• HOME
  • ABOUT ME
  • CONTACT
  • WIRDY'S PROJECT

Rahayu Wulandari Ibrahimelya

Daripada tawuran, mending kita curhat-curhatan

Ini cerita bersambung project WIDY yang sudah pernah gue bahas sebelumnya di di sini. Atau bisa lebih jelasnya bisa di baca di postingan Yoga yang ini.

Selamat membaca :)


***


Setelah mata perkuliahan usai, Agus seperti biasanya langsung mampir ke cafe di dekat kampus.
Widy Cafe yang letaknya cukup dekat dengan kampus menjadi pilihan Agus untuk bersantai sepulang kuliah. Bukan hanya bersantai, melainkan lelaki yang berparas cukup tampan bernama Agus, akhir-akhir ini sedang mempunyai maksud lain.
Ya, Agus sedang keranjingan memerhatikan seorang perempuan cantik yang juga sering ke Widy Cafe tersebut.

Anehnya, ia tak pernah lelah untuk melakukannya—hanya memandangi seorang gadis dari kejauhan—hampir setiap hari. Kira-kira sudah hampir sebulan Agus melakukan aktivitas ini. Sayangnya, ia belum kenal sama sekali dengan gadis berwajah oriental itu.
Lebih tepatnya Agus terlalu cemen untuk mengajaknya berkenalan.
Namun, mulai hari ini Agus berniat memberanikan diri mendekati perempuan itu. Karena hari ini wanita itu sedang cantik-cantiknya. Dan Agus merasa waktunya tepat.
Gadis itu mengenakan kaos hitam bertuliskan “I Love Indonesia” yang membuat kulit putihnya semakin terpancar, rambut panjangnya yang bergelombang itu dibiarkan terurai, dengan bawahan celana jins biru, dan sepatu flat senada dengan warna kaosnya.

Cantiknya luar biasa. Mirip-mirip artis FTV. Pikir Agus.

Agus sudah tak tahan lagi untuk menghampirinya. Ia bangkit dari tempat duduknya menuju ke tempat perempuan itu. Tapi, baru berjalan beberapa meter saja Agus merasakan kakinya berat. Seperti memakai sepatu yang beratnya 100 kg. Dengan perlahan-lahan ia meneruskan langkahnya.
Dan akhirnya... ia pun sampai.
Namun, perasaan grogi Agus semakin menjadi-jadi. Jantungnya seakan-akan mau meledak. Seolah-olah mau loncat dari dadanya dan muncrat ke mana-mana.
Agus menghela napas. 
Kemudian menghembuskannya perlahan-lahan, dan berkata, "Lu sering ke sini, ya?" tanya Agus ke gadis cantik itu. Perempuan itu tampak kebingungan dan memandangi Agus dengan tatapan tidak biasa. Dia merasa aneh akan kalimat yang dilontarkan Agus.

"Iya. Kok lu tau, sih?" tanya si gadis cantik.

Kalimat “Kok tau, sih?” ini biasanya akan direspons oleh pria-pria dengan gombal. Bagusnya, Agus tidak menjawab dengan gombal, “Iya, soalnya bapak aku kerja di sini.”

"Gue juga sering ke sini soalnya. Terus gue merasa sering ngelihat lu gitu. Oiya, gue Agus. Btw, nama lu siapa?" Agus menyodorkan tangan berniat mengajak kenalan.

Tak perlu menunggu waktu lama, gadis berwajah oriental itu langsung menyambut uluran tangan Agus.
"Mei," jawabnya, ditutup dengan senyum yang menghiasi wajah pualamnya. Agus hanya bisa terpaku. Tangannya membeku. Bibirnya kelu.
Ada getar di dada Agus. Hidungnya mulai kembang kempis. Sesekali ia memegang dadanya yang terasa bergetar dengan tangan kirinya. Yang ternyata itu HP-nya sendiri. Notifikasi grup kelas yang kurang penting.
Memang... grogi itu terkadang bikin bodoh.

Rileks, Gus. Rileks. Batin Agus menenangkan dirinya.


"Lu sendirian aja nih? Gue boleh duduk di sini?"
Mei berpikir sejenak, kemudian tersenyum dan bilang, "Boleh-boleh aja. Silahkan."

Tanpa berpikir panjang, Agus langsung kembali ke mejanya untuk mengambil tas dan memindahkan segelas minuman pesanannya ke meja wanita yang baru saja ia ajak berkenalan.
Setelah duduk berdua, suasana malah hening. Mei sibuk membaca sebuah novel yang memang dari tadi (sebelum Agus mengajaknya berkenalan) ia baca. Agus sendiri juga bingung harus memulai obrolan dari mana.
Untuk meredakan rasa gugupnya, Agus mulai mengaduk-aduk milkshake cokelat di hadapannya. Sesekali ia melirik Mei, tentunya secara diam-diam.

Dia terlalu cantik, bikin gue makin grogi. Batin Agus.

Untuk orang berkepribadian introvert seperti Agus, rasanya sangat sulit memulai obrolan dengan orang lain. Apalagi dengan seorang wanita. Terlebih-lebih lagi, dia Mei. Wanita yang dia kagumi sejak beberapa minggu yang lalu.

