'' Loh ibu kenapa? ''
Gue yang baru selesai subuhan pagi itu terkejut melihat ibu yang panik di di ruang tengah dengan handphone di tangan. Gue pun langsung duduk di sebelah ibu dan mendengar semua cerita ibu.
Seperti yang sebelumnya telah gue posting tentang kakak gue yang lagi ikut dalam karantina seminggu, maka di hari itu tanggal 20 Desember adalah malam final dari pemilihan acara tersebut. Dan kejadian yang nggak diharapkan tiba-tiba datang.
Baju melayu harian milik kakak yang nanti akan dipakai nanti malam ternyata kependekan. Peraturannya harus di bawah lutut. Sedangkan baju kakak hanya sampai di atas lutut.
Bingung. Gimana mau nyari baju yang sesuai lagi?
Mau nggak mau, baju melayu harian itu harus dijahitkan pagi itu juga mengingat malam nanti akan dipakai.
Pagi itu sekitar pukul 7, gue tanpa cuci muka, tanpa sikat gigi dengan muka acak adul bangun tidur langsung pergi keluar dengan motor bersama ibu. Tujuan kita pagi itu adalah mencari bahan baju yang berwarna kuning.
Satu masalah muncul.
Warna kuning yang seperti apa?
Berhubung utusan dari kabupaten adalah cewek dan cowok, maka pakaian pasangan yang diutus itu harus sama. Nah sekarang, kalo gue dan ibu salah milih warna kuning, nanti bakal kacau kalau warna kuningnya nggak sama dengan kuning pasangan cowok si kakak.
Gue baru tau. Ternyata warna kuning ada banyak ragamnya. Ada kuning kecokelatan, kuning emas, kuning pudar, kuning ngejreng, kuning e'ek, kuning cream, kuning gelap, banyak deh pokoknya.
Ibu nggak tau warna kuning yang dipakai kakak gue dan pasangannya itu kuning yang seperti apa? Gue kembali melihat layar hp, menyocokkan warna kuning baju kakak yang dipakainya pada foto di hp gue. Gue baru sadar ternyata efek warna pada objek yang ada di foto bisa berubah-ubah daripada aslinya. Apalagi warna kuning. Nggak jelas kuning yang seperti apa.
Akhirnya gue dan ibu tiba di depan toko penjahit tempat kakak gue menjahitkan baju yang kependekan itu sebulan yang lalu.
Dan tokonya tutup. Belum buka. Gue dan Ibu dengan sabarnya nunggu di depan toko jahit dengan tampang lesu belum sarapan. Apalagi gue, masih setengah sadar.
Cukup lama ibu dan anaknya yang terkiyut itu menunggu di luar toko jahit. Dan dengan modal nekat, ibu dan gue akhirnya memilih satu warna kuning yang kemungkinan mirip. Saat itu juga, ibu meminta si bapak tersebut untuk menjahitkan baju itu.
Berhubung perjalanan dari rumah gue ke tempat acara memakan waktu 1,5 jam, ibu memutuskan untuk memilih berangkat di siang hari.
Alhamdulillah baju kuning melayu harian itu terjahit cepat sebelum jam 3.
Gue berangkat jam 3 dari rumah dan sampai di parkiran gedung jam 5. Parah ya. Lama bener sampainya.
Setibanya di parkiran gedung, kami semua cuma berdiam diri di dalam mobil. Yaiyalah, wong acaranya jam 8 malam. Sementara ibu langsung menuju hotel untuk memberikan baju melayu harian kuning yang dijahitkan tadi.
Sambil menunggu jam 8 dan waktu magrib, ibu mengajak kami untuk masuk ke mall. Ada banyak sekali pemandangan yang menyesakkan dada sore itu. Iya, pasangan yang bergandeng mesra. Fak.
Gue baru ingat, ini kan weekend. Pantesan.
***
Sekitar pukul setengah delapan, kami langsung kembali ke gedung SKA Co Ex dan masuk ke ruangan tempat acara berlangsung. Para tamu undangan sudah cukup ramai terlihat. Terlebih para senior Bujang Dara tahun lalu.
Yang cowok cowoknya, duuuh cakep gila. Bisa bikin iman melayang.
