Semua bermula pada hari Minggu kemarin.
Gue yang usai melakukan ritual bobo siang kiyut ketika itu terbangun dengan wajah berantakan. Kayak hati. Hiks.
Dua orang perempuan abege anak SMP datang dan masuk ke rumah gue. Dan mereka berdua ternyata adalah temen adik gue, Nova.
Sore itu, Nova pamit ke ibu kalau dia diajak temannya untuk merayakan ulangtahun salah seorang temannya di toko ayam. Sebelum Nova keluar kamar, gue memanggilnya dengan syahdu.
'' Nova, bawa plastik ya. ''
'' Untuk apa? ''
'' Bungkus. Dua. ''
Nova langsung ngacir meninggalkan gue yang masih bengong duduk di pinggir tempat tidur.
Setelah ganti baju, rapi-rapi dikit, Nova langsung keluar kamar dan menemui dua orang temennya.
'' Ini nggak papa nih naik motor bertiga? '' Ibu kelihatan panik melihat tiga anak SMP itu sempitan sempitan di motor matic.
'' Ini deket kok Bu. Kami bertiga mau ke rumah Helen dulu, nanti dari rumah Helen bertiga naik mobil sama mama Helen. '' Helen, salah seorang temen Nova yang sedang berulangtahun menjelaskannya kepada Ibu.
Deket doang sih jarak rumah gue ke rumah Helen.
Ibu manggut-manggut.
'' Udah, nggak papa, Bu. Biar kayak cabe-cabean. Hahaaa. ''
Gue ngakak puas sembari masuk lagi ke dalam rumah. Sebelum ngeloyor masuk, gue sempat melirik ke arah Ibu. Ibu terlihat diam seakan paham akan sesuatu.
***
Sore itu gue kedatangan saudara. Rame bener. Saat lagi asyik-asyiknya ngobrol, Nova tiba-tiba masuk ke rumah setelah pulang merayakan ulangtahun temannya.
'' Ini nih, anak Ibu yang cabe-cabean. '' Ibu menarik Nova halus dan memeluk Nova dengan posisi duduk.
APA-APAAN INI.
Asli. Gue bengong.
Bentar-bentar,
Atas dasar visi dan misi apa Ibu dengan penuh rasa bangga mengatakan itu?
Kalau kalian tanya, ada nggak orangtua yang bangga dengan anaknya yang cabe-cabean? Nah ada. Itu orangtua gue. HUWAA MAU NANGIS AJA.
Setelah Ibu keluar rumah dan melepaskan saudara gue untuk pulang, seorang ibu-ibu yang mengendarai motor dengan dua anaknya memanggil Ibu gue.
Biasalah, ibu-ibu. Ngerumpi-ngerumpi ini itu, mulai dari kasus Nikita Mirzani, Musdalifah sampai kasus Farhat Abbas yang nggak penting sepertinya juga dibahas oleh dua ibu-ibu ini.
*Beberapa tahun kemudian*
'' Udah ya Bu, udah magrib nih. Saya pulang ya. ''
'' Iya iya Bu, udah magrib ya. Hehee. Eh ini anaknya udah besar ya. Udah kayak cabe-cabean. ''
SUMPAH.
INI IBU GUE SEBENERNYA NGERTI NGGAK YA CABE CABEAN ITU APA.
'' Heheeheeheheeheheeehehee. '' Ibu-ibu temen ibu gue cuma ketawa cengengesan.
Saat Ibu masuk ke rumah, gue langsung ngomong ke Ibu.
Gue : Bu, Ibu sebenernya tau nggak artinya cabe-cabean itu apa?
Ibu : Tau. Cabe-cabean itu maksudnya anak perempuan yang udah gadis gitu kan?
Gue : Yaoloh, bukan Bu. Cabe-cabean itu cewek nggak bener. Cewek alay yang narsis, yang suka naik motor bonceng tiga, pake baju seksi nan aduhai. Alay lah pokoknya.
Ibu : Eh iya ya? Duh, tadi Ibu salah ngomong berarti ya.
Gue : Iya Bu, itu kayak julukan buat perempuan yang kurang bagus.