Lalu Agus mengalihkan pandangannya ke jalanan di luar cafe. 
Ia kemudian berkata, "Kapan ya, Jakarta bebas macet?"
Lagi-lagi Mei memandangi Agus dengan tidak biasa. 
Mei merasa Agus ini orang yang sangat aneh. 
"Entahlah. Memangnya kenapa, Gus? Lu itu seperti pemerhati jalanan Jakarta, ya? Kayak orang kurang kerjaan," balas Mei dengan senyumnya.

Skakmat.

Agus bingung harus merespons apa.

***

Cerita bersambung
Untuk bagian kedua cerpen, silahkan dibaca di  Blog Icha.




Share
Tweet
Pin
Share
71 comments
Gila ya, nggak terasa udah mau tahun baruan lagi. Rasanya baru kemarin gue galau, eh sekarang galau lagi. -_-
Heran deh. Kenapa setiap akhir tahun gue menyedihkan mulu ya.
Akhir tahun 2012 yang lalu, gue putus pas liburan Desember.
Akhir tahun 2013 yang lalu, gue juga putus pas di awal Desember.
Akhir tahun 2014 setahun yang lalu, gue juga putus, galau alay najis.
Dan sekarang akhir tahun 2015, gue putus lagi.

Kapan? Kapan gue bisa merasakan dan merayakan tahun baruan dengan pasangan sendiri?

Oke, drama abis.

Tahun 2015 ini terasa cepet banget berlalu. Ada banyak hal-hal yang sebelumnya nggak pernah gue rencanakan dan gue impikan bisa terjadi di tahun ini. Banyak sekali.

Jujur, gue sama sekali nggak pernah membuat resolusi seperti teman-teman dan orang kebanyakan. Memang nggak ada salahnya sih, guenya doang yang males. Hahaa
Kadang ada sesuatu hal yang sama sekali nggak pernah direncanakan sebelumnya yang bisa terjadi pada diri kita. Mungkin hal tersebut malah lebih baik daripada resolusi yang sebelumnya sudah kita tulis rutin di note pada setiap akhir tahun. Gue takut bikin resolusi, kalo nggak tercapai rasanya malah jadi beban.
Jalani saja semuanya. Yang terpenting itu niat. Hasek.

Di tahun ini gue belajar banyak dari kejadian dan pengalaman yang sudah pernah gue alami. Mulai dari dalam hal pekerjaan, kuliah, keluarga, hubungan antar teman dan juga percintaan.
Gue banyak mengalami jatuh bangun dalam hal-hal tersebut.
Mulai dari pekerjaan. Gue harus bisa belajar mandiri, belajar ditinggalin atasan dengan setumpuk kerjaan.
Begitu juga dengan dunia perkuliahan. Rencana kuliah yang sudah gue tentukan di tahun 2016 nanti, malah berbeda dengan kenyataannya. Gue akhirnya masuk kuliah di tahun ini.
Kata ibu sih, ' Kalo ditunda-tunda sayang umur. ''
Pas dengar ibu ngomong itu, rasanya gue pengen nanya,
  '' Oh jadi ibu lebih sayang umur daripada sayang aku? ''

Gue digampar.


Dalam keluarga dan hubungan antar teman juga banyak sekali perubahan yang bikin gue seneng bukan main dalam tahun ini.
Juga dalam dunia percintaan. Ini apa banget gue nyebutnya 'percintaan'. -_-
Pokoknya dalam dunia itu deh. Yaa meskipun dalam setahun ini gue telah menghabiskan waktu dengan orang yang salah, tapi setidaknya gue udah dapat pelajaran dari hal tersebut. Pelajaran untuk mencari pasangan yang bisa memprioritaskan. :))


Welcome 2016 :))

Share
Tweet
Pin
Share
74 comments


Create by: Yoga




Ada yang tahu Widy?


Hmm tunggu bentar. Kayaknya itu kalimat pembuka Yoga deh.
Ulang, ulang.


Kalian tahu apa itu Widy? Iyak bener.
WIDY ITU COWO GANTENG BANGET GILAAA..

Enggak. Bukan yang kayak gitu.

***

Tepat pada tanggal  25 November, timeline gue penuh dengan mensyen-mensyenan. Mending mensyenan karena bahas hal penting. Lah ini kagak. Mensyenan menuh-menuhin timeline doang.
Melihat hal itu, Yoga yang ikut terlibat dalam mensyenan itu akhirnya memberikan ide cemerlang. Ia memutuskan untuk membentuk suatu grup di Line yang bernama WIDY.

WIDY adalah singkatan huruf dari Awal masing-masing nama kami.
Wulan kiyut, imut dan manis
Icha
Darma
Yoga

Nggak tau kenapa nama gue diurutin di paling awal. Dan tepat di tanggal 25 November yang bertepatan dengan Hari Guru, maka terbentuklah grup Widy itu. Gila men, sungguh barokah grup Widy ini.

Awalnya gue ada niatan mau ubah nama. Jadi RIDY. Raisa, Icha, Darma dan Yoga.
Tapi gue membatalkan niat itu setelah mendengar soundtrack kartun Spongebob.

Are you RIDY kids? Aye Aye Captain.
I can't hear you! Aye Aye Captain.
Ooohh.. 


Gue telat. Ternyata Spongebob lebih dulu mengambil nama Ridy daripada gue.