Gue cukup bingung saat menyadari posisi duduk bangku gue dan orangtua harus berjauhan. Untuk undangan orangtua, posisi duduknya dikhususkan. Sementara gue, adik, adik sepupu dan mba sepupu hanya bisa duduk di posisi tiga baris dari belakang.
Tak lama kemudian para suporter kakak gue datang dan membentuk kelompok di belakang gue.
Acara dimulai.
Ternyata jadi suporter itu beda tipis dengan anak alay. Syarat dan ketentuan untuk jadi suporter yaitu:
1. Harus punya suara yang melengking.
2. Punya tepukan tangan yang kuat.
3. Pede, alay, narsis, bodo amat, suka-suka, gila.
Dan gue yang memang alay jijik ternyata sangat berbakat jadi suporter. Saat acara pembuka dimulai, 11 pasang finalis naik ke atas panggung dengan diiringi irama musik penyambut dan gemerlap lampu yang meriah.
Saat pertama kali melihat kakak gue dan pasangannya naik, gue dan suporter kakak langsung menjerit histeris.
HIYYAAAAAAA WAAAA HYYAAA
Alay. Nggak jarang para penonton yang duduk di depan menolehkan pandangannya ke belakang. Ke suara teriakan dari lubang neraka.
Lampu kembali meredup. Sebuah layar yang berukuran besar mulai menyala dan menampilkan tayangan seminggu penuh tentang kegiatan para finalis. Berkunjung ke sana sini, interview, dll.
Tayangan di layar menampilkan kakak gue yang sedang diinterview. HYAAAA
Suporter langsung teriak.
Tayangan kakak gue lagi terlihat jalan dengan anggunnya. HYAAAA HUWAAA
Tayangan kakak gue lagi senam pagi. HYAAAAAA
Tayangan kakak gue lagi di class of beauty. HUWAAAA
Begitu seterusnya. Seakan melihat kakak gue di dalam tayangan maupun diatas pentas adalah suatu hal yang membanggakan dan mengerikan. Pake teriak-teriak alay sih.
Suasana kembali tenang, damai dan tenteram. Karena kami diusir security. Enggak deng. Karena saat itu Bapak Gubernur sedang memberi kata sambutan hangat. Iya hangat. Soalnya dibarisan tepat di depan gue ada seorang cowok cakep. Hidungnya, yoloh gemesin. Mancung banget. Jambangnya duileeh. Meleleh adek bang.
Cowok cakep itu hanya diam sedari tadi. Dia terlihat sendirian di antara para suporter kakak gue. Sampai gue mikir, '' Ya Allah, apakah ini jodoh yang engkau kirimkan untukku? "
Setelah Bapak Gubernur memberi kata sambutan, para finalis dipanggil untuk naik ke atas panggung lagi dalam sesi pemilihan 5 besar.
Dan begitu nama kakak gue disebut dan lolos ke 5 besar, para suporter dan terlebih gue langsung teriak heboh nggak karuan.
HYAAAAAAAA
HUWAAA. WAAAAA YEEEEE HWAAAA DOR!.
Kami semua ditembak mati. Ngerusuh sih.
Nggak puas hanya tepuk tangan dan bersorak kesurupan, kami semu memilih untuk berdiri. Hahaa
Dalam keadaan berdiri seperti ini, kami terlihat kayak segerombolan orang kelaparan yang saat melihat makanan langsung histeris teriak,
'' BERI KAMI MAKAN. BERI KAMI MAKAN. AAAARRGHH ''
Acara kembali tenang saat 5 finalis cewek dan 5 finalis cowok satu persatu mendapatkan pertanyaan dari dewan juri. Giliran kakak gue menjawab pertanyaan. Gue semua hanya berdoa agar kakak diberikan kelancaran dalam menjawab pertanyaan juri.Dan gila aja, kakak santai amat ngomongnya. Nggak ada gagap, kaku, atau grogi. HUWAAA
Selama acara berlangsung, gue kesel bukan main. Di belakang gue ada tiga cowok yang berisik minta ampun. Dari acara dimulai, Bapak Gubernur memberi kata sambutan, sampai pertengahan acara, itu trio cowok nggak berhenti ngerumpi.
