dari mas-mas ganteng. Tapi gak jadi, gue udah keburu pengen minum susu. Lagian gue gak haus akan ucapan selamat sore seperti jomblo. Huahahaa

Setelah ngambil susu, dengan langkah penuh percaya diri gue langsung ke kasir. Karena udah tau berapa harga susunya, gue langsung nyodorkan uang ke mbak kasirnya.
Seolah ngomong, ‘’ Ini duitnya, dasar rakyat jelata ! ‘’
hesteksongong. Hestekbelagu. Hestekcalonpenghunineraka
   ‘’ Hehee.. ‘’ mbak kasirnya ketawa. Gue heran dong.
  ‘’ Kenapa mbak? ‘’
  ‘’ Hehee, itu duitnya. Heheee ‘’
  ‘’ Kenapa ya mbak ? ‘’ Gue nunduk ngeliat uang yang gue sodorkan.

JENGGOT JAMILAH !!

INI DUIT 2 REBU YANG GUE BAWA. 
APA-APAAN INI. DUKUN MANA YANG UDAH NGERUBAH DUIT 50 REBU GUE JADI DUIT 2 REBU HAH?? UNTUNG GAK DIRUBAH JADI DAUN. HUH.

KZL.

   ‘’ Eh ya Allah, iya ya mbak. Aduh, salah bawa duit. Maaf ya mbak. Ntar saya kesini lagi aja ya. Ini susunya tinggal dulu. ‘’ ujar gue dengan sikap cool.
  ‘’ Gak papa mbak, bawa aja dulu susunya. Gak papa kok ‘’

Ya ampuun.. ini mbak-mbaknya baik banget deh. Sumpah, udah cakep, baik,putih, langsing. Bagi yang jomblo boleh nih kenalan sama mbak-mbak ini. Ntar gue kasi nomernya ya.  Wanita idaman pria banget. Gitu sih kalo kata suaminya.

  ‘’ Hehee, enggak usah mbak. Ntar saya kesini lagi ya. Lopyu muah ‘’

Gue menolak. Iya, soalnya kalo belum bayar tapi barangnya udah dibawa pulang kerumah, gue jadi males buat pergi bayar lagi.
Dasar, pengen yang gratisan.

Akhirnya gue langsung cuus balik lagi kerumah. Selama di motor gue ngedumel dalam usus. Kenapa gak dalam hati? Karena hatiku udah diambil sama kamu. Uhuk~
Gue heran aja, sepenglihatan gue, yang gue ambil duit 50 rebu deh. Warna biru. Kok sekarang bisa berubah jadi uang 2 rebu yak?
Duit 50 rebu warnanya biru, duit 2 rebu warnanya abu-abu pudar gak jelas gitu, kayak masa depan orang yang hobi galau. Gak jelas.
Jauh beda yakan? Warna biru dengan warna abu-abu pudar.

Sampe dirumah, gue baru ingat gaes. Tadi pulang kerja gue masukkin duit ke saku celana. Duit 50 rebu.
Akhirnya gue balik lagi ke minimart itu. Bayar susu, kemudian pulang.

Malu bener.

Saat minum susu itu, gue bener-bener merasakan sensasi perjuangan yang teramat dalam untuk membelinya. Harus sampe dua kali bolak-balik ke minimart. Segitunya pengorbanan gue untuk si susu. 
Tapi… tapi apa balasan si susu ke gue? Dia ngecewain gue.
Dalam 5 hari, si susu pergi begitu saja. Sedih, hampa.


Ah udah ah baper.
Doain gue biar berat badan gue naik 2 kilo ya. hahaa

Bye.

Share
Tweet
Pin
Share
78 comments
Aku menghela nafas saat melihat suasana kantin yang perlahan sepi. Rasanya aku benar-benar lelah membantu ayah dua hari berturut-turut ini. Kantor tempatku bekerja masih memberikan libur selama seminggu, cukup lama. Tapi aku sangat bersyukur. Jarang sekali si bos memberikan waktu libur yang lumayan lama.
Aku mencoba duduk dan mengatur nafasku setelah sibuk membereskan piring-piring kotor diatas meja. Suasana kantin ini mendadak sepi, berbeda dengan beberapa menit sebelumnya.
Aku melemparkan pandangan mataku agar menguasai seluruh ruangan kantin. Beberapa mahasiswa  terlihat sedang menyantap makanannya.
Hanya ada satu, dua, dan hei.. Siapa lelaki itu?
Indera penglihatanku menangkap sosok seorang lelaki yang bergerak memasuki kantin kampus. Setelah celingukan sana-sini, kemudian ia melanjutkan langkahnya kembali.
Aku memandang lelaki itu dari kejauhan. Penampilannya super berantakan, ditambah ekspresi mesum yang terpancar dari aura wajahnya. Hih.
 Hmm sepertinya ia mengarah dan mendekat pada siomay ini.
Benar saja, setelah memesan ia kembali duduk dikursi cokelat tua yang berada tepat didepan gerobak siomay ini.
Sepertinya aku mengenalinya? tapi siapa yaa.. hmm, uh sudahlah tak usah dipikirkan.