Yang bikin gue seneng, adalah meskipun kami tinggal di pulau yang berbeda, gue ngerasa semuanya begitu dekat.
Gue di pulau Sumatera, Riau. Sedangkan Icha di pulau Kalimantan, Samarinda. Darma dan Yoga di pulau Jawa, Jakarta.
Jauh-jauh banget. Tapi jarak yang sangat jauh itu tidak menjadi masalah saat bagaimana kami berempat menuangkan pikiran, celotehan serta pendapat di grup itu. Empat kepala menjadi satu. Semuanya terasa dekat.  :))

Ada 2 alasan kenapa gue begitu excited saat mengetahui gue bakal punya grup.
1. Widy bisa jadi mood booster bagi gue. 
Selalu aja ada cerita lucu, aneh yang bikin penasaran yang rasanya sayang untuk dilewati. Nggak hanya itu, Widy juga grup yang bermanfaat bagi gue. Serius. Gue belajar banyak hal dan ilmu baru dari sana.
Dari mereka, Icha, Darma dan Yoga. Setiap kali gue mendapat ilmu baru dari mereka, kadang ada juga yang tersirat. Gue selalu ngomong dalam hati, '' Oh gitu ya. Kok gue baru tau ya? Nggak nyangka gue sebodoh ini. ''

2. Gue nggak pernah dimasukkin ke grup dan ini baru pertama kalinya gue punya grup Line. Menyedihkan. 



Untuk membuktikan bahwa daya ingat gue masih tajam, gue masih ingat pembahasan pertama kali saat grup itu tercipta. Tentang LDR, dada anak SMP yang rata, jomblo berkualitas dan hai.

Tentang LDR.
Berhubung Icha adalah salah seorang pejuang LDR, Icha pernah bilang di awal saat masuk grup bahwa ia pengen jadi pejuang LDR yang bisa berkarya. Hasek.

Dada anak SMP yang rata.
Waktu itu Yoga sedang menggebu-gebu menceritakan tentang dada anak SMP yang rata. Gue curiga, kayaknya Yoga udah pernah melakukan penelitian tentang dada anak SMP yang rata. Gimana caranya? Hmm.

Jomblo berkualitas.
Gue yang waktu itu baru-baru, hikss putus hikss entah kenapa bisa mengatakan bahwa jadilah jomblo yang berkualitas. Serasa kayak memotivasi diri sendiri gitu.
-_-

Hai.
Hai juga. Ini Darma. Waktu itu Darma telat masuk ke grup Widy. Jadi pas kami lagi bahas 3 topik yang mahadahsyat itu, tiba-tiba Darma nongol dan berkata, '' HAI. ''



Masyaallah
Sungguh, grup yang bijak.

Dalam grup ini kami bisa bebas sharing dan membahas apa saja. Mulai dari tentang percintaan, pekerjaan, saling memberi motivasi, bertukar pendapat, dan banyak lainnya.
Sampai suatu hari, Yoga mencetuskan idenya untuk bermain sambung cerpen. Jadi tiap orang akan melanjutkan cerpen sesuka hati yang sesuai dengan ide pikirannya sendiri sesuai dengan urutan nama WIDY. Terserah sampai berapa kalimat. Awalnya agak ragu, takut bentrok dan nggak pas dengan jalan cerita dari masing-masing yang kita inginkan. Ide pikiran tiap orang berbeda-beda toh.
Namun akhirnya keraguan gue hilang. Sambung cerpen terus berlanjut hingga sekarang sudah tercipta beberapa paragraf.
Setiap kali menyambungkan cerpen, hanya gue yang melanjutkan cerpen dengan sedikit kalimat. Hahaha habis gue nggak begitu ngerti dengan fiksi. Berbeda dengan Yoga yang punya banyak ide, Darma yang memang pintar di bidang fiksi, Icha yang membawa suasana dalam cerpen menjadi lebih hebat.

WIDY menjadi wadah dalam hal menggarap tulisan. Gue bisa belajar banyak dari mereka.


Dan cerpen ini nantinya akan kami publish di masing-masing blog secara bergantian. Setiap 500-700 kata dalam cerpen yang akan dipublish di setiap blog masing-masing. Bisa dikatakan seperti cerita bersambung.

Cukup cerita aja yang disambung, kisah cinta kita jangan.


Insyaallah, cerita bersambung ini akan di publish di bulan Januari 2016 nanti. Tunggu cerita bersambungnya ya man teman :))



ailofyuu~

Share
Tweet
Pin
Share
81 comments
  '' Loh ibu kenapa? ''


Gue yang baru selesai subuhan pagi itu terkejut melihat ibu yang panik di di ruang tengah dengan handphone di tangan. Gue pun langsung duduk di sebelah ibu dan mendengar semua cerita ibu.
Seperti yang sebelumnya telah gue posting tentang kakak gue yang lagi ikut dalam karantina seminggu, maka di hari itu tanggal 20 Desember adalah malam final dari pemilihan acara tersebut. Dan kejadian yang nggak diharapkan tiba-tiba datang.
Baju melayu harian milik kakak yang nanti akan dipakai nanti malam ternyata kependekan. Peraturannya harus di bawah lutut. Sedangkan baju kakak hanya sampai di atas lutut.
Bingung. Gimana mau nyari baju yang sesuai lagi?
Mau nggak mau, baju melayu harian itu harus dijahitkan pagi itu juga mengingat malam nanti akan dipakai.

Pagi itu sekitar pukul 7, gue tanpa cuci muka, tanpa sikat gigi dengan muka acak adul bangun tidur langsung pergi keluar dengan motor bersama ibu. Tujuan kita pagi itu adalah mencari bahan baju yang berwarna kuning.
Satu masalah muncul.
Warna kuning yang seperti apa?
Berhubung utusan dari kabupaten adalah cewek dan cowok, maka pakaian pasangan yang diutus itu harus sama. Nah sekarang, kalo gue dan ibu salah milih warna kuning, nanti bakal kacau kalau warna kuningnya nggak sama dengan kuning pasangan cowok si kakak.
Gue baru tau. Ternyata warna kuning ada banyak ragamnya. Ada kuning kecokelatan, kuning emas, kuning pudar, kuning ngejreng, kuning e'ek, kuning cream, kuning gelap, banyak deh pokoknya.
Ibu nggak tau warna kuning yang dipakai kakak gue dan pasangannya itu kuning yang seperti apa? Gue kembali melihat layar hp, menyocokkan warna kuning baju kakak yang dipakainya pada foto di hp gue. Gue baru sadar ternyata efek warna pada objek yang ada di foto bisa berubah-ubah daripada aslinya. Apalagi warna kuning. Nggak jelas kuning yang seperti apa.


Akhirnya gue dan ibu tiba di depan toko penjahit tempat kakak gue menjahitkan baju yang kependekan itu sebulan yang lalu.
Dan tokonya tutup. Belum buka. Gue dan Ibu dengan sabarnya nunggu di depan toko jahit dengan tampang lesu belum sarapan. Apalagi gue, masih setengah sadar.
Cukup lama ibu dan anaknya yang terkiyut itu menunggu di luar toko jahit. Dan dengan modal nekat, ibu dan gue akhirnya memilih satu warna kuning yang kemungkinan mirip. Saat itu juga, ibu meminta si bapak tersebut untuk menjahitkan baju itu.
Berhubung perjalanan dari rumah gue ke tempat acara memakan waktu 1,5 jam, ibu memutuskan untuk memilih berangkat di siang hari.

Alhamdulillah baju kuning melayu harian itu terjahit cepat sebelum jam 3.
Gue berangkat jam 3 dari rumah dan sampai di parkiran gedung jam 5. Parah ya. Lama bener sampainya.
Setibanya di parkiran gedung, kami semua cuma berdiam diri di dalam mobil. Yaiyalah, wong acaranya jam 8 malam. Sementara ibu langsung menuju hotel untuk memberikan baju melayu harian kuning yang dijahitkan tadi.
Sambil menunggu jam 8 dan waktu magrib, ibu mengajak kami untuk masuk ke mall. Ada banyak sekali pemandangan yang menyesakkan dada sore itu. Iya, pasangan yang bergandeng mesra. Fak.
Gue baru ingat, ini kan weekend. Pantesan.


***

Sekitar pukul setengah delapan, kami langsung kembali ke gedung  SKA Co Ex dan masuk ke ruangan tempat acara berlangsung. Para tamu undangan sudah cukup ramai terlihat. Terlebih para senior Bujang Dara tahun lalu.
Yang cowok cowoknya, duuuh cakep gila. Bisa bikin iman melayang.
Gue cukup bingung saat menyadari posisi duduk bangku gue dan orangtua harus berjauhan. Untuk undangan orangtua, posisi duduknya dikhususkan. Sementara gue, adik, adik sepupu dan mba sepupu hanya bisa duduk di posisi tiga baris dari belakang.
Tak lama kemudian para suporter kakak gue datang dan membentuk kelompok di belakang gue.
Acara dimulai.
Ternyata jadi suporter itu beda tipis dengan anak alay. Syarat dan ketentuan untuk jadi suporter yaitu:
1. Harus punya suara yang melengking.
2. Punya tepukan tangan yang kuat.
3. Pede, alay, narsis, bodo amat, suka-suka, gila.

Dan gue yang memang alay jijik ternyata sangat berbakat jadi suporter. Saat acara pembuka dimulai, 11 pasang finalis naik ke atas panggung dengan diiringi irama musik penyambut dan gemerlap lampu yang meriah.
Saat pertama kali melihat kakak gue dan pasangannya naik, gue dan suporter kakak langsung menjerit histeris.
HIYYAAAAAAA WAAAA HYYAAA

Alay. Nggak jarang para penonton yang duduk di depan menolehkan pandangannya ke belakang. Ke suara teriakan dari lubang neraka.
Lampu kembali meredup. Sebuah layar yang berukuran besar mulai menyala dan menampilkan tayangan seminggu penuh tentang kegiatan para finalis. Berkunjung ke sana sini, interview, dll.
Tayangan di layar menampilkan kakak gue yang sedang diinterview. HYAAAA
Suporter langsung teriak.
Tayangan kakak gue lagi terlihat jalan dengan anggunnya. HYAAAA HUWAAA
Tayangan kakak gue lagi senam pagi. HYAAAAAA
Tayangan kakak gue lagi di class of beauty. HUWAAAA

Begitu seterusnya. Seakan melihat kakak gue di dalam tayangan maupun diatas pentas adalah suatu hal yang membanggakan dan mengerikan. Pake teriak-teriak alay sih.
Suasana kembali tenang, damai dan tenteram. Karena kami diusir security. Enggak deng. Karena saat itu Bapak Gubernur sedang memberi kata sambutan hangat. Iya hangat. Soalnya dibarisan tepat di depan gue ada seorang cowok cakep. Hidungnya, yoloh gemesin. Mancung banget. Jambangnya duileeh. Meleleh adek bang.
Cowok cakep itu hanya diam sedari tadi. Dia terlihat sendirian di antara para suporter kakak gue. Sampai gue mikir, '' Ya Allah, apakah ini jodoh yang engkau kirimkan untukku? "


Setelah Bapak Gubernur memberi kata sambutan, para finalis dipanggil untuk naik ke atas panggung lagi dalam sesi pemilihan 5 besar.
Dan begitu nama kakak gue disebut dan lolos ke 5 besar, para suporter dan terlebih gue langsung teriak heboh nggak karuan.
HYAAAAAAAA
HUWAAA. WAAAAA YEEEEE HWAAAA DOR!.

Kami semua ditembak mati. Ngerusuh sih.

Nggak puas hanya tepuk tangan dan bersorak kesurupan, kami semu memilih untuk berdiri. Hahaa
Dalam keadaan berdiri seperti ini, kami terlihat kayak segerombolan orang kelaparan yang saat melihat makanan langsung histeris teriak,
'' BERI KAMI MAKAN. BERI KAMI MAKAN. AAAARRGHH ''

Acara kembali tenang saat 5 finalis cewek dan 5 finalis cowok satu persatu mendapatkan pertanyaan dari dewan juri. Giliran kakak gue menjawab pertanyaan. Gue semua hanya berdoa agar kakak diberikan kelancaran dalam menjawab pertanyaan juri.Dan gila aja, kakak santai amat ngomongnya. Nggak ada gagap, kaku, atau grogi. HUWAAA

Selama acara berlangsung, gue kesel bukan main. Di belakang gue ada tiga cowok yang berisik minta ampun. Dari acara dimulai, Bapak Gubernur memberi kata sambutan, sampai pertengahan acara, itu trio cowok nggak berhenti ngerumpi.

Bising. Berisik. Mana suaranya nyerocos terus tanpa spasi.
Wong lanang kok koyok ngono? Lu kira ini acara rumpi no secret? Huh.

Selesai kakak menjawab pertanyaan dari juri, kembali para anak alayers bersorak kegirangan.
Dan setelah bersorak, gue baru sadar. Ternyata cowok ganteng itu sudah menghilang dari barisan di depan gue. Hanya ada dua kemungkinan. Dia keluar ballroom untuk ke kamar mandi atau dia keluar ballroom kemudian diopname.

Satu hal yang gue sadari tiba-tiba,
  '' Mampus. Suara gue serak. Suara gue hilang. Duuh mana acara masih panjang juga. ''

Sementara dewan juri berdiskusi untuk menentukan 3 besar, acara hiburan mulai ditampilkan. Malam itu dihadirkan bintang tamu Lucky Idol. Mas Lucky, (biar kedengerannya akrab) menyanyikan lagu Chrisye yang judulnya Kala Cinta Menggoda.

  Maka ijikanlah aku mencintaimu.  Atau bolehkah aku sekedar sayang padamu


Duuh lagunya bikin baper. Seandainya aja si cowok cakep tadi masih ada di barisan depan gue.
Sambil menikmati lagu yang dilantunkan Mas Lucky, snack mulai dibagikan ke para tamu undangan dan penonton. Dan KAMPRETOSNYA, TIBA DI GUE, IYA DI GUE. SNACK KOTAKNYA NGGAK KEBAGIAN.

Apa-apaan ini? Padahal kan itu tujuan utama gue untuk datang ke sini. Mengincar snack kotak.
Kenapa tiba di giliran gue doang yang nggak kebagian? Sementara adik yang ada di kiri gue dapat, Kak Ririn yang ada di kanan gue dapat. Lah gue?? Apa jangan-jangan wujud gue nggak kelihatan oleh mereka? Apa jangan-jangan..... ah sudahlah.
Sedih amat. Gue si penonton yang terlantar. Hiks.


Sekitar setengah jam kemudian, para dewan juri kembali ke posisi masing-masing. MC mulai membuka kertas dari dalam amplop yang berisi nama finalis yang lolos masuk ke tiga besar. 3 cewek dan 3 cowok.
Para tamu undangan terlihat antusias. Gue dan kak Ririn berpegangan tangan. Saling mencengkeram. Mata beradu mata. Kita saling jatuh cinta. Dan menikah.
Enggak deng.
Gue dan Kak Ririn yang suaranya juga melengking saling merasa cemas dan berdoa dalam hati.
Alhamdulillahm kakak gue masuk ke tiga besar.
Lalu apa yang terjadi?
Iyak, ruangan ballroom pecah menggelegar. Kami semua kembali teriak histeris. Belum lagi suara tepuk tangan yang bertubi-tubi. Beberapa cowok ganteng yang duduk agak jauh dari depan gue menoleh ke arah kami. Gue melihat tatapannya yang seperti berkata dalam hati,
  '' Wah, kiyut juga ini cewek. ''

Ah jadi maluk.

Melihat aura matanya, gue jadi semakin yakin kalau dalam hati beberapa cowok ini seakan ngomong,
 '' ANJIRR, INI ORANG BELAKANG BERISIK AMAT. APALAGI ITU YANG PAKE JILBAB CREAM. ALAY. MANA TERIAKAN BISING. BAKAR AJA BAKAAARR. ''

Gue juga kesel dengan salah satu kameramen. Salah satu kameramen dari stasiun televisi lokal merekam adegan sorak-sorak gue dengan posisi mulut gue yang menganga lebar kayak terowongan Mina.
Fak. Reputasi gue jadi turun seketika. Gimana kalo gue dengan mulut menganga lebar yang sedang teriak histeris itu ditayangkan di siaran tv lokal? Apa kata para fans?