Bising. Berisik. Mana suaranya nyerocos terus tanpa spasi.
Wong lanang kok koyok ngono? Lu kira ini acara rumpi no secret? Huh.
Selesai kakak menjawab pertanyaan dari juri, kembali para anak alayers bersorak kegirangan.
Dan setelah bersorak, gue baru sadar. Ternyata cowok ganteng itu sudah menghilang dari barisan di depan gue. Hanya ada dua kemungkinan. Dia keluar ballroom untuk ke kamar mandi atau dia keluar ballroom kemudian diopname.
Satu hal yang gue sadari tiba-tiba,
'' Mampus. Suara gue serak. Suara gue hilang. Duuh mana acara masih panjang juga. ''
Sementara dewan juri berdiskusi untuk menentukan 3 besar, acara hiburan mulai ditampilkan. Malam itu dihadirkan bintang tamu Lucky Idol. Mas Lucky, (biar kedengerannya akrab) menyanyikan lagu Chrisye yang judulnya Kala Cinta Menggoda.
Duuh lagunya bikin baper. Seandainya aja si cowok cakep tadi masih ada di barisan depan gue.
Sambil menikmati lagu yang dilantunkan Mas Lucky, snack mulai dibagikan ke para tamu undangan dan penonton. Dan KAMPRETOSNYA, TIBA DI GUE, IYA DI GUE. SNACK KOTAKNYA NGGAK KEBAGIAN.
Apa-apaan ini? Padahal kan itu tujuan utama gue untuk datang ke sini. Mengincar snack kotak.
Kenapa tiba di giliran gue doang yang nggak kebagian? Sementara adik yang ada di kiri gue dapat, Kak Ririn yang ada di kanan gue dapat. Lah gue?? Apa jangan-jangan wujud gue nggak kelihatan oleh mereka? Apa jangan-jangan..... ah sudahlah.
Sedih amat. Gue si penonton yang terlantar. Hiks.
Sekitar setengah jam kemudian, para dewan juri kembali ke posisi masing-masing. MC mulai membuka kertas dari dalam amplop yang berisi nama finalis yang lolos masuk ke tiga besar. 3 cewek dan 3 cowok.
Para tamu undangan terlihat antusias. Gue dan kak Ririn berpegangan tangan. Saling mencengkeram. Mata beradu mata. Kita saling jatuh cinta. Dan menikah.
Enggak deng.
Gue dan Kak Ririn yang suaranya juga melengking saling merasa cemas dan berdoa dalam hati.
Alhamdulillahm kakak gue masuk ke tiga besar.
Lalu apa yang terjadi?
Iyak, ruangan ballroom pecah menggelegar. Kami semua kembali teriak histeris. Belum lagi suara tepuk tangan yang bertubi-tubi. Beberapa cowok ganteng yang duduk agak jauh dari depan gue menoleh ke arah kami. Gue melihat tatapannya yang seperti berkata dalam hati,
'' Wah, kiyut juga ini cewek. ''
Ah jadi maluk.
Melihat aura matanya, gue jadi semakin yakin kalau dalam hati beberapa cowok ini seakan ngomong,
'' ANJIRR, INI ORANG BELAKANG BERISIK AMAT. APALAGI ITU YANG PAKE JILBAB CREAM. ALAY. MANA TERIAKAN BISING. BAKAR AJA BAKAAARR. ''
Gue juga kesel dengan salah satu kameramen. Salah satu kameramen dari stasiun televisi lokal merekam adegan sorak-sorak gue dengan posisi mulut gue yang menganga lebar kayak terowongan Mina.
Fak. Reputasi gue jadi turun seketika. Gimana kalo gue dengan mulut menganga lebar yang sedang teriak histeris itu ditayangkan di siaran tv lokal? Apa kata para fans?
Suasana kembali tenang. Kali ini bukan tenang karena kami si suporter ricuh diseret seret security keluar ballroom. Ya nggak mungkinlah.
Kali itu suasana kembali tenang karena barisan para suporter dengan tiba-tiba dibom. Bising.
3 finalis cewek dan 3 finalis cowok mulai berbaris naik ke panggung. Dengan pakaian indah dan sunting yang terpasang di kepala mereka menambah kesan anggun pada tiga finalis Dara Riau.Uuh.
Tibalah giliran kakak gue yang akan menjawab pertanyaan dari Juri. Saat mengambil gulungan kertas, ternyata kakak gue mendapat gulungan kertas spesial. Biasanya rasanya macem macem sih. Ada yang keju cokelat, stroberi cokelat, pandan, rasa kacang juga ada.
Kakak gue mendapat pertanyaan dari Bapak Gubernur. Dengan seksama ia memahami pertanyaan dari si Bapak.
Kami semua kaget saat kakak gue menjawab pertanyaan dengan menggunakan bahasa Prancis.
'' Bonjour à tous. '' Kakak gue membuka suara.
Serempak teman-teman suporternya yang juga satu les dengan kakak menjawab, '' Bonjour. ''
Gue yang celingak-celinguk kemudian ikutan bersuara, '' BUSU. ''
Berhubung gue telat ngucapinnya, itu menyebabkan suara gue jadi terdengar sendiri. Para penonton melemparkan pandangannya ke gue.
Dan gue baru sadar, '' Kenapa gue sok ikutan bahasa prancis? Busu itu apaan coba? Bahasa negara mana itu? APA ITU BUSU?? HUWAA GUE MALU. ''
Beberapa temen kakak mencolek gue.
'' Lan, Busu itu apa? ''
'' Busu itu bahasa prancis juga. '' Jawab gue asal.
Setelah para finalis menjawan pertanyaan, tibalah saat yang paling menegangkan. Penentuan dan penobatan Bujang dan Dara Provinsi Riau 2015.
Suasana mulai mencekam. Lampu mulai padam. Yang menyala hanya lampu panggung.
Dimulai dari juara 1, 2 dan 3 Bujang (cowok) dan kemudian beralih ke para Dara (cewek).
Gue menggenggam tangan Kak Ririn sambil berdoa dalam hati,
'' Ya Allah, semoga kakak bukan juara tiga. Jangan juara tiga. ''
Juara tiga sudah diumumkan. Alhamdulillah ternyata bukan kakak gue. Hanya tinggal dua posisi lagi. 1 dan 2.
Dan gue merinding asli saat nama kakak disebutkan menjadi Dara Provinsi Riau 2015.
Gue langsung histeris dan memeluk Kak Ririn. Kemudian gue langsung berlari ke arah Ibu. Biasanya Ibu bakalan nangis kalau terharu gini.
Jangan tanya lagi seberapa heboh teriakan para suporter kakak.
HYAAAAA HUWAAAA
WAAAAA AAAAAAAAAAAAA
HYAAAAAAAAAAA
YEEEEEEEEE
HYAAAAA HYAAAAAAAAAAAAAAAAA
Ternyata bukan cuma kami saja yang berteriak ketika itu, para penonton lain juga ikut memeriahkan teriakan kami. Gue seneng. Pengen nangis.
Nggak sia-sia usaha ibu selama ini. Kekhawatiran ibu dan gue yang rela belum mandi, belum sikat gigi dan cuci muka harus ke toko jahit.
Selesai penobatan dan pemakain selempang, para penonton dan suporter berhamburan naik ke panggung. Minta foto.
Dan. Gue. Sama.Sekali. Nggak dapat kesempatan untuk berfoto dengan kakak.
Kakak gue cuma bilang,
'' Lan, pegangin. ''
Gue disuruh memegangi sebuket bunga dari tangannya.
Rame bener. Gila.
Sementara kakak gue sibuk berfoto dengan Bapak Gubernur dan bapak ibu dinas, gue hanya duduk anteng di pinggiran panggung. Kayak orang dongo sambil memengan sebuket bunga. Berharap ada yang mengasihani gue dengan memberikan sisi snack kotak ke gue.
Selesai acara, kami pulang ke rumah sekitar jam 2 pagi. Tentunya nggak bersama kakak. Kakak masih ada kegiatan lagi di sana.
Gue yang baru selesai subuhan pagi itu terkejut melihat ibu yang panik di di ruang tengah dengan handphone di tangan. Gue pun langsung duduk di sebelah ibu dan mendengar semua cerita ibu.