Sambil mempersiapkan pesanan untuknya, sesekali aku melirik lelaki itu dari balik gerobak siomay ini.
Rambutnya benar-benar berantakan. Mengerikan sekali. Kemeja biru yang ia kenakan seolah menambah kesan wibawa pada dirinya. Tapi setelah aku menatap wajahnya, seketika kesan wibawa itu hilang dan berganti dengan tampang mesum yang mencolok pada wajahnya.
Bahkan aku sempat menduga bahwa ia sepertinya seorang penjahat kelamin. Benar-benar mesum.
Aku bergidik ngeri.
Sial ! 
Sepertinya ia mengetahui bahwa aku memperhatikannya sedari tadi. Lelaki itu menatapku kemudian ia tersenyum. Senyumnya percis seperti seorang psikopat. Matanya perlahan turun memperhatikan dadaku. Ingin sekali rasanya aku mencolok matanya dengan garpu siomay ini. Kenapa? Karena tatapannya telah mencolok hatiku. 

Gak nyambung nyet.
Oke, baiklah.

Tanpa memikir panjang, aku langsung saja melipatkan kedua tanganku didada. Berharap lelaki mesum ini berhenti melirik dadaku.
Huh, untunglah. Akhirnya ia melepaskan pandangan matanya dari tubuhku.
Selesai membuat pesanan untuk lelaki itu, aku langsung bergegas menghampirinya. Menyodorkan sepiring siomay dan berharap lelaki mesum itu bisa dengan cepat menghabiskan siomay ini. Kemudian pulang.
Baru saja aku meletakkan sepiring siomay dihadapannya, suara lelaki itu seakan mencekat langkah kakiku.
  '' hei, boleh kenalan? Aku Daruma orang baru disini dan asli orang Indonesia. Kamu  dari Indonesia juga kan? ''.
Huh.. padahal aku sangat tak ingin untuk mengenal lelaki aneh ini. Aku hanya tersenyum. Lebih tepatnya berpura-pura tersenyum. 
  '' Iya, aku dari Indonesia. Ada apa? ''  jawabku singkat.
  Dan aku benar-benar terkejut saat ia menyebutkan nama panjangku serta alamat sekolah SD dengan detail. Hei, sepertinya lelaki ini bukan hanya seorang penjahat kelamin, tapi juga seorang dukun. Iya, dukun beranak. 

  '' Iya. Kok kamu tahu? '' Aku benar-benar heran padanya. 
  '' Kamu tidak ingat denganku? Kita dulu pernah satu bangku saat awal masuk di kelas dua. Tapi seminggu setelah itu kamu pindah ke Jepang '' ujarnya.
Ah iya, lelaki ini benar. Saat ayah harus pindah kerja ke Jepang, aku terpaksa harus melanjutkan kelas dua ku disini. Walaupun begitu, aku masih mengingat beberapa teman SD ku sebelum akhirnya aku pindah ke Jepang. Dan, oh iya.. Sepertinya aku sedikit mengenal lelaki ini. Dia laki-laki paling jahil ketika menjadi teman SD ku. Dia bahkan pernah menjatuhkan bekal makan siangku dengan sengaja. Dan ketika aku menangis, ia malah menertawaiku seakan puas dengan aksinya tadi. Huh dasar. 
  '' Oh maaf aku tidak ingat. '' Jawabku singkat. 

Aku tau aku berbohong. Aku hanya saja tak ingin membuatnya bisa mengenaliku lebih dalam. Dan dengan seperti itu semoga saja ia menjauh dariku. 
  '' Hah sudah ku duga. Kamu banyak berubah ya. Apalagi dadanya, sudah tidak sekecil dulu. Itu asli? '' Lelaki mesum itu sepertinya mulai menjalankan aksinya. 
 '' Hahaa. Tentu saja ini asli. Kamu mau pegang? Nih ! ''. Aku menodongkan gir tepat ke arah muka nya. 