Suasana kembali tenang. Kali ini bukan tenang karena kami si suporter ricuh diseret seret security keluar ballroom. Ya nggak mungkinlah.
Kali itu suasana kembali tenang karena barisan para suporter dengan tiba-tiba dibom. Bising.

3 finalis cewek dan 3 finalis cowok mulai berbaris naik ke panggung. Dengan pakaian indah dan sunting yang terpasang di kepala mereka menambah kesan anggun pada tiga finalis Dara Riau.Uuh.
Tibalah giliran kakak gue yang akan menjawab pertanyaan dari Juri. Saat mengambil gulungan kertas, ternyata kakak gue mendapat gulungan kertas spesial. Biasanya rasanya macem macem sih. Ada yang keju cokelat, stroberi cokelat, pandan, rasa kacang juga ada.

Kakak gue mendapat pertanyaan dari Bapak Gubernur. Dengan seksama ia memahami pertanyaan dari si Bapak.
Kami semua kaget saat kakak gue menjawab pertanyaan dengan menggunakan bahasa Prancis.
  '' Bonjour à tous. '' Kakak gue membuka suara.
Serempak teman-teman suporternya yang juga satu les dengan kakak menjawab, '' Bonjour. ''

Gue yang celingak-celinguk kemudian ikutan bersuara, '' BUSU. ''
Berhubung gue telat ngucapinnya, itu menyebabkan suara gue jadi terdengar sendiri. Para penonton melemparkan pandangannya ke gue.
Dan gue baru sadar, '' Kenapa gue sok ikutan bahasa prancis? Busu itu apaan coba? Bahasa negara mana itu? APA ITU BUSU?? HUWAA GUE MALU. ''

Beberapa temen kakak mencolek gue.
  '' Lan, Busu itu apa? ''
  '' Busu itu bahasa prancis juga. '' Jawab gue asal.

Setelah para finalis menjawan pertanyaan, tibalah saat yang paling menegangkan. Penentuan dan penobatan Bujang dan Dara Provinsi Riau 2015.
Suasana mulai mencekam. Lampu mulai padam. Yang menyala hanya lampu panggung.
Dimulai dari juara 1, 2 dan 3 Bujang (cowok) dan kemudian beralih ke para Dara (cewek).

Gue menggenggam tangan Kak Ririn sambil berdoa dalam hati,
  '' Ya Allah, semoga kakak bukan juara tiga. Jangan juara tiga. ''

Juara tiga sudah diumumkan. Alhamdulillah ternyata bukan kakak gue. Hanya tinggal dua posisi lagi. 1 dan 2.
Dan gue merinding asli saat nama kakak disebutkan menjadi Dara Provinsi Riau 2015.
Gue langsung histeris dan memeluk Kak Ririn. Kemudian gue langsung berlari ke arah Ibu. Biasanya Ibu bakalan nangis kalau terharu gini.

Jangan tanya lagi seberapa heboh teriakan para suporter kakak.
HYAAAAA HUWAAAA
WAAAAA AAAAAAAAAAAAA
HYAAAAAAAAAAA
YEEEEEEEEE
HYAAAAA HYAAAAAAAAAAAAAAAAA

Ternyata bukan cuma kami saja yang berteriak ketika itu, para penonton lain juga ikut memeriahkan teriakan kami. Gue seneng. Pengen nangis.
Nggak sia-sia usaha ibu selama ini. Kekhawatiran ibu dan gue yang rela belum mandi, belum sikat gigi dan cuci muka harus ke toko jahit.

Selesai penobatan dan pemakain selempang, para penonton dan suporter berhamburan naik ke panggung. Minta foto.
Dan. Gue. Sama.Sekali. Nggak dapat kesempatan untuk berfoto dengan kakak.
Kakak gue cuma bilang,
  '' Lan, pegangin. ''
Gue disuruh memegangi sebuket bunga dari tangannya.

Rame bener. Gila.
Sementara kakak gue sibuk berfoto dengan Bapak Gubernur dan bapak ibu dinas, gue hanya duduk anteng di pinggiran panggung. Kayak orang dongo sambil memengan sebuket bunga. Berharap ada yang mengasihani gue dengan memberikan sisi snack kotak ke gue.


Bujang Revianda Windu - Dara Rahayu Kuntum Melati
Bujang Dara Provinsi Riau 2015
                                 





Selesai acara, kami pulang ke rumah sekitar jam 2 pagi. Tentunya nggak bersama kakak. Kakak masih ada kegiatan lagi di sana.


Beberapa menit sebelum buket bunga itu diserahkan kakak ke gue -_-



Perhatikan baik-baik. Lihat Bujang Revianda Windu.
Lihat warna cokelat muda yang menyembul di belakang bahu kanan bang Revianda.
Nah, itu gue. Itu jilbab gue yang duduk dipinggiran panggung.
Yoih, jilbab gue masuk ke foto dalam koran Riau Pos. Yuhuuuu





Share
Tweet
Pin
Share
44 comments
Hari ini tas kerja gue berat banget. Isinya makanan semua. Mulai dari biskuit, kopi mocha, cokelat, roti cokelat dan nasi uduk juga turut memenuhi isi tas gue.
Gila ya. Separah itu. Serasa mau piknik.

