Aku masih disini. Masih dengan perasaan yang sama.
Masih dengan kondisi yang sama. Sama
seperti saat dia meninggalkanku di tempat ini.
Bahkan sampai detik ini sekalipun, kata
itu masih terngiang jelas dibenakku.Kata yang meluluhlantakan hatiku.
Dengan mudahnya ia menghancurkan semua
harapanku.
Putus.
Iya, satu kata itu telah mengguncang hebat hatiku. Sangat hebat.
‘’ 3 tahun lamanya Adit menjadi pemilik dihatiku. Bahkan hampir 4 tahun. Sudah banyak hal-hal yang kami lakukan berdua, banyak sekali warna-warni kehidupan yang kami jalani. Pahit manis yang menyeruak dalam hubungan juga telah kami lewati bersama. Selalu bersama. Ia sama sekali tak pernah membiarkan ku sendirian dalam menghadapi suatu masalah. ‘’
Aku menyeruput mocca hangat yang terhidang dihadapanku.
Ditempat inilah kami selalu
menghabiskan waktu berdua.
Dimeja ini. Di posisi ini. Tepat di
bawah lukisan yang menggambarkan suasana pantai dengan corak kebiruannya yang
indah.
Seindah hatiku setiap kali memandang
wajahnya di tempat ini.
Baru kali ini aku menikmati mocca hangat seorang diri.Tanpa kamu
yang menemaniku.
‘’ Aku mencintainya Win. Masih mencintainya hingga detik ini. Mungkin dia takkan pernah tau bagaimana sulitnya aku untuk mempertahankan hubungan ini. Mungkin dia takkan pernah tau betapa payahnya aku untuk meyakinkan hati ini, dan mungkin dia juga gak akan pernah tau bagaimana usahaku untuk menepiskan ego dan kerinduan ini. Dan kenapa pada akhirnya dia memilih untuk berpisah Win? ‘’
Aku menyerka air mata yang mencoba mengalir tanpa permisi. Dadaku terasa sesak tak beraturan.
‘’ Semua mimpi, harapan dan impian yang telah kami rajut berdua harus musnah begitu saja.Tanpa bekas. Aku benar-benar hancur Win. Mudah sekali ia mencampakkanku. Apa aku tak lagi pantas untuknya? Mungkin 4 tahun bukan waktu yang lama bagi kami untuk mengenal satu sama lain. Padahal dulu, ia pernah janji untuk tidak akan meninggalkanku. Ia berjanji untuk terus tetap bersamaku dalam jangka waktu yang lama. Ah, mungkin janji itu telah terbang terhempas angin ‘’
Aku terisak. Tak mampu menahan gejolak perih yang menghimpit ulu hatiku kuat.
‘’ Kamu taukan Win, betapa aku menyayangi Adit. Dia yang selalu rela menemaniku mengerjakan tugas hingga larut malam meski hanya via telfon.Kamu juga tau kan Win, rencana mengenai hari indah yang sebentar lagi akan kami wujudkan. Sudah tergambar jelas dibenakku semua itu. Mendapatkan kecupan hangat darinya setiap pagi, menyediakan teh hangat, mencium punggung tangannya saat melepaskan ia berangkat kerja, menghidangkan makan malam, hingga menghabiskan waktu senja berdua disamping rumah.
Adit selalu bisa menenangkanku dari shock
menjelang hari bahagia itu.Hingga aku benar-benar merasa nyaman dalam
dekapannya. Dan pada kenyataannya, semua itu nol besar Win. Impian itu gak akan pernah terwujud. Gak akan pernah. Iya,
gak ak.... ''
Tangisku pecah. Ku bungkam mulut ku untuk mereda suara tangisku.
Tangisku pecah. Ku bungkam mulut ku untuk mereda suara tangisku.
Sumber |
‘’ Kamu sahabatku paling baik Winda,
bukan hanya sekedar teman sekamar. Kamu selalu ada disaat aku
membutuhkanmu.Saat aku berantem dengan Adit dulu, kamu selalu bisa menghiburku,
memberiku masukkan yang akhirnya bisa membuatku sedikit merasa tenang. Kamu juga
yang selalu setia mendengar curhatanku setiap kita hendak mau tidur.Itu seolah
udah jadi rutinitas kita yaa hehee
Kamu ingat gak Win, dulu kita pernah
bertengkar hanya karena selimutku yang robek. Selimut kesayanganku pemberian
dari mama. Aku mengatakan itu karena ulahmu, karena kelalaianmu. Dan kamu
bersikeras bahwa itu bukan karena perbuatanmu. Kita diam-diaman selama seminggu
lebih.Hingga akhirnya kita sama-sama tau bahwa selimut itu robek karena
kelalaian ibu kos yang menjemur selimutku didekat tancapan paku. Dan ibu kos
sendiri yang mengakui itu. Hahaa.. kita lucu ya Win. Kamu sahabat yang paling mengerti aku Win. Kehujanan bersama
saat pergi kuliah, masak sup kentang yang super asin bersama, ketakutan bersama
ketika mendengar suara petir saat tengah malam. Kamu udah aku anggap jadi
bagian dari keluarga aku. Aku bersyukur mengenal mu selama 5 tahun lebih,
hingga sampai detik ini ‘’
Aku terdiam hening. Entah seperti apa aku harus menggambarkan suasana hatiku ketika ini.
Kalut, hancur bahkan remuk tanpa sisa. Kertas dengan sampul merah muda yang kuterima 5 bulan yang
lalu itu masih ku genggam erat ditanganku.
Bagaimana aku bisa membacanya saat
kesedihan yang teramat dalam ini mengguncang hatiku. Mataku menerawang jauh. Menangkap sepasang sosok yang sedang
bergandengan erat penuh cinta.
Dari aura wajah yang terlihat dalam indera
penglihatanku, tampak jelas sekali kebahagiaan sedang menyelimuti hati mereka
berdua.
Sesekali si laki-laki mengusap hangat pada bagian perut perempuan yang
dicintainya. Seolah sedang menyapa calon bayidari cinta mereka, yang terlelap
tidur di dalam rahim si istri.
Ah, benar-benar pasangan yang bahagia. Pasangan yang romantis. Aku juga ingin merasakan seperti itu.
Pandanganku benar-benar melekat memandangi sepasang sosok
itu hingga akhirnya mereka hilang dari jangkauan penglihatanku.
Laki-laki itu Adit.
Andai yang bersama Adit itu adalah aku.
Karena memang hal
itu yang telah lama aku impikan bersamanya.
Andai yang bersama Adit itu adalah aku. Karena dulu aku
pernah membayangkan akan seperti itu bersamanya.
Andai yang bersama Adit itu adalah aku. Bukan Winda !