Seperti yang sebelumnya telah gue posting tentang kakak gue yang lagi ikut dalam karantina seminggu, maka di hari itu tanggal 20 Desember adalah malam final dari pemilihan acara tersebut. Dan kejadian yang nggak diharapkan tiba-tiba datang.
Baju melayu harian milik kakak yang nanti akan dipakai nanti malam ternyata kependekan. Peraturannya harus di bawah lutut. Sedangkan baju kakak hanya sampai di atas lutut.
Bingung. Gimana mau nyari baju yang sesuai lagi?
Mau nggak mau, baju melayu harian itu harus dijahitkan pagi itu juga mengingat malam nanti akan dipakai.
Pagi itu sekitar pukul 7, gue tanpa cuci muka, tanpa sikat gigi dengan muka acak adul bangun tidur langsung pergi keluar dengan motor bersama ibu. Tujuan kita pagi itu adalah mencari bahan baju yang berwarna kuning.
Satu masalah muncul.
Warna kuning yang seperti apa?
Berhubung utusan dari kabupaten adalah cewek dan cowok, maka pakaian pasangan yang diutus itu harus sama. Nah sekarang, kalo gue dan ibu salah milih warna kuning, nanti bakal kacau kalau warna kuningnya nggak sama dengan kuning pasangan cowok si kakak.
Gue baru tau. Ternyata warna kuning ada banyak ragamnya. Ada kuning kecokelatan, kuning emas, kuning pudar, kuning ngejreng, kuning e'ek, kuning cream, kuning gelap, banyak deh pokoknya.
Ibu nggak tau warna kuning yang dipakai kakak gue dan pasangannya itu kuning yang seperti apa? Gue kembali melihat layar hp, menyocokkan warna kuning baju kakak yang dipakainya pada foto di hp gue. Gue baru sadar ternyata efek warna pada objek yang ada di foto bisa berubah-ubah daripada aslinya. Apalagi warna kuning. Nggak jelas kuning yang seperti apa.
Akhirnya gue dan ibu tiba di depan toko penjahit tempat kakak gue menjahitkan baju yang kependekan itu sebulan yang lalu.
Dan tokonya tutup. Belum buka. Gue dan Ibu dengan sabarnya nunggu di depan toko jahit dengan tampang lesu belum sarapan. Apalagi gue, masih setengah sadar.
Cukup lama ibu dan anaknya yang terkiyut itu menunggu di luar toko jahit. Dan dengan modal nekat, ibu dan gue akhirnya memilih satu warna kuning yang kemungkinan mirip. Saat itu juga, ibu meminta si bapak tersebut untuk menjahitkan baju itu.
Berhubung perjalanan dari rumah gue ke tempat acara memakan waktu 1,5 jam, ibu memutuskan untuk memilih berangkat di siang hari.
Alhamdulillah baju kuning melayu harian itu terjahit cepat sebelum jam 3.
Gue berangkat jam 3 dari rumah dan sampai di parkiran gedung jam 5. Parah ya. Lama bener sampainya.
Setibanya di parkiran gedung, kami semua cuma berdiam diri di dalam mobil. Yaiyalah, wong acaranya jam 8 malam. Sementara ibu langsung menuju hotel untuk memberikan baju melayu harian kuning yang dijahitkan tadi.
Sambil menunggu jam 8 dan waktu magrib, ibu mengajak kami untuk masuk ke mall. Ada banyak sekali pemandangan yang menyesakkan dada sore itu. Iya, pasangan yang bergandeng mesra. Fak.
Gue baru ingat, ini kan weekend. Pantesan.
***
Sekitar pukul setengah delapan, kami langsung kembali ke gedung SKA Co Ex dan masuk ke ruangan tempat acara berlangsung. Para tamu undangan sudah cukup ramai terlihat. Terlebih para senior Bujang Dara tahun lalu.
Yang cowok cowoknya, duuuh cakep gila. Bisa bikin iman melayang.
Gue cukup bingung saat menyadari posisi duduk bangku gue dan orangtua harus berjauhan. Untuk undangan orangtua, posisi duduknya dikhususkan. Sementara gue, adik, adik sepupu dan mba sepupu hanya bisa duduk di posisi tiga baris dari belakang.
Tak lama kemudian para suporter kakak gue datang dan membentuk kelompok di belakang gue.
Acara dimulai.
Ternyata jadi suporter itu beda tipis dengan anak alay. Syarat dan ketentuan untuk jadi suporter yaitu:
1. Harus punya suara yang melengking.
2. Punya tepukan tangan yang kuat.
3. Pede, alay, narsis, bodo amat, suka-suka, gila.
Dan gue yang memang alay jijik ternyata sangat berbakat jadi suporter. Saat acara pembuka dimulai, 11 pasang finalis naik ke atas panggung dengan diiringi irama musik penyambut dan gemerlap lampu yang meriah.
Saat pertama kali melihat kakak gue dan pasangannya naik, gue dan suporter kakak langsung menjerit histeris.
HIYYAAAAAAA WAAAA HYYAAA
Alay. Nggak jarang para penonton yang duduk di depan menolehkan pandangannya ke belakang. Ke suara teriakan dari lubang neraka.
Lampu kembali meredup. Sebuah layar yang berukuran besar mulai menyala dan menampilkan tayangan seminggu penuh tentang kegiatan para finalis. Berkunjung ke sana sini, interview, dll.
Tayangan di layar menampilkan kakak gue yang sedang diinterview. HYAAAA
Suporter langsung teriak.
Tayangan kakak gue lagi terlihat jalan dengan anggunnya. HYAAAA HUWAAA
Tayangan kakak gue lagi senam pagi. HYAAAAAA
Tayangan kakak gue lagi di class of beauty. HUWAAAA
Begitu seterusnya. Seakan melihat kakak gue di dalam tayangan maupun diatas pentas adalah suatu hal yang membanggakan dan mengerikan. Pake teriak-teriak alay sih.
Suasana kembali tenang, damai dan tenteram. Karena kami diusir security. Enggak deng. Karena saat itu Bapak Gubernur sedang memberi kata sambutan hangat. Iya hangat. Soalnya dibarisan tepat di depan gue ada seorang cowok cakep. Hidungnya, yoloh gemesin. Mancung banget. Jambangnya duileeh. Meleleh adek bang.
Cowok cakep itu hanya diam sedari tadi. Dia terlihat sendirian di antara para suporter kakak gue. Sampai gue mikir, '' Ya Allah, apakah ini jodoh yang engkau kirimkan untukku? "
Setelah Bapak Gubernur memberi kata sambutan, para finalis dipanggil untuk naik ke atas panggung lagi dalam sesi pemilihan 5 besar.
Dan begitu nama kakak gue disebut dan lolos ke 5 besar, para suporter dan terlebih gue langsung teriak heboh nggak karuan.
HYAAAAAAAA
HUWAAA. WAAAAA YEEEEE HWAAAA DOR!.
Kami semua ditembak mati. Ngerusuh sih.
Nggak puas hanya tepuk tangan dan bersorak kesurupan, kami semu memilih untuk berdiri. Hahaa
Dalam keadaan berdiri seperti ini, kami terlihat kayak segerombolan orang kelaparan yang saat melihat makanan langsung histeris teriak,
'' BERI KAMI MAKAN. BERI KAMI MAKAN. AAAARRGHH ''
Acara kembali tenang saat 5 finalis cewek dan 5 finalis cowok satu persatu mendapatkan pertanyaan dari dewan juri. Giliran kakak gue menjawab pertanyaan. Gue semua hanya berdoa agar kakak diberikan kelancaran dalam menjawab pertanyaan juri.Dan gila aja, kakak santai amat ngomongnya. Nggak ada gagap, kaku, atau grogi. HUWAAA
Selama acara berlangsung, gue kesel bukan main. Di belakang gue ada tiga cowok yang berisik minta ampun. Dari acara dimulai, Bapak Gubernur memberi kata sambutan, sampai pertengahan acara, itu trio cowok nggak berhenti ngerumpi.
Bising. Berisik. Mana suaranya nyerocos terus tanpa spasi.
Wong lanang kok koyok ngono? Lu kira ini acara rumpi no secret? Huh.
Selesai kakak menjawab pertanyaan dari juri, kembali para anak alayers bersorak kegirangan.
Dan setelah bersorak, gue baru sadar. Ternyata cowok ganteng itu sudah menghilang dari barisan di depan gue. Hanya ada dua kemungkinan. Dia keluar ballroom untuk ke kamar mandi atau dia keluar ballroom kemudian diopname.
Satu hal yang gue sadari tiba-tiba,
'' Mampus. Suara gue serak. Suara gue hilang. Duuh mana acara masih panjang juga. ''
Sementara dewan juri berdiskusi untuk menentukan 3 besar, acara hiburan mulai ditampilkan. Malam itu dihadirkan bintang tamu Lucky Idol. Mas Lucky, (biar kedengerannya akrab) menyanyikan lagu Chrisye yang judulnya Kala Cinta Menggoda.
Maka ijikanlah aku mencintaimu. Atau bolehkah aku sekedar sayang padamu
Duuh lagunya bikin baper. Seandainya aja si cowok cakep tadi masih ada di barisan depan gue.
Sambil menikmati lagu yang dilantunkan Mas Lucky, snack mulai dibagikan ke para tamu undangan dan penonton. Dan KAMPRETOSNYA, TIBA DI GUE, IYA DI GUE. SNACK KOTAKNYA NGGAK KEBAGIAN.
Apa-apaan ini? Padahal kan itu tujuan utama gue untuk datang ke sini. Mengincar snack kotak.
Kenapa tiba di giliran gue doang yang nggak kebagian? Sementara adik yang ada di kiri gue dapat, Kak Ririn yang ada di kanan gue dapat. Lah gue?? Apa jangan-jangan wujud gue nggak kelihatan oleh mereka? Apa jangan-jangan..... ah sudahlah.
Sedih amat. Gue si penonton yang terlantar. Hiks.
Sekitar setengah jam kemudian, para dewan juri kembali ke posisi masing-masing. MC mulai membuka kertas dari dalam amplop yang berisi nama finalis yang lolos masuk ke tiga besar. 3 cewek dan 3 cowok.
Para tamu undangan terlihat antusias. Gue dan kak Ririn berpegangan tangan. Saling mencengkeram. Mata beradu mata. Kita saling jatuh cinta. Dan menikah.
Enggak deng.
Gue dan Kak Ririn yang suaranya juga melengking saling merasa cemas dan berdoa dalam hati.
Alhamdulillahm kakak gue masuk ke tiga besar.
Lalu apa yang terjadi?
Iyak, ruangan ballroom pecah menggelegar. Kami semua kembali teriak histeris. Belum lagi suara tepuk tangan yang bertubi-tubi. Beberapa cowok ganteng yang duduk agak jauh dari depan gue menoleh ke arah kami. Gue melihat tatapannya yang seperti berkata dalam hati,
'' Wah, kiyut juga ini cewek. ''
Ah jadi maluk.
Melihat aura matanya, gue jadi semakin yakin kalau dalam hati beberapa cowok ini seakan ngomong,
'' ANJIRR, INI ORANG BELAKANG BERISIK AMAT. APALAGI ITU YANG PAKE JILBAB CREAM. ALAY. MANA TERIAKAN BISING. BAKAR AJA BAKAAARR. ''
Gue juga kesel dengan salah satu kameramen. Salah satu kameramen dari stasiun televisi lokal merekam adegan sorak-sorak gue dengan posisi mulut gue yang menganga lebar kayak terowongan Mina.
Fak. Reputasi gue jadi turun seketika. Gimana kalo gue dengan mulut menganga lebar yang sedang teriak histeris itu ditayangkan di siaran tv lokal? Apa kata para fans?
Suasana kembali tenang. Kali ini bukan tenang karena kami si suporter ricuh diseret seret security keluar ballroom. Ya nggak mungkinlah.
Kali itu suasana kembali tenang karena barisan para suporter dengan tiba-tiba dibom. Bising.
3 finalis cewek dan 3 finalis cowok mulai berbaris naik ke panggung. Dengan pakaian indah dan sunting yang terpasang di kepala mereka menambah kesan anggun pada tiga finalis Dara Riau.Uuh.
Tibalah giliran kakak gue yang akan menjawab pertanyaan dari Juri. Saat mengambil gulungan kertas, ternyata kakak gue mendapat gulungan kertas spesial. Biasanya rasanya macem macem sih. Ada yang keju cokelat, stroberi cokelat, pandan, rasa kacang juga ada.
Kakak gue mendapat pertanyaan dari Bapak Gubernur. Dengan seksama ia memahami pertanyaan dari si Bapak.
Kami semua kaget saat kakak gue menjawab pertanyaan dengan menggunakan bahasa Prancis.
'' Bonjour à tous. '' Kakak gue membuka suara.
Serempak teman-teman suporternya yang juga satu les dengan kakak menjawab, '' Bonjour. ''
Gue yang celingak-celinguk kemudian ikutan bersuara, '' BUSU. ''
Berhubung gue telat ngucapinnya, itu menyebabkan suara gue jadi terdengar sendiri. Para penonton melemparkan pandangannya ke gue.
Dan gue baru sadar, '' Kenapa gue sok ikutan bahasa prancis? Busu itu apaan coba? Bahasa negara mana itu? APA ITU BUSU?? HUWAA GUE MALU. ''
Beberapa temen kakak mencolek gue.
'' Lan, Busu itu apa? ''
'' Busu itu bahasa prancis juga. '' Jawab gue asal.
Setelah para finalis menjawan pertanyaan, tibalah saat yang paling menegangkan. Penentuan dan penobatan Bujang dan Dara Provinsi Riau 2015.
Suasana mulai mencekam. Lampu mulai padam. Yang menyala hanya lampu panggung.
Dimulai dari juara 1, 2 dan 3 Bujang (cowok) dan kemudian beralih ke para Dara (cewek).
Gue menggenggam tangan Kak Ririn sambil berdoa dalam hati,
'' Ya Allah, semoga kakak bukan juara tiga. Jangan juara tiga. ''
Juara tiga sudah diumumkan. Alhamdulillah ternyata bukan kakak gue. Hanya tinggal dua posisi lagi. 1 dan 2.
Dan gue merinding asli saat nama kakak disebutkan menjadi Dara Provinsi Riau 2015.
Gue langsung histeris dan memeluk Kak Ririn. Kemudian gue langsung berlari ke arah Ibu. Biasanya Ibu bakalan nangis kalau terharu gini.
Jangan tanya lagi seberapa heboh teriakan para suporter kakak.
HYAAAAA HUWAAAA
WAAAAA AAAAAAAAAAAAA
HYAAAAAAAAAAA
YEEEEEEEEE
HYAAAAA HYAAAAAAAAAAAAAAAAA
Ternyata bukan cuma kami saja yang berteriak ketika itu, para penonton lain juga ikut memeriahkan teriakan kami. Gue seneng. Pengen nangis.
Nggak sia-sia usaha ibu selama ini. Kekhawatiran ibu dan gue yang rela belum mandi, belum sikat gigi dan cuci muka harus ke toko jahit.
Selesai penobatan dan pemakain selempang, para penonton dan suporter berhamburan naik ke panggung. Minta foto.
Dan. Gue. Sama.Sekali. Nggak dapat kesempatan untuk berfoto dengan kakak.
Kakak gue cuma bilang,
'' Lan, pegangin. ''
Gue disuruh memegangi sebuket bunga dari tangannya.
Rame bener. Gila.
Sementara kakak gue sibuk berfoto dengan Bapak Gubernur dan bapak ibu dinas, gue hanya duduk anteng di pinggiran panggung. Kayak orang dongo sambil memengan sebuket bunga. Berharap ada yang mengasihani gue dengan memberikan sisi snack kotak ke gue.
Bujang Revianda Windu - Dara Rahayu Kuntum Melati Bujang Dara Provinsi Riau 2015 |
Selesai acara, kami pulang ke rumah sekitar jam 2 pagi. Tentunya nggak bersama kakak. Kakak masih ada kegiatan lagi di sana.
Beberapa menit sebelum buket bunga itu diserahkan kakak ke gue -_- |