Duh pembuka postingannya gini amat. -__-

Berhubung kakak gue selama seminggu harus menjalani masa karantina sebagai finalis bujang dara, maka gue sebagai anak kedua harus mengganti posisi beliau untuk mengajar Adam. Adik bungsu gue. Anak kelas empat SD yang mesum parah.
Jujur, gue paling nggak bisa ngajari Adam belajar. Kerjaanya main mulu sih. Gue lagi nerangin dengan serius, eh dianya malah sibuk sama mainannya.
Nah, berhubung minggu ini Adam sedang ujian semester, mau nggak mau gue-harus-bisa-ngajarin-Adam. Sekalian belajar untuk ngajarin anak-anak kita kelak. Uhuk.

Pelajaran dimulai dari mata pelajaran PKN. Gue langsung membuka buku catatan dan latihannya. Wow. Emejing. Tulisannya parah. Gede-gede acak adul. Berantakan. Mau nangis gue.
Setelah menemukan beberapa soal, gue langsung melontarkan pertanyaan itu ke Adam.
Gue : Dam, jawab ya. Apa kepanjangan dari Sekda?
Adam : Sekuriti Daerah.
PINTAR SEKALEH. 
Gue: Kok sekuriti daerah sih? Sekertaris daerah yang benernya dek.
Adam: Kan di setiap daerah ada sekuriti. Di sekolah Adam ada sekuriti, di bank, di swalayan. Berarti sekda itu sekuriti daerah. 

YAOLOH GINI AMAT ADEK GUE. 


Setelah selesai membahas pelajaran PKN, gue beralih memberikan pertanyaan mengenai pelajaran IPS yang besok akan diujiankan juga.
Gue: Dam, apa perbedaan....
*Adam sibuk ngelipatin kertas untuk membuat pesawatan*
Gue: TARUH DULU NGGAK ITU! TARUH CEPAT! NANTI MAINNYA.
*Adam shock jantung*
Gue: Dam, denger. Apa perbedaan saat zaman batu dan zaman logam?
Adam: Kalo pas zaman batu, orang-orang pakainya batu. Nggak pakai logam. Kalo zaman logam, orang-orang pakainya logam, nggak pakai batu. 
Gue: Enggak gituuuuuuuuu jugaaaa

MAU DIRAJAM, TAPI GUE SADAR INI ADEK GUE SENDIRI. -__-


Usai membahas pelajaran IPS dengan memberikan beberapa pertanyaan dan penjelasan, gue kemudian beralih ke pelajaran IPA. Gue membuka buku paket IPA milik Adam. Membaca beberapa pertanyaan dan langsung saja gue melontarkan pertanyaan untuknya.
Gue: Dek, denger nih ya. Garam berasal dari?
Adam: Dari air laut.
IYAK, BENER. ADIK GUE PINTER. CAKEP. SIAPA DULU KAKAKNYA,.
Gue: Iya bener.
Adam: Wam, kenapa air laut bisa jadi garam?
Gue: Iya, air laut dijemur di bawah sinar matahari. Trus jadi garam.
Adam: Oh berarti kalo air laut lama-lama kena panas matahari, bisa jadi garam?
Gue: Iya cin.
Adam: Semuanya?  Air laut sebanyak itu Wam sampai ke dalam-dalam dasar lautnya? Trus nanti kalo semua air lautnya jadi garam, kita nggak bisa main ke laut lagi dong.
Gue: asdfghjkll;''./


Betewe, gue di rumah dipanggil Uwam oleh adik. Nggak tau deh kenapa bisa-bisanya mereka memanggil gue dengan panggilan itu. Uwam.
Hmm mungkin kepanjangannya, Untuk Wulan Manis.
Atau mungkin, Untuk Wanita Muda.
Untuk Wajah Merona. Untuk Waria Macho. Untuk Wanita yang Merindukanmu. Untuk Wanita yang Mecintaimu. Untuk Wanita yang Mengharapkanmu. Untuk Wanita yang mendoakanmu. HALAH. BAPER.



Masih mengenai pelajaran IPA, gue kembali memberikan pertanyaan berdasarkan soal yang ada di dalam buku Adam.
Gue: Hewan pemakan daging disebut apa Dam?
Adam: Karnivora.
Gue: Iya betul. Mantap. Kalo hewan pemakan daging dan tumubuhan?
Adam: Emm herbi.. eh Omnivora.
Gue: Iya betul lagi.
Adam: Kalo manusia apa Wam?
Gue: Kalo manusia termasuk kedalam golongan Omnivora cin. Manusia juga pemakan tumbuhan dan hewan.
Adam: SALAH. Kalo manusia Nasivora. Kan manusia makannya nasi.

PERI GUT.