Buru-buru lelaki mesum itu meminta maaf padaku. Aku hanya tertawa kecil, sungguh ini tawa terpaksa yang harus terlontar dari mulutku.
  '' Kamu sedang apa kesini? Liburan? '' Tanyaku. Aku berusaha mengalihkan pembicaraan pada lelaki ini. 
Dari jarak sedekat ini aku bisa melihat langsung sosok seorang Daruma, ya seperti nama yang ia sebutkan tadi.
Aroma parfum yang ia kenakan perlahan masuk ke rongga hidungku.
Hueek !
Aroma apa ini? Menyengat sekali. Pedih menusuk hidung.
 Seperti aroma cabe terasi yang dibakar pada ujung tusuk gigi? 
Kenapa tusuk gigi? Karena ia telah menusuk hatiku.
Jirr~

Aku manggut-manggut saat mendengar jawabannya. Ia melanjutkan studi disini? Oh ya.. Berarti itu membuat aku harus berjumpa dengannya selama aku membantu ayah disini. Huh menyebalkan sekali.
  '' Aku sedang bantu-bantu ayah disini. Kebetulan tempatku bekerja sedang libur minggu ini. '' ujarku datar.
  '' Kamu punya kunci inggris gak? ''
  '' Hah? gak punya tuh? buat apa? ''
 Sebenernya aku tau kalo ia sedang membutuhkan kunci inggris untuk memperbaiki otaknya yang penuh dengan mesum. 
  '' Hmm gak punya ya? Kalo alamat e-mail punya kan? ''
  '' Hahaa bilang saja mau minta e-mailku. ''
Langsung aja aku menuliskan alamat e-mailku pada secarik kertas.
  '' ini. Simpan dan ingat baik-baik ya. '' 
  '' Oke, terimakasih. Eh minggu ini kamu lagi liburkan? Kapan-kapan kita jalan bareng yuk. Kenalkan aku dengan seluk beluk negeri Sakura ini. Kamu kan sudah lama tinggal di negeri Sakura ini '' ujarnya dengan raut penuh harap. Mengiba dan memelas.
Ah, aku jadi tidak tega menolaknya.
  '' Boleh. Kabarkan saja. Kapan waktunya? Lewat e-mail ya?. Sudah ya aku mau bantu ayahku lagi. Dah ''

Aku bergegas berbalik untuk menyelamatkan hidungku yang sepertinya merasa tersiksa atas aroma parfum cabe yang dibakar pada tusuk gigi itu. 
Aku langsung membereskan sisa-sisa piring kotor yang menumpuk diatas meja bagian pojok. Sedangkan ayah terlihat masih meracik bumbu siomay dibelakang. 
Sebelum berbalik ke belakang, aku mencoba untuk melihat Daruma dari balik kaca gerobak ini.
Hahaa, ternyata ia baru saja memakan siomaynya setelah cukup lama berbincang denganku. Ia menyuapkan sesendok siomay ke mulutnya. Melihat jam tangannya, dan kemudian lelaki mesuk dengan aroma parfum cabe itu beranjak dari meja makannya. Dan aku cukup kecewa saat melihat ia hanya memakan sesendok saja siomay buatanku.
Apakah rasanya tidak enak? Hmm. 

Aku menghampiri meja makan yang ia tempati tadi. Aroma parfum cabe yang menusuk hidung itu masih tertinggal dan melekat pada posisi ia duduk tadi.
Langsung saja aku mengangkat piring sisa makan lelaki itu dan menggabungkannya kedalam piring kotor lainnya.
Aku tersenyum saat mengingat kejadian ketika ia meminta e-mailku.
Hei, mengapa aku berharap agar mendapat e-mail darinya?
Apa aku telah terhipnotis oleh lelaki mesum itu? 
Hei... ada apa dengan aku?
Huh
:)

Share
Tweet
Pin
Share
59 comments
Newer Posts
Older Posts

Rahayu Wulandari

Rahayu Wulandari
Atlet renang terhebat saat menuju ovum dan berhasil mengalahkan milyaran peserta lainnya. Perempuan yang doyan nulis curhat.

Teman-teman

Yang Paling Sering Dibaca

  • ADAM
  • Ciri-ciri cowok yang beneran serius
  • Pelecehan
  • 5 Tipe Cowok Cuek

Arsip Blog

  • ▼  2020 (5)
    • ▼  September (1)
      • Perjalanan Baru
    • ►  June (1)
    • ►  April (3)
  • ►  2019 (5)
    • ►  October (1)
    • ►  July (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2018 (8)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  February (2)
  • ►  2017 (14)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2016 (39)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
    • ►  February (8)
    • ►  January (7)
  • ►  2015 (138)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (12)
    • ►  July (6)
    • ►  June (9)
    • ►  May (10)
    • ►  April (15)
    • ►  March (21)
    • ►  February (11)
    • ►  January (24)
  • ►  2014 (18)
    • ►  December (10)
    • ►  November (6)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+

Total Pageviews

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates