Sebagai seorang karyawan yang bekerja pada bagian administrasi, hal ini cukup membuat
gue setiap sore selalu sibuk ke bank. Alhamdulillah, gue dipercaya untuk memegang kas kantor
yang setiap harinya akan diclaim dari pusat.
Pekerjaan ini menuntut gue untuk lebih berhati-hati dan teliti. Terutama dalam
memilih pasangan. Harus berhati-hati. Pastikan dulu dia berstatus lajang atau
suami orang.
Gue yang anaknya memang nggak sabaran, ceroboh dan tergesa-gesa perlahan-lahan
mulai menghilangkan sifat buruk itu. Gue selalu sabar dengan otak gue yang
terlalu lambat menghitung angka di layar komputer. Gue mulai mencoba untuk
teliti dalam membuat laporan, hitung-menghitung, termasuk menghitung hari
menunggu kepastian darimu yang tak kunjung datang jua. Halah.
Nggak enaknya, ya kalo salah hitung, ujung-ujungnya gue juga yang nombok (ganti
uang). Trus gue nggak bisa makan setahun.
Meninggal.
Masuk neraka.
Ketemu Farhat Abbas di pintu neraka.
Lagi gantian shift sama malaikat Malik.
Beberapa hari yang lalu, Yoga mengirimkan link tes uji otak dengan situs ini di grup WIDY.
Tak lama kemudian, Icha mengirim skrinsut hasil tesnya. Hasilnya, Icha lebih cenderung di
otak kanan dalam hal musik. Pantesan Icha sering apdet banget tentang lagu-lagu
kekinian, semua soundtrack, lirik lagu dan lainnya yang berhubungan dengan
musik.
Sedangkan Yoga juga lebih cenderung di otak kanan, tetapi dalam hal imajinasi.
Kalau ada hal tentang mantan, mungkin Yoga lebih cenderung di otak kanan dalam
hal itu. Mengenang mantan. Uhuk.
Gue yang penasaran langsung meluncur ke sana. Dan hasilnya :
Gue lebih cenderung di otak kiri.
Ada 2 respon yang gue rasakan ketika itu:
1. Yeaaah akhirnya gue punya otak juga.
2. APA-APAAN INI. KENAPA LEBIH CENDERUNG DALAM HAL MATEMATIKA SIH. ELAH.
Gue kaget. Ini hasilnya yang salah apa gimana sih. Gue
mencoba mengulang lagi. Jawab pertanyaan lagi dan hasilnya tetep sama.
Sore harinya, Darma juga ikutan tes di link yang Yoga
berikan. Hasilnya, Darma lebih cenderung otak kiri dalam hal digital.
Mungkin itu typo, maksudnya digatal.
Soalnya Darma ya gitu. Hmm sudahlah nggak perlu gue lanjutin. Ntar nggak ada
lagi yang mau dengerin cerita-cerita aneh gue setiap hari. Nggak ada lagi yang nelfonin gue. Nggak ada lagi yang nanya-nanya kapan gue haid di setiap hari.
***
Jujur, seumur hidup gue paling benci dengan suatu hal yang berhubungan dengan
angka, kecuali angka tanggal jadian dan tanggal gajian.
Dari SD sampai SMK, gue selalu mendapatkan nilai matematika yang rendah. Udah
remedial, tetep aja rendah. Termasuk pelajaran fisika. Pas-pas KKM aja gue udah seneng sujud syukur.
Gue muak dengan angka. Seperti muaknya melihat engkau dan dia. Anjaaayy.
Sampai akhirnya, Yoga cerita kalau dia juga pernah ikut tes
itu dan hasilnya rada seimbang karena waktu itu Yoga kerja di perpajakan. Pekerjaan yang berbau hitung-menghitung.
Wah sama nih, berarti karena kerjaan, gue juga dipaksa ngitung-ngitung.
Tapi nggak papa, ai lop mai kerjaan. Soalnya kalo ai lop yu, belum tentu yu lop
mi. Yaa gitu.
INI APAAN?
Hmm. Oke. Abaikan saja.
Hampir setiap sore gue harus pergi ke ATM. Kadang juga ke
bank, lumayan bisa cuci mata liat sekuriti muda sampai abang-abang staff yang
tampan rupawan.