Ibu : Eh tapi, kamu sendiri siang tadi juga ngomong gitu kan ke Nova? Lah, Ibu kan taunya dari kamu, Sek.
Gue : Iya, itu karena Nova tadi bonceng tiga naik motor sama temennya.
Ibu : Ya tadi Ibu nggak tau kalau artinya itu. Pokoknya Ibu kan taunya dari kamu.
Gue : ASDFGHJKL;'.?!#
***
Gue paham bener dengan sifat Ibu. Ibu orangnya gaul abis, suka niruin kata-kata yang lagi ngetren sekarang.
Gue masih ingat, waktu itu lagi trend banget istilah, '' KEPO ''.
Nanya dikit ke temen, dibilang kepo. Apa-apa dibilang kepo. Bhangkay.
Sampai suatu sore, gue udah capek kebangetan sehabis pulang kerja. Gue langsung nyamperin Ibu yang lagi duduk santai di teras rumah.
'' Bu, masak apa? ''
'' KEPO! ''
Key. Fain. Akurapopo.
Malam harinya, seperti biasa setelah magrib semua anggota keluarga pasti berkumpul di ruang tengah. Nonton tv bareng. Malam itu, layar di tv menayangkan acara Biang Rumpi. Itu loh yang hostnya Feni Rose. Seingat gue, waktu itu bintang tamunya adalah Regina, Istri Farhat Abbas. Tau Farhat Abbas nggak? Itu loh, yang kalo setiap kali kita liat mukanya nongol di tv, bawaan kita pengen ngerajam dia. Separah itu.
Nah, saat lagi seru-serunya berbincang dengan Regina, gue baru menyadari akan suatu hal.
Ternyata Regina itunya gede. Serius. Hmm.
Maksud gue tali pinggangnya. Regina waktu itu kan pake tali pinggang gede.
Lagi asyik-asyik menonton acara itu, tiba-tiba ibu nyeletuk,
'' Itu, Feni Rose kepo banget ya. ''
Satu rumah menghela nafas.
Tapi walau bagaimanapun, aku tetep sayang Ibu dan juga Ibu kamu.
Iya, Ibu kamu. Mertua aku nanti. Uhuk.
Gue yang usai melakukan ritual bobo siang kiyut ketika itu terbangun dengan wajah berantakan. Kayak hati. Hiks.
Dua orang perempuan abege anak SMP datang dan masuk ke rumah gue. Dan mereka berdua ternyata adalah temen adik gue, Nova.
Sore itu, Nova pamit ke ibu kalau dia diajak temannya untuk merayakan ulangtahun salah seorang temannya di toko ayam. Sebelum Nova keluar kamar, gue memanggilnya dengan syahdu.
'' Nova, bawa plastik ya. ''
'' Untuk apa? ''
'' Bungkus. Dua. ''
Nova langsung ngacir meninggalkan gue yang masih bengong duduk di pinggir tempat tidur.
Adik durhaka!
Setelah ganti baju, rapi-rapi dikit, Nova langsung keluar kamar dan menemui dua orang temennya.
'' Ini nggak papa nih naik motor bertiga? '' Ibu kelihatan panik melihat tiga anak SMP itu sempitan sempitan di motor matic.
'' Ini deket kok Bu. Kami bertiga mau ke rumah Helen dulu, nanti dari rumah Helen bertiga naik mobil sama mama Helen. '' Helen, salah seorang temen Nova yang sedang berulangtahun menjelaskannya kepada Ibu.
Deket doang sih jarak rumah gue ke rumah Helen.
Ibu manggut-manggut.
'' Udah, nggak papa, Bu. Biar kayak cabe-cabean. Hahaaa. ''
Gue ngakak puas sembari masuk lagi ke dalam rumah. Sebelum ngeloyor masuk, gue sempat melirik ke arah Ibu. Ibu terlihat diam seakan paham akan sesuatu.
***
Sore itu gue kedatangan saudara. Rame bener. Saat lagi asyik-asyiknya ngobrol, Nova tiba-tiba masuk ke rumah setelah pulang merayakan ulangtahun temannya.
'' Ini nih, anak Ibu yang cabe-cabean. '' Ibu menarik Nova halus dan memeluk Nova dengan posisi duduk.
APA-APAAN INI.
