Akhir-akhir ini gue ngerasa kurang produktif untuk menulis.
Gatau kenapa. Gue ngerasa ada yang kurang. Gue ngerasa kalo gue kurang
bergairah, kurang makan, kurang uang jajan, kurang perhatian, kurang kasih
sayang dan berbagai kekurangan lainnya.
Postingan yang gue tulis kemarin juga gue tulis dengan
males-malesan. Huhuuu. Kenapa gue jadi males-malesan gini sih. Seperti biasa,
gue kalo lagi males-malesan jadi sering ngelamun dan flashback, mengingat
kejadian masa lalu.
Gue anaknya pelupa parah.
Andai kalian tau wahai sobat yang berbahagia, saat mandi sore, gue sering lupa kalau tadi pagi gue pake baju apa. Gue sering lupa kalo gue udah makan sejam yang lalu. Gue sering lupa naruh barang di mana.
Tapi, selupa-lupanya gue, gue masih ingat dengan kejadian beberapa tahun lalu atau kejadian yang udah lama berlalu.
Gue suka mengenang. Mengenang masa lalu saat gue punya pacar. Tapi semengenangnya gue, gue nggak pernah sampe stalk akun medsosnya mantan. Nggak akan pernah! Helooww iyuuuh banget.
Mentok-mentok gue cuma sms dia doang. Minta balikan.
Enggak deng.
Gue suka mengenang.
Apalagi mengenang saat saat bahagia dulu. Sampai akhirnya gue jadi mikir, ‘’ Ternyata gue dulu pernah bahagia ya. ‘’ Sebelum pada akhirnya gue langsung ngomong dalam hati, ‘’ Tapi percuma sih kalo ujung-ujungnya bakal dikecewakan. ‘’
YHAAA~
Dari kegiatan yang maha penting itu, gue jadi belajar banyak hal. Dengan mengenang masa lalu, gue jadi tau akan apa yang harus gue cari dan apa yang harus gue tinggalkan.
Seperti postingan kemarin yang terlahir dari kegiatan mengenang masa lalu gue, gue mendapat salah satu pelajaran.
Yaitu, jangan pernah mencari pasangan yang pelit.
Bayar parkir motor dua rebu doang pelit. Gimana besok mau bayar popok anak, susu anak, beras, cabe rawit, bawang, minyak goreng, bayar listrik, belum lagi kalo anaknya udah sekolah. Uang sekolah anak mahal broh.
Saat gue mengenang masa lalu dengan beberapa mantan, gue
juga menyadari akan satu hal. Ternyata gue pernah bahagia dengan mantan gue
yang sama sekali nggak pernah romantis.
Gue masih ingat dengan jawaban beberapa teman gue tentang kriteria cowok idaman mereka. Yang di mana salah satunya mereka akan menaruh kata ‘harus romantis’ di deretan kriteria cowok idaman yang mereka sebutkan.
Kenapa harus romantis? Ada apa dengan romantis? Apa romantis itu tolak ukur kebahagiaan?
Emang romantis itu kayak gimana sih? Apa harus ngasih bunga tiap ketemu atau dinner bareng pake lilin lilin gitu?
Gue masih ingat dengan jawaban beberapa teman gue tentang kriteria cowok idaman mereka. Yang di mana salah satunya mereka akan menaruh kata ‘harus romantis’ di deretan kriteria cowok idaman yang mereka sebutkan.
Kenapa harus romantis? Ada apa dengan romantis? Apa romantis itu tolak ukur kebahagiaan?
Emang romantis itu kayak gimana sih? Apa harus ngasih bunga tiap ketemu atau dinner bareng pake lilin lilin gitu?
Gue dari dulu, nggak pernah meletakkan ‘harus romantis’ dalam kriteria cowok idaman.
Kriteria cowok idaman gue cuma dua.
1. Kalo pipis berdiri
2. Nggak takut sama kecoa.
Udah, itu aja.
Gue mah anak simple. Nggak mesti dikasih bunga-bungaan. Gue ditraktir makan nasi goreng brebes aja udah seneng. Dibikinin mie rebus pake telor ceplok sama pacar aja, gue udah bahagia. Bahagia bangetlah. Bahagia dunia akhirat.
Waktu gue pacaran dengan pacar gue ketika itu, gue nggak seperti temen-temen lain yang setiap hari selalu dapat sms yang isinya, ‘’ Selamat pagi sayangku. ‘’
Setiap pagi, gue hanya dapat sms dengan isi satu pertanyaan, ‘’ Koe sekolah hari ini? ‘’
Iya waktu itu gue masih duduk di bangku SMK. Tadinya mau duduk di pangkuan Aliando, tapi nggak mungkin sih.
Waktu gue SMK, gue nggak kayak anak sekolahan jaman sekarang. Gue nggak pernah bikin video salam osis, salam pramuka atau salam-salaman lainnya. Satu-satunya video yang pernah gue rekam adalah video saat gue sedang joget dengan gerakan erotis. Kalian cari aja di yutub, pasti nggak ada.
Betewe, gue jadi bingung. Kenapa mereka yang sebagai anak sekolahan dengan baik hati mengunggah video mereka sendiri. Kan yang cowo cowo jadi keenakan.
Apa jangan-jangan anak osis dan anak pramuka pernah punya masalah?
Jadi ini semacam kontroversi antar anak organisasi osis dengan anak pramuka.
Harapan gue, yaaa semoga masalah yang ada diantara mereka cepat terselesaikan.
Harapan gue satu lagi, yaaa semoga rasa yang ada diantara kita cepat diutarakan.
Oke.
Ini ngapa jadi bahas salam salaman sih. ASTAGFIRULLAH.
***
Berbicara tentang keromantisan, saat gue masih berhubungan dengan dia, gue nggak pernah dipanggil dengan panggilan mesra serta manja.
Udah, itu aja.
Gue mah anak simple. Nggak mesti dikasih bunga-bungaan. Gue ditraktir makan nasi goreng brebes aja udah seneng. Dibikinin mie rebus pake telor ceplok sama pacar aja, gue udah bahagia. Bahagia bangetlah. Bahagia dunia akhirat.
Waktu gue pacaran dengan pacar gue ketika itu, gue nggak seperti temen-temen lain yang setiap hari selalu dapat sms yang isinya, ‘’ Selamat pagi sayangku. ‘’
Setiap pagi, gue hanya dapat sms dengan isi satu pertanyaan, ‘’ Koe sekolah hari ini? ‘’
Iya waktu itu gue masih duduk di bangku SMK. Tadinya mau duduk di pangkuan Aliando, tapi nggak mungkin sih.
Waktu gue SMK, gue nggak kayak anak sekolahan jaman sekarang. Gue nggak pernah bikin video salam osis, salam pramuka atau salam-salaman lainnya. Satu-satunya video yang pernah gue rekam adalah video saat gue sedang joget dengan gerakan erotis. Kalian cari aja di yutub, pasti nggak ada.
Betewe, gue jadi bingung. Kenapa mereka yang sebagai anak sekolahan dengan baik hati mengunggah video mereka sendiri. Kan yang cowo cowo jadi keenakan.
Apa jangan-jangan anak osis dan anak pramuka pernah punya masalah?
Jadi ini semacam kontroversi antar anak organisasi osis dengan anak pramuka.
Harapan gue, yaaa semoga masalah yang ada diantara mereka cepat terselesaikan.
Harapan gue satu lagi, yaaa semoga rasa yang ada diantara kita cepat diutarakan.
Oke.
Ini ngapa jadi bahas salam salaman sih. ASTAGFIRULLAH.
***
Berbicara tentang keromantisan, saat gue masih berhubungan dengan dia, gue nggak pernah dipanggil dengan panggilan mesra serta manja.
Jangankan dipanggil dengan panggilan mesra, dipanggil nama
aja gue udah seneng. Karena gue sendiri nggak begitu excited dengan cowok yang
romantis. Bahkan kalo jalan, gue dan dia nggak pernah berpegangan tangan.
Soalnya gue lebih milih berpegangan kepada teguh dan keyakinan. Asooy.
Ketika itu gue sangat nyaman dengan hubungan yang seperti itu. Gue sama sekali nggak iri dengan teman gue yang selalu pamer foto pacarnya yang lagi megang kertas dengan tulisan nama mereka berdua.
Gitu doang elaah. Gue mah nanti pamernya, waktu nama gue dan dia berdua tertulis di buku nikah. Uhuk.
Ketika itu gue sangat nyaman dengan hubungan yang seperti itu. Gue sama sekali nggak iri dengan teman gue yang selalu pamer foto pacarnya yang lagi megang kertas dengan tulisan nama mereka berdua.
Gitu doang elaah. Gue mah nanti pamernya, waktu nama gue dan dia berdua tertulis di buku nikah. Uhuk.
Ngomongin keromantisan, ternyata Ibu gue ‘sepertinya’ sedang berusaha untuk menjadi orang yang romantis. Gue baru menyadari hal itu sejak dua hari yang lalu, saat gue baru pulang kerja dengan tampang lesu tak berdaya, gue duduk melahap pecel yang terlihat nganggur di atas meja.
Ibu berjalan mendekati pintu kamar mandi dengan memegang setangkai bunga yang-entah-darimana ia dapatkan.
Sebagai anak yang cerdas serta aktif bertanya, ya tentu saja gue nyengir dan melahap pecel yang ada di hadapan gue.
Ibu menyembunyikan setangkai bunga mawar putih plastik di punggungnya. Begitu pintu kamar mandi terbuka, Ayah keluar dengan tampang bengong sambil melihat Ibu yang senyum-senyum nggak jelas.
Dengan mengambil nada do tinggi, Ibu berteriak TARAAAAAA
Yang kemudian dilanjutkan dengan memberi setangkai bunga mawar putih di hadapan Ayah.
Kalian tau respon apa yang Ayah ucapkan?
Hanya dua kata.
Ayah menghela nafas sambil berkata, YA ALLAH..
Tanpa dikomando, suara tawa Ayah dan Ibu pecah secara bersamaan. Gue juga ikut menahan tawa setelah mencoba menelan pecel suapan terakhir.
Di tengah-tengah suara tawa, dengan entengnya Ibu berkata, ‘’ Kan biar romantis kayak di FTV itu loh. ‘’
Gaes.
Ternyata, selain pecinta tayangan Katakan Putus, Ibu gue juga
pecinta serial FTV.
***
Kembali ke tentang romantis, kalo boleh gue bertanya, perempuan mana sih yang nggak mau diperlakukan dengan romantis?
Gue juga mau keleus.
Gue juga mau keleus.
Tapi gue nggak menaruh keromantisan sebagai hal yang harus diprioritaskan. Bagi gue, keromantisan hanya nilai tambah yang akan kita terima dari diri pasangan.
Ini gue ngapa sok wibawa, adil dan bijaksana gini sih, elaaahh.
Udah dulu ya. Aku dipanggil mama nich beli garem.
Dadaaah
Dadaaah