Ada beberapa kejadian yang gue alami saat gue berada di bank maupun di ATM. Kejadian memalukan.
Cerita pertama tentang :
Cerita pertama tentang :
- - KEJEDOT
Suatu sore, gue ke atm seperti biasanya. Ngambil uang dengan sok kuwl dan
terburu-buru. Soalnya udah jam pulang kerja, gue takut kehujanan di jalan.
Selesai menarik kartu atm dan memasukkannya ke dalam dompet, gue berbalik
badan, melangkah dan DUK!.
Jidat suci gue kejedot kaca atm. #nggakpapa #Wulananaqkuwat
#enggaksakitkokhehee
Sakitnya nggak seberapa, malu dan suara jedotannya yang bikin malu. Suara
jedotannya kayak suara kelapa jatoh. Menarik setiap mata memandang. Alhasil gue
malu. Gue keluar atm dengan muka cengengesan dan mengabaikan muka orang-orang
yang prihatin. Prihatin ke kaca atm. Takut lecet dan berkuman.
- - BINI
KEDUA
Kejadian ini kalo nggak salah terjadi pada pertengahan tahun kemarin, gue yang baru masuk ke atm terkejut melihat
sebuah kartu yang masih tersangkut di mesinnya. Dengan layar mesin yang
menunjukkan angka saldo yang sempat membuat gue berpikir, ‘’ mayan nih buat
modal nikah. ‘’
Tapi gue berpikir lagi, ‘’ BETEWE GUE MAU NIKAH SAMA SIAPA YAK. ‘’ Daripada
kelamaan mikir mau nikah dengan siapa, akhirnya gue mencabut kartu atm itu dan
langsung berlari menuju parkiran.
Dalam hati, gue sempat mikir, seandainya aja yang punya kartu atm ini seorang cowo ganteng. Trus pas gue ngasih
atmnya yang ketinggalan, dia senyum sambil natap mata gue dengan tatapan dalam
penuh cinta. Trus dia ngomong, ‘’ Kita nikah, yuk. ‘’
Ah andai saja.
Gue berlari ke parkiran dan menemukan seorang lelaki muda yang sedang
mengenakan helmnya hendak duduk di atas motor. Istri dan anak balitanya juga
turut duduk di belakangnya.
‘’ Bang, ‘’ panggil gue.
Gue hampir aja mau gombal, ‘’ Bapak kamu
tukang sate, ya? ‘’
Tapi nggak jadi.
‘’ Iya? ‘’
‘’ Ini, kartu atmnya ketinggalan. ‘’ Gue
menyodorkan kartu atmnya.
‘’ Eh iya, makasih ya. ‘’
‘’ Iya bang. Sama-sama. ‘’ Gue
membalikkan badan sambil ngomel dalem hati. Lah udah punya anak-bini ternyata. Tapi kan nggak tertutup kemungkinan
juga untuk gue jadi bini kedua.
Mayan. Abangnya ganteng.
Gue kembali melangkah masuk ke ruang atm lagi dengan rasa kesal. Tau gitu, tadi
nggak gue kembaliin deh kartu atmnya.
Astagfirulloh. Dosa.
- -CELANA
Ini kejadian waktu di akhir tahun 2014
lalu. Sebelum gue putus, galau diakhir tahun. Gue sempat memiliki pacar sesama
karyawan di perusahaan yang sama, hanya saja beda kantor. Waktu itu, dia
berkunjung ke kantor gue. Dan siang itu, gue harus segera mentransferkan uang
ke bank. Kebetulan, waktu itu dia menawarkan diri untuk menemani gue ke bank.
‘’ Kamu tunggu di sini ya. ‘’
‘’ Iya, iya aku tunggu di sini. ‘’ Gue
kemudian turun dari mobil dan masuk ke bank. Gue disambut senyuman hangat dari
sekuriti bank yang bikin hati gue meleleh. Setelah mengisi form, gue berdiri berbaris
di antrian yang cukup panjang. Tidak terjadi apa-apa sebelum akhirnya gue
merasakan jeans hitam gue melonggar. Lama-kelamaan semakin longgar dan KREK.
Yak, nggak salah lagi. Resleting gue turun. Bukan hanya resletingnya,
pengaitnya juga ikutan lepas.
Gue menoleh ke sekeliling, rame bener orang. Gue menoleh ke belakang, antrian
di belakang gue juga udah panjang. Semakin gue bergerak, resleting gue semakin
turun. Gue panik. Nggak mungkin gue menunduk-nunduk meraba lalu mengaitkan celana untuk menaikkan
resleting.
Mau keluar dari baris antrian, nanggung. Antriannya udah panjang. Lagian mau
jalan juga udah susah.
Akhirnya dengan sisa keberanian yang ada, gue nekat membiarkan resleting gue
begitu apa adanya. Gue juga berusaha menarik-narik baju gue agar bisa menutupi
resleting yang terbuka. Walaupun panjang baju yang gue kenakan pas-pasan untuk
menutupi resleting.
Selesai mentransfer uang, gue langsung buru-buru jalan menuju parkiran. Gue
udah bodo amat dan nggak peduli dengan orang-orang yang melihat resleting dan
pengait jeans gue yang terbuka penuh pesona.
Gue langsung naik ke dalam mobil dan panik.
‘’ Kamu lihat ke sana! Jangan lihat ke
sini! ‘’
‘’ Kenapa? ‘’
‘’ JANGAN LIHAT KE SINI!! ‘’ Gue
setengah berteriak. Si pacar menoleh ke arah lain dan akhirnya gue sukses
memasangkan pengait jeans dan resleting seperti semula.
- -SALAH NGOMONG
Ini kejadian yang baru gue alami kemarin
sore. Sore itu, gue melihat ada beberapa karyawan bank beserta security sedang
memasukkan uang ke mesin atm yang bernominal 50.000. Berhubung mesin atm di
ruangan itu ada 3, gue langsung saja masuk dan menuju mesin atm paling ujung.
Begitu gue masuk dan membuka pintu atm, spontan sebuah suara mengejutkan gue,
‘’ Assalamualaikum. ‘’
Gue sempat mikir, ini gue salah masuk ke rumah ibu-ibu pengajian bulanan apa
gimana?
Gue menoleh ke sumber suara. Salah seorang pegawai bank tersenyum ke arah gue.
Ya Allah, inikah calon imamku kelak di
masa depan?
Gue menjawab pelan, ‘’ Waalaikumsalam. ‘’
Dengan menggunakan nada yang lembut. Biasa, pencitraan gitu.
Hampir aja gue ingin melanjutkan membaca surah al baqarah sebelum pada akhirnya
gue ingat, apa tujuan gue masuk ke ruang atm ini.
Selesai menarik uang, gue berbalik pelan-pelan. Takut kejedot lagi, malu.
Sebelum gue membuka pintu atm, si abang karyawan bank membuka suara lagi.
‘’ Hati-hati ya. Assalamualaikum. ‘’
Gue tersenyum penuh pencitraan lagi sembari menjawab, ‘’ Waalaikumsalam, Bu. ‘’
Gue keluar dari ruang atm.
Sayup-sayup terdengar suara gelak tawa dari dalam ruang atm.
Lah iya. Gue baru sadar.
GUE
SALAH NGOMONG.
Entahlah, dimana gue harus naruh muka saat besok gue ke bank
dan jumpa dengan beberapa karyawan itu lagi. Mengingat hampir setiap sore gue
harus pergi ke ATM. Bolak-balik.
Mungkin masih ada kejadian-kejadian memalukan lainnya yang bakal gue alami di
kemudian hari. #Wulantegar2016
Tapi gue bahagia. Seenggaknya karena gue kerja di bagian administrasi, kemampuan gue yang paling menonjol di otak kiri adalah dalam hal matematika.
Wah, anaknya jenius nih. Yoih.
Kedengerannya keren. Pinter matematika.
Kedengerannya keren. Pinter matematika.
Tapi paan. Rumus segitiga sama kaki aja gue enggak hafal.
Trus apa hubungannya hasil tes otak kiri dengan kejadian di Bank?? Ya kayak kita.
Kok kayak kita? Iya, nggak ada hubungannya.
Duh, kebelet pipis. Udah ya.
Note: Sering bingung kalo nulis penutup postingan. Hahaaa.
Tapi lebih bingung menunggu kepastian dari kamu sih.