Asli. Gue bengong.
Bentar-bentar,
Atas dasar visi dan misi apa Ibu dengan penuh rasa bangga mengatakan itu?
Kalau kalian tanya, ada nggak orangtua yang bangga dengan anaknya yang cabe-cabean? Nah ada. Itu orangtua gue. HUWAA MAU NANGIS AJA.
Setelah Ibu keluar rumah dan melepaskan saudara gue untuk pulang, seorang ibu-ibu yang mengendarai motor dengan dua anaknya memanggil Ibu gue.
Biasalah, ibu-ibu. Ngerumpi-ngerumpi ini itu, mulai dari kasus Nikita Mirzani, Musdalifah sampai kasus Farhat Abbas yang nggak penting sepertinya juga dibahas oleh dua ibu-ibu ini.
*Beberapa tahun kemudian*
'' Udah ya Bu, udah magrib nih. Saya pulang ya. ''
'' Iya iya Bu, udah magrib ya. Hehee. Eh ini anaknya udah besar ya. Udah kayak cabe-cabean. ''
SUMPAH.
INI IBU GUE SEBENERNYA NGERTI NGGAK YA CABE CABEAN ITU APA.
'' Heheeheeheheeheheeehehee. '' Ibu-ibu temen ibu gue cuma ketawa cengengesan.
Saat Ibu masuk ke rumah, gue langsung ngomong ke Ibu.
Gue : Bu, Ibu sebenernya tau nggak artinya cabe-cabean itu apa?
Ibu : Tau. Cabe-cabean itu maksudnya anak perempuan yang udah gadis gitu kan?
Gue : Yaoloh, bukan Bu. Cabe-cabean itu cewek nggak bener. Cewek alay yang narsis, yang suka naik motor bonceng tiga, pake baju seksi nan aduhai. Alay lah pokoknya.
Ibu : Eh iya ya? Duh, tadi Ibu salah ngomong berarti ya.
Gue : Iya Bu, itu kayak julukan buat perempuan yang kurang bagus.
Ibu : Eh tapi, kamu sendiri siang tadi juga ngomong gitu kan ke Nova? Lah, Ibu kan taunya dari kamu, Sek.
Gue : Iya, itu karena Nova tadi bonceng tiga naik motor sama temennya.
Ibu : Ya tadi Ibu nggak tau kalau artinya itu. Pokoknya Ibu kan taunya dari kamu.
Gue : ASDFGHJKL;'.?!#
***
Gue paham bener dengan sifat Ibu. Ibu orangnya gaul abis, suka niruin kata-kata yang lagi ngetren sekarang.
Gue masih ingat, waktu itu lagi trend banget istilah, '' KEPO ''.
Nanya dikit ke temen, dibilang kepo. Apa-apa dibilang kepo. Bhangkay.
Sampai suatu sore, gue udah capek kebangetan sehabis pulang kerja. Gue langsung nyamperin Ibu yang lagi duduk santai di teras rumah.
'' Bu, masak apa? ''
'' KEPO! ''
Key. Fain. Akurapopo.
Malam harinya, seperti biasa setelah magrib semua anggota keluarga pasti berkumpul di ruang tengah. Nonton tv bareng. Malam itu, layar di tv menayangkan acara Biang Rumpi. Itu loh yang hostnya Feni Rose. Seingat gue, waktu itu bintang tamunya adalah Regina, Istri Farhat Abbas. Tau Farhat Abbas nggak? Itu loh, yang kalo setiap kali kita liat mukanya nongol di tv, bawaan kita pengen ngerajam dia. Separah itu.
Nah, saat lagi seru-serunya berbincang dengan Regina, gue baru menyadari akan suatu hal.
Ternyata Regina itunya gede. Serius. Hmm.
Maksud gue tali pinggangnya. Regina waktu itu kan pake tali pinggang gede.
Lagi asyik-asyik menonton acara itu, tiba-tiba ibu nyeletuk,
'' Itu, Feni Rose kepo banget ya. ''
Satu rumah menghela nafas.
Tapi walau bagaimanapun, aku tetep sayang Ibu dan juga Ibu kamu.
Iya, Ibu kamu. Mertua aku nanti. Uhuk.