Entahlah gimana Adam pas ujian besok. Kalo nilainya bagus berarti itu berkat gue, sang kakak yang imut dan cerdas. Tapi kalo nilainya jelek, itu pasti karena dia nulis jawaban NASIVORA. -__-


***


Beda halnya dengan Adam yang bikin gue kesel. Ibu malah lesu mikirin kakak beberapa hari ini. Kakak yang mulai hari Minggu kemarin udah masuk ke dalam karantina selama seminggu itu membuat ibu terus-terusan mikirin kakak.
Setiap pagi ibu selalu nyempatkan diri untuk nelfonin kakak. Nanyain gimana kegiatannya, kesehatannya. Dan kemarin kakak gue menjawab kalau kesehatannya turun. Rada mual. Itu juga dialami oleh finalis lainnya. Mungkin karena terlalu padatnya jadwal kegiatan, jadi waktu istriahat para finalis kurang. Akibatnya jadi kurang fit. 
Meskipun dari rumah kakak sudah dibekali vitamin peningkat daya tahan lama, errr maksud gue daya tahan tubuh, tapi tetep saja ibu khawatir dan cemas dengan keadaan anaknya di sana.

Bagi gue, salah satu keuntungan kakak gue nggak ada di rumah adalah nasi di rumah nggak cepet habis. Ruang tamu bersih. Nggak ada sepatu maupun sendal yang numpuk di pojokan pintu.
Kakak gue mah suka gitu, suka banget naruh sepatu sembarangan. 

Tadi malam gue dengan leluasa tidur-tiduran di kamar kakak. Kapan lagi coba? Kapan lagi tempat tidurnya bisa sebersih ini. Biasanya mah, pasti ada tumpukan baju yang menggunung di atas tempat tidurnya. Gue aja ngeliatnya kayak pedagang obral baju. 
Gue tiduran sambil mainin hp di kamar kakak. Sambil dengerin lagu.
Dan gue teringat dengan masa dimana waktu itu gue juga berada jauh dari ibu untuk mengikuti lomba. 5 hari doang sih.
Sebuah pertanyaan timbul di kepala gue. Apa waktu gue lomba dan jauh dari ibu selama 5 hari, ibu juga khawatir dengan gue? Secemas itu? Apa itu yang dirasakan semua orangtua kepada anak-anaknya saat anaknya jauh darinya?

Mungkin jawabannya iya. 

Waktu gue lomba selama 5 hari, kedekatan gue dengan orangtua benar-benar terasa. Ayah yang gue kenal sebagai sosok yang cuek di rumah, terasa berbeda. Dari awal gue berangkat sampai di penginapan selama 5 hari, Ayah tak hentinya mengirim sms ke gue. Nanya lagi apa, udah makan belum, udah belajar, dll. Kita bener-bener kayak orang pacaran.
Belum lagi ibu yang tiap malam nelfonin gue, tapi selalu dan selalu saja nggak pernah gue angkat. Jadwal belajar untuk lomba ketika itu sangat padat. Kadang juga sampai jam 1 dan 2. Alhasil selesai belajar gue langsung bobo imut. Nggak ada kesempatan megang hp.
Sampai pada suatu hari, kesehatan gue down. Gue nangis nelfonin ibu di teras lantai 2 penginapan. Di samping jemuran handuk. Iya, gue ingat betul itu.
Gue nangis. Gue capek, pusing, mual. Dan selama 5 hari itu sangat minim sekali waktu untuk istirahat. Gue nangis sesenggukan. Au dah suara gue kayak apa. Hancur kedengarannya.

Besok harinya, saat di dalam mobil seusai lomba, gue mendapat sms masuk. Sms dari ibu. Gue membuka pesannya tersebut dan membacanya.

  '' Lan, udah selesai lombanya? Kapan pulang? Ibu rindu. ''


Ada air yang siap jatuh membendung di ujung mata. Ketika itu, gue bener-bener nangis sambil memandang ke luar kaca. Berusaha mengedarkan pandangan ke arah lain agar tidak ada teman dan guru yang tau bahwa gue sedang menangis. 
Iya, gue nggak bisa jauh dari ibu dan ayah. Setiap pergi jauh, setiap kali berada jauh dari rumah, gue selalu rindu dengan suasana rumah, suasana ngumpul dengan keluarga. Uuh~
Gue baru menyadari betapa khawatir dan sebegitu cemasnya orangtua saat berada jauh dari anak. 

Hmm. 
Ya semoga saja kekhawatiran ibu berujung bahagia. Semoga aja kakak gue terpilih sebagai Dara Pekanbaru di tahun ini. Amin.

Gudlak my sister, Rahayu Kuntum Melati :))
Jaga kesehatannya, lakukan yang terbaik. I'll see u on Sunday :)





Bujang dan Dara Pelalawan 2015










Share
Tweet
Pin
Share
49 comments
Newer Posts
Older Posts

Rahayu Wulandari

Rahayu Wulandari
Atlet renang terhebat saat menuju ovum dan berhasil mengalahkan milyaran peserta lainnya. Perempuan yang doyan nulis curhat.

Teman-teman

Yang Paling Sering Dibaca

  • ADAM
  • Ciri-ciri cowok yang beneran serius
  • Pelecehan
  • 5 Tipe Cowok Cuek

Arsip Blog

  • ▼  2020 (5)
    • ▼  September (1)
      • Perjalanan Baru
    • ►  June (1)
    • ►  April (3)
  • ►  2019 (5)
    • ►  October (1)
    • ►  July (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2018 (8)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  February (2)
  • ►  2017 (14)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2016 (39)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
    • ►  February (8)
    • ►  January (7)
  • ►  2015 (138)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (12)
    • ►  July (6)
    • ►  June (9)
    • ►  May (10)
    • ►  April (15)
    • ►  March (21)
    • ►  February (11)
    • ►  January (24)
  • ►  2014 (18)
    • ►  December (10)
    • ►  November (6)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+

Total Pageviews

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates