• HOME
  • ABOUT ME
  • CONTACT
  • WIRDY'S PROJECT

Rahayu Wulandari Ibrahimelya

Daripada tawuran, mending kita curhat-curhatan


Yo wassap mamen!

Gils banget euy. Udah 3 bulan lebih gue nggak nulis di blog tercinta. Huhuuuu
Bukan lagi writing block kok. Beneran. Sebenernya gue rajin nulis di salah satu akun tumblr milik gue. Kecanduan nulis di sana sampe lupa apdet blog. Ehe ehee

Btw kabar kalian gimana gaes? sehat?
Alhamdulillah gue sehat dan masih cantik.

.

.

Oke gausah ada yg protes.



Lanjut.


Tiga bulan meninggalkan dunia blog cukup membuat gue merasa sedih. Gatau sedih kenapa. Tapi sebisa mungkin, gue selalu membaca tulisan-tulisan yang mampir di dasbor. Walaupun gue gapernah meninggalkan komen usai membaca.
Cukup banyak momen-momen yang gue lewati begitu saja tanpa gue tulis di sini. Dari suasana lebaran kemarin, hari bertambah usianya gue, dan kali ini, gue bakalan nyoba nulis momen di mana gue bisa bertemu dengan sahabat-sahabat baik gue. :)

***

Akhir September kemarin gue akhirnya bisa menginjakkan kaki di Jakarta. Yawla akhirnya bisa jalan-jalan ke luar pulau selain pulau Sumatera. Tapi ini bukanlah jalan-jalan yang seperti jalan-jalan yang kita bayangkan. Engg maksudnya gini, tujuan gue dan keluarga ke Jakarta bukan buat jalan-jalan, melainkan untuk hadir di acara pemilihan Putri Pariwisata Indonesia 2016. Kebetulan kakak gue menjadi salah satu finalis utusan dari provinsi Riau.

Kesan pertama gue setelah mendarat di Jakarta adalah, WOW.

Wow macetnya parah banget anjir. Mau nangis. Asli dah.





Fyi aja nih ya, rute perjalanan gue cuma:

Bandara-hotel-studio RTV-hotel-bandara

Asli kagak kemana-mana. Perjalanan paling jauh menurut gue sendiri dari 3 tempat itu cuma ke alfamart samping hotel.

Ehe.

Acara pemilihan PPI 2016 pun dimulai. Sebagai adik yang baik dan diiming-imingi imbalan jika kakak gue menang, gue mengerakan seluruh tenaga sorak yang gue miliki. Gue teriak sekenceng mungkin ditambah suara tepukan tangan gue yang nggak kalah meriah. Dan moment yang bikin malu itu, when yu masih sorak sorak tapi suporter lain udah tenang diem anteng.
Otomatis seluruh mata ngeliat ke gue yang lebih mirip kayak orang kesurupan tereak tereak.

Gpp.



Dan alhamdulillah kakak gue masuk 10 besar dan mendapat nominasi Putri Ekonomi Kreatif Indonesia 2016. Syukurlah. Tenaga dan suara gue terbayar dengan prestasi itu.





Penyerahan nominasi Putri Ekonomi Kreatif 2016





Berhubung dua orang personil WIDY ketika itu berkediaman di Jakarta, otomatis gue langsung mengabari mereka untuk mitap-mitap lucuk. Hal ini sebenernya udah dari jauh hari kami rencanakan. Akrhinya Yoga dan Darma bersedia menyempatkan diri untuk bertemu gue yang hina ini.

Yoga juga sempat bertanya di grup wasap, '' Wulan mau stay di sana aja? Apa mau diajak keliling Jakarta? ''

Aduh, Akang Yoga baik pisan.
Sebenernya mau minta diajak keliling dunia tapi takut ntar gue di kick dari grup. Akhirnya gue memilih untuk stay di hotel aja.


Dari lubuk hati yang terdalam, sebenernya pengen sekalian ketemu sama Icha juga. Tapi apa daya, Icha berada di Kalimantan. Beda pulau. Eits walaupun beda pulau, tapi hati kita tetep satu kok. Ehee.

Pagi di hari Sabtu, setelah sarapan gue cuma goleran di kamar sambil nonton spongebob. Selera film gue memang anak-anak banget. Tapi walaupun gitu, gue udah bisa beranak loh. Yawlaa kayak kucing aja beranak-beranak :(
Karena terlalu gabut, gue mengajak Nova, adik gue untuk menjadi tukang foto saat itu. Berhubung suasana hotel ketika itu sepi kayak dompet tanggal tua, gue semakin leluasa untuk berfoto dengan anggun.








Lagi enak foto-foto, gue mendapat chat dari Darma. Ternyata ia sudah lebih dulu datang ke hotel daripada Yoga. Gue sempat bingung mau ngajakin duduk di mana. Kalo diajak ke kamar, ntar gue di-threesome-in sama mereka. Gue akhirnya mengajak Darma untuk duduk di area belakang hotel. Di sana telah tersedia beberapa kursi beserta meja.  Setelah beberapa menit gue dan Darma rumpi-rumpi lucuk,selfie juga vc sama Icha, Yoga pun datang masuk ke dalam hotel.


Kesan pertama gue saat bertemu Yoga adalah,

Anjir, ini anak suaranya kalem amat fak. Karena kebanyakan baca tulisan Yoga di blog ditambah denger suara Yoga dari telfon, gue mengira suara Yoga berat, kayak om-om dewasa gitu. Gataunya kalem. Penilaianku selama ini salah.

Kami mulai bercerita ini itu. Tentang tawaran kerja Yoga, kisah cinta masa lalu Yoga, Yoga putus sama cewe, pokoknya segala tentang Yoga.



LAH INI NGAPA JADI KAYAK MIT EN GRIT YOGA SIKKK.


Pokoknya di sana kami bertiga saling berbagi cerita.
Oh ya, kami juga sempat videocall lagi dengan Icha. Kali ini barengan sama Yoga. Gatau kenapa, saat itu gue pengen nangis. Ga nyangka aja kalo gue bisa ketemu mereka di sini. Bisa bertatap muka bersama. Dalam hati gue juga terbesit, kapan lagi ya gue bisa ketemu mereka? :')
Gue sebaper itu memang. Wkwkwk


Semoga one day kita bisa mitap bersama ya :')


Pengibar bendera


Pas nunggu Yoga dandan. Lama banget anjir


Jam 12, gue harus check out meninggalkan hotel. Sementara pesawat gue akan terbang jam 5. Itu artinya kami harus menyudahi videocall dan gue sendiri, harus berbenah serta mengemasi barang-barang di kamar. Sebelumnya gue juga mengajak Yoga dan Darma naik untuk gue kenalkan ke orangtua gue. Kalo Darma mah memang udah kenal sih. Wkwkw
Sampai akhirnya kami semua beserta kakak gue plus koper milik dia yang segede gaban pergi meninggalkan hotel, Darma dan Yoga masih berdiri melepaskan kepergian kami. Ada perasaan sedih dalam hati. Kenapa waktu yang gue habiskan bersama mereka terasa sebentar banget. :(


Sesampainya di bandara, gue tidur pules.
Yawlaaa antara sadar dan nggak sadar, gue kenapa bisa seenak jidat gitu tidur di bangku ruang tunggu. Mana gue kalo tidur suka mangap lagi. Aku khilaf.






***


Bagi gue, itu adalah awal Oktober yang menyenangkan :))
Bisa bertemu dengan sahabat WIRDY yang selama ini hanya gue kenal lewat dunia maya. Iya WIRDY. Gue ga typo kok.
Btw, kita punya sahabat baru di grup WIRDY.



Hayoo tebak siapa?


Raisa?
Oh bukan. Itu adalah saya sendiri.



Ralline Syah
Bukan.



Reza Arap Oktovian?
Gamers ganteng idaman, fak pencitraan, nakal tapi tampan~

Ehh si kambing malah nyanyi. 


Hmm pokoknya sahabat baru di WIRDY itu seorang laki-laki yang kalo pipis berdiri.

InsyaAllah WIRDY bakalan aktif kembali mengacak-acak pikiran kalian dengan postingan hina dan tak berguna ya. Postingan gue doang sih. Eheee ehe.



Udah ya, udah sore. Mau bangunin polisi tidur dulu. Bye.








Pacaran dulu ah~





Share
Tweet
Pin
Share
46 comments


Hai hooo

Buat yang komen di postingan kemarin dan nanya ‘udah jadian apa belum’, percaya deh gaes. Gue dan Darma nggak pacaran. Hehehee
Kita pure temen deket. Deket bangetlah pokoknya. Darma anaknya nyambung diajak ngobrol. Apalagi kalo ngobrolin dada dan paha. Nyambung banget.
Buat yang doain langgeng, gue cukup mengamininya. Langgeng pertemanannya. Hehheeew

Untuk kedepannya, jodoh siapa yang tau :))

Next kelanjutan cerita 85 jam di Pekanbaru.


                                             

 Sabtu, 26 Maret 2016

Di pagi hari ini, gue sarapan nggak sendiri. Gue sarapan ditemani oleh  Darma. Yaa meskipun Darma sesekali bilang, ‘’ Nasi gorengnya asin. ‘’
Padahal yang bikin nasgornya Ibu. Ini maksudnya Ibu gue pengen kawin lagi gitu? Yawlaaa
Menurut gue, sebenernya nggak terlalu asin sih. Mungkin lidah Darma belum terbiasa aja dengan masakan Ibu yang orang Padang atau masakan khas Melayu di sini.
Sampai akhirnya jam menunjukkan pukul setengah delapan. Gue pamit berangkat kerja dan Darma melepas gue berangkat kerja dengan berdiri di depan pintu.

INI NGAPA KEBALIK.
KOK LAKI-LAKI YANG NGELEPAS PEREMPUAN PERGI KERJA.


Seperti biasa, di hari Sabtu, jam kerja gue hanya setengah hari. Setelah sampai rumah, gue langsung mandi, zuhuran dan makan. Baru saja gue menyudahi makan siang, tiba-tiba Darma mengirim sms ke gue.

  ‘’ Gue ke rumah ya. ‘’

Tidak sampai lima menit, Darma sudah hadir di depan pintu rumah gue.

Siang itu, gue dan Darma saling bertukar cerita. Aneh rasanya. Yang biasanya handphone gue bising, super rame, kali itu mendadak hening. Siang itu benda kecil yang biasanya gue genggam selalu, tergeletak begitu saja di atas meja dan sama sekali tak mengeluarkan suara notif apapun.

Hari itu, pegel di jari gue akibat keseringan chat, kini berpindah ke mulut.
Terlalu banyak cerita yang ingin kita utarakan. Terlalu banyak gelak tawa yang keluar dari masing-masing mulut kita.

Sampai pada akhirnya, Darma mengusulkan sebuah game. Menulis satu kata dengan jari di punggung. Punggung siapa? Punggung pak lurah.
Dengan peraturan, kalo yang kalah harus dicemongin dengan bedak.
Sebelumnya gue takut kalo itu hanya modus Darma untuk menjepret tali beha gue.
Ditambah lagi, permainannya dimulai dari gue. Tuhkan, kenapa harus dari gue coba. Keliatan banget kan modusnya Darma.
Sampai akhirnya Darma berkata, ‘’ Gue nulis hurufnya di sini aja deh. Ntar kena beha lu. ‘’

Alhamdulillah.  #DarmaNaqBaik
Darma memilih untuk menulis kata dengan jarinya di bagian punggung bawah gue.

Sampai skors  akhir menunjukkan angka 3-5.
Dan itu terlihat dari tiga cemong bedak di muka gue, dan banyak cemong bedak di muka Darma. Hohohhoo


Kamera gue butek. :( maapkeun
                                    


Darma keliatan kayak anak-anak balita yang habis mandi sore-sore, trus mukanya dicemongin bedak sama emaknya. Tinggal disuapin nasi pake telor dadar aja nih. Udah. Percis.


Dari permainan itu, gue bisa mengambil kesimpulan bahwa,
 ‘’ Punggung gue ternyata lebih peka daripada punggung Darma. ‘’

Okesip.

Malam harinya, Darma datang lagi ke rumah gue. Ini kalo Jakarta bisa pindah ke belakang rumah gue. Darma bisa tiap jam datang ke rumah. Ehhehew.
Malam itu kita kembali saling bercerita. Mengobrol banyak tentang apa saja.
Sampai akhirnya Darma berkata, ‘’ Ini kalo jam segini, biasanya kita telfonan yak. ‘’

Gue diem.

Terharu.

Iya, biasanya setiap malam minggu, Darma menelfon gue.
Kasihan aja lihat jomblo kayak Darma kesepian di malam minggu. Mau nggak mau, gue ngangkat telfonnya. Itung-itung sekalian ngilangin kesepian gue sebagai jomblo.


Malam itu, kita bercerita banyak hingga jam menunjukkan pukul sepuluh malam.



Minggu, 27 Maret 2016


Di Minggu pagi ini, Ayah Darma berpamitan untuk balik ke Jakarta. Dikarenakan besok Senin, Ayah Darma harus kembali bekerja. Setelah selesai bersalaman, Om gue mengantar Ayah Darma untuk menunggu mobil umum yang akan membawanya menuju bandara.Dan di hari ini pula, kakak gue mengajak gue untuk ikut CFD bareng. Gue, Darma dan Nova, adik gue. Kita berempat berangkat dengan dua motor.Jujur, gue nggak pernah ikut CFD. Gue juga nggak tau apa itu CFD. Yang gue tau hanya CFC. Enak. Bikin perut kenyang.Selesai sarapan, kita berempat langsung cus menuju lokasi.

Berhubung Darma baru bisa naik motor, jadi gue dan Ibu masih agak ragu untuk membiarkannya membonceng gue di jalan raya. Alhasil, hari itu gue yang membonceng Darma.
Kang ojek banget gue ya.
Ini kalo ada FTVnya, pasti bakal dikasih judul, ‘Cantik cantik kok ngojek?’

Pagi itu jalanan masih sepi. Cuaca yang mendung menahan agar cahaya matahari pagi itu tidak terlihat.

  ‘’ Jangan kencang dong bawa motornya, ‘’ protes sebuah sahutan suara dari belakang yang membuat gue reflek menurunkan kecepatan motor.

  ‘’ Kenapa? ‘’

  ‘’ Dingin tau. ‘’


Yawlaaa gue mau nangis.

  '' Dingin ya? '' tanya gue.

  '' Iya. ''

  '' LEMAH LU. '' 

Selama di perjalanan, gue bolak-balik memperbaiki posisi baju belakang dan jilbab gue yang terbang-terbang akibat hembusan angin pagi.

  ‘’ Lu kenapa? ‘’ tanya Darma sok perhatian.

  ‘’ Ini baju gue kebuka mulu. ‘’

Entah habis dapat hidayah apa, Darma langsung memperbaiki baju dan memegangi ujung baju gue agar tidak terbuka lagi kena angin.

Leh uga modus Darma.


***


Sesampainya di lokasi CFD, Darma tiba-tiba membuka suara dengan, ‘’ Ini toiletnya di mana ya? ‘’


LAH DIKATA INI MALL ADA TOILET SEGALA.

Untungnya, di dekat lokasi CFD, ada taman kota yang baru dibangun. Dan gue baru ingat kalo di taman itu ada toilet umum. Gue dan Nova akhirnya mengantarkan Darma ke toilet umum.
Beberapa menit setelah Darma menuntaskan tugas sucinya, gue langsung menyuruh Nova untuk memotret foto kami berdua.

Iya. Memang itu tujuan gue membawa Nova. Jadi kang foto.
Gue kakak yang cerdas. 


                                              


Sekali-sekali foto bareng kang foto.



Beberapa menit setelah itu, senam sudah akan dimulai. Gue dan Darma langsung buru-buru mengambil barisan di paling belakang. Sementara Nova? Nova hanya duduk manis sambil mengotak-atik handphone gue.

Di sela-sela gerakan senam yang dipimpin oleh dua orang perempuan instruktur senam, terjadi sebuah obrolan. 

Darma   : Itu kira-kira instruktur senamnya pake beha nggak ya?
Gue       : Hmm kayaknya pake deh


OBROLAN MACAM APA INI!


Seperti anak alay pada umumnya, di sela-sela gerakan senam, Darma mengeluarkan handphonenya dan CEKREK. 


                                          


Muka songong kami yang seolah berkata kami-anak-sehat-loh-rajin-olahraga tersimpan di handphone Darma.
Padahal mah sehat paan. Ini gue baru pertama kali ikut CFD.

Selesai CFD, Gue, Nova dan Darma memutuskan untuk membeli minum. Saat di perjalanan hendak membeli minum, sayup-sayup gue mendengar suara Darma, ‘’ Behanya cantik. ‘’

Ini Darma minta diseret ke bandara dan dipulangkan ke Jakarta banget. Bikin gue kaget aja.

Gue langsung refleks melihat bahu gue. Iya. Ainouw. Jilbab gue terangkat kena angin. Tali beha pink gue terpampang penuh pesona. Gue langsung buru-buru menutupnya dengan memperbaiki posisi jilbab gue.

Setelah selesai membeli minum, gue mengajak Darma untuk duduk-duduk lucu di hutan kota. Darma yang duduk, gue yang lucu.
Di sana, gue menantang Darma untuk lomba jalan cepat dengan melepas sepatu di atas batu-batu koral yang ditancep di jalan setapak. Kayal batu koral yang untuk refleksi gitu. Apa ya namanya. Pokoknya itu deh.
Baru jalan dua langkah, gue langsung merasa sakit. Sementara Darma anteng-anteng aja jalan di depan gue.
Ternyata saat melangkah di batu koral, gue nggak sengaja lihat mantan jalan sama gebetan barunya. Duh sakit.

Enggak deng.

Tapi beneran deh, jalan di jalan setapak yang penuh dengan batu koral itu susah. Nggak kebayang ntar kalo jalan di jembatan shiratal mustaqim. Allahuakbar!

Akhirnya tantangan gue diterima oleh Darma.
Lagi dan lagi, Nova dengan sangat amat baik menjalankan tugasnya. Nova merekam kegiatan absurd gue dan Darma.
Pokoknya di tantangan itu, DARMA CURANG!
Dia ngambil jalur jalan gue. Curang. Minta dirajam banget.


Ini kalo gue mau bikin Paguyuban Merajam Darma, kira-kira ada yang mau ikut nggak ya?


Pokoknya siapa yang ikut = 1 foto ka'bah dengan tulisan '' like yang mau bawa orangtuanya ke sini. Amin ''



(Next)
Share
Tweet
Pin
Share
28 comments



Di pertengahan bulan Agustus tahun lalu, gue berkenalan dengan seorang lelaki melalu dunia maya. Lelaki itu seorang blogger. Hmm mungkin diantara teman-teman sudah ada yang tau dengan lelaki tersebut. Ia juga sempat meramaikan kotak komentar di blog ini dengan berbalas komentar yang super aneh. Yang anehnya gue dengan senang hati membalas komentar anehnya. Berarti gue yang lebih aneh. Okesip.

Chat yang awalnya hanya bermula di hangout gmail perlahan beralih pada chat line.
Gue mulai mengenal siapa dia dan bagaimana kesehariannya. Tak jarang di setiap harinya kami selalu berbagi cerita yang kami alami masing-masing. Cerita apapun itu. Mulai dari cerita ngeselin, cerita bahagia, cerita random, cerita kebegoan masing-masing, cerita nggak penting, cerita nggak penting yang sebenernya nggak penting untuk diceritain, cerita nggak penting dan nggak ada faedahnya sama sekali dan berbagai cerita absurd lainnya.

Semenjak kenal dengan lelaki itu, gue perlahan mulai membuka diri. 

Jujur, gue seorang introvert. Meskipun di dalam lingkup keluarga sendiri. Gue nggak bakal membuka mulut dan cerita apapun tanpa ada yang bertanya. Gue nggak bakal berani membuka sebuah obrolan tanpa ada yang mendahului. Gue nggak bisa mengangkat topik pembicaraan untuk dijadikan bahan obrolan. Gue nggak bisa.
Apapun yang gue alami, gue selalu memendam itu sendirian. Gue nggak berani bercerita ke Ayah Ibu di rumah. Baik itu hal yang menyenangkan maupun tidak.

Karena itu, gue lebih memilih untuk menulis apa yang gue rasakan, unek-unek amarah  pada sebuah binder cokelat milik gue.

Gue nggak pernah punya teman cerita.
Maksudnya, gue nggak pernah punya teman yang bisa menerima segala cerita gue dengan respon yang menurut gue nyaman.

Dan dengan lelaki itu, gue mulai menyibakkan diri dari sosok Wulan yang introvert. Gue dengan mudahnya bercerita apapun dengan lelaki itu. Ada perasaan lega setiap kali gue selesai bercerita dan mendapatkan respon darinya. Lega kayak habis boker di jamban.

Itu artinya dia jamban. Eh enggak gitu.

Tapi memang iya sih. Jamban.


Gue nggak pernah menemukan teman ngobrol yang bisa senyaman ini. Apakah ini yang dinamakan teman-ngobrol-nyaman-zone?
HALAH.


Dengan beberapa lelaki yang pernah hadir mengisi hati gue sebelum pada akhirnya mereka tidak hanya mengisi tetapi juga menyakiti. Tsadeeesst.
Gue nggak pernah bisa seterbuka itu dengan para mantan gue yang pernah khilaf jadi pacar gue ketika itu. Hanya sebatas, kamu pacar aku dan aku pacar kamu. Hanya itu. Gue nggak pernah bercerita banyak tentang keseharian gue dengan mereka.
Iya. Gue seaneh itu.

Lelaki itu tidak hanya membuat gue menjadi orang yang terbuka, ia juga bisa membuat gue ngakak bodoh nggak jelas di tengah malam. Cekikikan sendiri dengan mata yang menatap layar handphone. Senyam-senyum sendiri sambil bergumul di dalam selimut.

Lelaki itu juga membuat gue yang ketika itu sempat kelabakan dengan jadwal ujian semester dan jadwal kerja yang melelahkan, menjadi kembali semangat. Ia selalu mengingatkan gue untuk membawa modul ataupun catatan kuliah untuk dibaca-baca di jam istirahat kantor. Tidak hanya itu, ia juga mengajak gue untuk menyelesaikan kisi-kisi soal matematika ekonomi bersama. Dan kemudian ia mengirim foto cara dan hasil penyelesaian soal tersebut. Gue juga mengirim hasil penyelesaian untuk menyocokkan jawaban.

Kalau nggak salah, di bulan November tahun lalu ia sempat bercanda akan rencananya untuk datang ke rumah gue. Ke Pekanbaru. Riau. Di pulau Sumatera.
Mengingat gue dan dia berada di pulau yang berbeda, gue hanya memberi respon biasa dengan ucapannya yang menurut gue itu adalah sebuah candaan.

Tepat di tanggal 24 Februari, menjelang siang hari. Ia mengirimkan foto bukti pembayaran atas pembelian tiket ke gue.

Asli.

Gue.

Terharu.


Gue nangis di ruangan kantor.
Gue nggak tau harus bagaimana mengungkapkan kebahagian yang gue rasakan ketika itu.
Intinya. Gue terharu atas sebuah keputusan penuh perjuangan yang telah ia ambil.



                              



Jumat, 25 Maret 2016

Hari ini hari libur. Hari yang selalu gue nantikan kehadirannya. Jarang-jarang bisa dapet libur gini. Hari ini, lelaki yang pernah gue ceritakan di sini akan tiba dan mendarat di bandara SSK II. Sebelumnya gue sudah mengatakan kalo gue nggak bisa menjemputnya di bandara.

Darma akan datang ke Pekanbaru bersama dengan Ayahnya.

Mungkin bakal ada yang bertanya mengapa Darma datang bersama dengan Ayahnya. Melepas anak sendiri tanpa khawatir untuk pergi jauh sampai menyebrangi pulau itu menurut gue suatu tindakan yang bodoh.
Untungnya, Ayah Darma tidak melepas anaknya begitu saja.
Takut terjadi apa-apa.


Takut Darma diculik kali ya.
Padahal kagak bakalan ada yang mau nyulik dia. Hih.

Jam dua, pesawatnya akan berangkat. Begitu isi chatnya. Beberapa menit setelah itu, sebuah chat masuk kembali.

  ‘’ Pesawatnya delay. ‘’

Gue sempat ngerasa nggak enak. Kasihan harus nunggu lama di bandara.

Tidak ada yang bisa gue lakukan selain hanya goleran di ruang tamu dan di kamar. Berhubung hari itu hujan, gue yang sudah mulai ngantuk hampir saja ketiduran.
Jam mulai menunjukkan pukul setengah empat. Gue mengirim sms ke Darma. Pending.
Oke. Ini saatnya gue tidur.

Sambil berulangkali memejamkan mata dengan perasaan tak tenang karena sms gue masih pending, tepat di jam setengah lima, sebuah sms masuk.

  ‘’ Gue sudah naik taksi. ‘’

Okesip. Darma sudah landing.
Darma dan Ayahnya sudah sampai di bandara Pekanbaru dengan selamat. Syukurlah.

Ini pertama kalinya Darma menginjakkan kaki di pulau Sumatera. Di Pekanbaru. Karena itu, gue langsung saja mengiriminya pesannya.
  ‘’ Selamat datang di Pekanbaru. ‘’

  ‘’ Telat lu. Lebih dulu mbak pramugarinya yang ngucapin itu :p ‘’

Keyfain. Akurapopo.

Berhubung rumah gue di pelosok, dari Pekanbaru Darma dan Ayahnya harus naik mobil umum untuk sampai di Pangkalan Kerinci. Perjalanan yang membutuhkan waktu satu setengah jam paling lama.
Usai magrib, gue menerima sms kalau Darma dan Ayahnya sudah sampai di Pangkalan Kerinci.

  ‘’ Gue udah sampai. Lagi makan sate di deket toko obat Agi Farma. ‘’

Belum sempat gue membalas smsnya, Darma langsung menelfon gue.

  ‘’ Toko obat Agi Farma di mana? ‘’

INI KOK GUE BEGO YA.
MALAH NANYA BALIK KE DARMA.

Agar kebegoan gue tidak terlalu terlihat, gue bertanya kembali ke Darma.

  ‘’ Di seberangnya ada Vanhollano, bukan? ‘’

  ‘’ Hah? Apa? ‘’

  ‘’ Seberangnya. Ada Vanhollano? ‘’

  ‘’ Apa? ‘’

  ‘’ Di seberangnya. Seberang. ADA VANHOLLANO, BUKAN? ‘’

  ‘’ Vanhollano? ‘’

  ‘’ Iya. ‘’

  ‘’ Enggak ada. ‘’

Gue sempat panik. Keliatan begonya gue. Gue dari lahir udah di sini, tapi kenapa gue nggak tau kalau ada toko obat Agi Farma di tempat gue tinggal ini.
Lagi asyik mikir dan sempat ada niatan untuk mengelilingi semua toko obat di Pangkalan Kerinci, sebuah sms kembali masuk di hp gue.

  ‘’ Toko obat Anggi Farma. Hehehee tadi salah baca. ‘’

Gue ngangguk-ngangguk sambil tersenyum.

MAU AGI FARMA, MAU ANGGI FARMA, TETEP AE GUE NGGAK TAU TOKO OBAT ITU. AAAAAKKK


***


Singkat cerita, gue akhirnya menemukan Darma dan Ayahnya di samping abang-abang gerobak sate. Gue langsung mengajak Ayahnya untuk ke rumah.
Darma mah bodo amat. Hahahaaa

Enggak deng.
Gue juga mengajak Darma untuk ke rumah.

Sesampainya di rumah, Ibu langsung mengobrol banyak dengan Ayah Darma. Sedangkan Darma? Itu anak diem mulu. Bengong.
Sepertinya dia masih ngebayangin paha mulus dan body mba pramugari tadi di pesawat.

Sekitar pukul setengah sepuluh malam, gue dan Ibu langsung saja mengantarkan Darma dan Ayahnya ke rumah Om gue yang letaknya cukup dekat dengan rumah gue. Selama beberapa hari di Pangkalan Kerinci, Darma dan Ayahnya akan tidur di rumah Om gue.
Sesampainya di rumah Om, Darma langsung meletakkan tasnya yang berat-amat-gile. Nggak tau deh itu Darma bawa apaan di tasnya. Setelah beres-beres semuanya, gue dan Ibu pamit untuk balik ke rumah dan membiarkan mereka beristirahat malam itu.
Saat gue hendak memakai sandal, Darma menemui gue.

  '' Lu langsung cepet tidur ya. ''


LAH BARU NGOMONG INI ANAK.






 (Next)


Share
Tweet
Pin
Share
47 comments
Sabtu, 06 Februari

Gue yang sedang serius dengerin dosen dalam menyampaikan materi  sesekali melihat hp, menghilangkan suntuk.
Kali aja ada chat dari pacar. Pacar orang.

Sebuah notif muncul di layar hp. DM dari Pangeran Wortel. Awalnya gue mengira kalo Pangeran sedang mengirim sayembara ke semua orang untuk meminta bantuan agar cepat menemukan Permaisurinya. Tapi ternyata enggak, Pangeran menawarkan gue untuk ikut kopdar BE Pekanbaru. Pembicaraan beralih ke BBM.

‘’Tanggal 08, Lan. Di Panam. Bisa kan? ‘’
“ Tapi Pange, dari rumah Wulan ke Panam 1,5 jam lagi. Hehee ‘’

Gue juga rada ragu, soalnya gue bukan anak BE. Wkwk.

Ternyata dan ternyata, Pangeran mengira kalau gue tinggalnya di Pekanbaru. Padahal mah enggak, gue tinggalnya di Pangkalan Kerinci. Jarak dari rumah gue ke Panam (daerah di Pekanbaru) itu bisa memakan waktu 1,5 jam.
Kuliah gue jadi nggak konsen. Pengen buru-buru pulang trus minta izin ke Ibu, semoga saja Ibu ngizinin gue pergi sendirian ke Pekanbaru.

Sesampainya di rumah, gue langsung meminta izin ke Ibu. Syukurlah Ibu mengizinkan gue untuk pergi kopdar pada tanggal 08 Februari itu.
Gue langsung mengirim chat ke Pangeran.

‘’ Pange, Wulan diizinin  Ibu. ‘’
‘’ Yeeeeeeee… ‘’

Gue masih ingat jelas dengan respon Pangeran saat gue mengirim chat itu. Gue takut aja, setelah itu Pangeran malah bilang, ‘’ YEEEEEEEE KETIPU LU KAN! ‘’
Untung aja enggak.

**

Senin, 08 Februari

Tepat jam 8 pagi, gue sudah mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke Pekanbaru. Padahal acaranya malam jam setengah 8. Hahaa
Berhubung kakak juga ada keperluan di Pekanbaru, hal itu membuat gue untuk bisa menginap bersamanya.

‘’ Nginap di mana?‘’
‘’ Di asrama putri, kamar Ningsih.‘’
‘’ Aku udah otewe.  Jemput aku nanti di simpang harapan ya. ‘’

Ini nama simpangnya bener-bener bikin baper. Simpang harapan. Mungkin dulu asal-usulnya di simpang ini ada dua pasang kekasih yang sama-sama menaruh harapan. Tapi akhirnya harapannya nggak terwujud.Ya jadi gitu deh, namanya simpang harapan.


NGARANG BEBAS! OKE.


‘’ Bawa helm ya. Di sini banyak polisi. ‘’

Gue mengerutkan alis. Gimana caranya gue naik angkutan umum, bawa tas dan juga bawa helm.
‘’Oke. Aku bawa helm. Kalo bawa helm sih bisa, asal jangan suruh bawa pacar aja. Nggak punya soalnya.‘’
‘’ BODO ‘’

Karena gue nggak mau memperpanjang chat yang nanti bakal menimbulkan masalah, daripada gue terlantar karena nggak dijemput di simpang harapan,  akhirnya gue nggak membalas chatnya lagi.
Jam 8 pagi, kak Putri mengantar gue ke terminal mobil angkutan umum. Gue yang seumur hidup baru kali itu pergi sendirian menggunakan angkutan umum dengan pedenya turun dari motor.

‘’ Ini langsung ke Pekan, kan Pak? ‘’
‘’ Iya, iya. Naik aja?‘’
‘’ Naik ke mana? Ke pelaminan?
‘’ Ciyeee ‘’

Trus gue menikah dengan supir angkutan umum.

Kagaklah.
Gue langsung naik dan meletakkan helm di dekat kaki. Tak lama kemudian, 2 penumpang lain yang kalau pipis berdiri mulai naik ke dalam mobil. Gue menelan ludah.
Di mobil ini cuma gue sendirian yang cewek. 2 orang penumpang laki-laki ditambah supirnya juga laki-laki.

Fakyu.
Kalo gue diperkosa di semak-semak gimana? Foursome dong.

Sekitar jam setengah 10, gue sudah sampai di simpang harapan. Seorang laki-laki langsung menghampiri gue.
‘’ Ojek, Neng?‘’
Trus disambut dengan laki-laki lain dibelakangnya, ‘’ Taksi, Neng? ‘’
Gue menggeleng cepat.

Gue yang-kayak-orang-dongo-nenteng-nenteng-helm-hitam mencari tempat duduk untuk menunggu, sampai akhirnya gue menemukan posisi duduk di emperan toko. Ada beberapa orang yang juga ikut menunggu di sekitaran gue. Ada yang menunggu dijemput suaminya, dijemput anaknya, dijemput pacarnya, dan ada juga yang menunggu kepastian yang jelas. Hmm.

Gue langsung saja mengirim chat ke kakak.
‘’ Aku udah di simpang harapan. Jemput aku ya. Aku di depan hotel alpha. ‘’
‘’ Iya aku udah jalan. Tunggu sana aja ya. ‘’

Lima menit kemudian.

‘’ Aku udah di depan hotel alpha. Kamu di mana?‘’
‘’ Aku di seberang hotel alpha. Trus maju dikit, kan ada apotik tuh. Di samping apotik kan ada ruko yang tutup. Cari aja cewek paling kiyut sejagad raya. Itu aku.‘’
‘’ UDAH AH CEPAT AJA KE PINGGIR JALAN.‘’
‘’ Oke. ‘’

Gue jalan dengan menenteng helm dan tas. Di seberang gue, seorang perempuan yang celingukan terdiam menatap gue. Gue melambaikan tangan.

‘’ Golut, aku di sini. AUUWOO O..‘’

Kakak gue melihat gue dengan tampang jijik.

Selesai makan siang bareng, gue dan kakak memutuskan untuk tidur siang di asrama Ningsih, teman masa kecil gue. Gue baru tahu, kalau peraturan di asrama putri yang Ningsih sewa ini memberlakukan aturan batasan pulang malam. Pulang malam hanya boleh sampai jam 10. Lewat dari jam 10, pintu gerbang akan ditutup. Kayak hati kamu, yang ditutup.

Sore sebelum gue siap-siap, terjadi percakapan antara gue dan kakak.
‘’ Alamat kopdarnya di mana?‘’
‘’ Di Zi Cafe. Daerah Panam. Dekat SKA. ‘’
‘’ Oh itu, iya iya tau. Nanti sama aku berangkatnya. Aku antar. Biar bisa cepat pulang, kalo kelamaan ntar gerbang asramanya dikunci. ‘’

Jam 7 lewat , gue mengirim chat ke Pangeran.
‘’ Pange, udah di tempat?‘’
‘’ Belum, masih mau jalan. Taukan Pangeran yang mana?‘’
‘’ Hahaaa iya tau. ‘’

Sebenernya gue mau jawab, ‘’ Iya tau, yang jomblo itu kan. ‘’
Tapi nggak tega.

Gue dan kakak meluncur menyusuri jalanan. Hening. Kakak gue celingukan kesana-sini mencari alamat lokasi yang gue sebutkan tadi.

‘’ Ini alamatnya di mana sih?Dari tadi nggak nemu.‘’
‘’ Lah tadi katanya tahu.‘’
‘’ Iya aku tahu, ini jalannya. Tapi Zi Cafe di mana?‘’
‘’ Aku juga nggak tau.‘’ Gue menjawab ketus.

Beberapa menit kemudian.

‘’ Duh, ini jalannya kemana lagi sih? Alamatnya yang mana yang bener?‘’
‘’ AKU NGGAK TAU. KAN TADI KATANYA TAU. DI ZI CAFÉ, DARI SIMPANG EMPAT MALL SKA LURUS TERUS. ‘’

Gue mengeraskan suara. Kesel. Pengen loncat dari motor aja. Tapi nggak jadi. Soalnya nggak punya asuransi.
Mendadak suasana hening.

‘’ Nah, itu tuh Zi Café.‘’

Gue menghela nafas kemudian tersenyum. Akhirnya gue bisa turun dari motor juga tanpa harus meloncat.
‘’ Itu kayaknya temen aku deh. Nanti jemput jam setengah 10 ya. Dadaah. Hush hush. ‘’

Gue merapikan jilbab yang sedikit berantakan. Di parkiran, dengan jarak 5 meter dari posisi gue berdiri, seorang lelaki berjaket hitam berdiri dan menoleh ke belakang. Gue yang dari awal belum pernah bertemu dengan Heru Arya a.ka.Pangeran pemilik blog tulisan wortel, langsung menghampirinya.

‘’ Heru ya?‘’ Gue menyalaminya.
‘’ Iya, Wulan kan? ‘’
‘’ Iya.‘’

Gue berbincang sedikit dengan Pangeran, sebelum akhirnya gue dikenalkan dengan seorang blogger cewek.  Namanya Kak Icha.  Anaknya cakep, baik, ramah. Istri-able banget.
Tak lama kemudian, sebuah motor berhenti di parkiran. Lelaki itu adalah Hardiansyah (Didi). Pemilik blog budak sadjak.

Kami berempat masuk ke dalam, membaca daftar menu yang disodorkan oleh waiters. Mengingat jam setengah sepuluh gue harus buru-buru balik ke asrama, gue hanya memesan minuman ice bubble chocolate.
Sambil menunggu pesanan datang, gue, Pangeran, Didi dan kak Icha saling berbincang-bincang.
Pangeran menjelaskan tentang Blogger Energy, tentang award yang pernah ia dapat dari BE, tentang keseruan dalam dunia blog dan banyak lainnya. Sampai akhirnya seorang perempuan masuk ke dalam cafe.
Dengan kerudung merahnya, perempuan itu melemparkan senyum ke arah kami. Wajahnya ceria dan imut. Baby face. Beda sama gue, babi face.

‘’ Hai, hai. Duh sorry ya datangnya lama. Tadi lagi ada urusan.‘’

Gue hanya senyum. Gue anaknya pemalu dan kalem-kalem gitu. Percayalah.
Pangeran mengenalkan gue ke perempuan berkerudung merah itu.
‘’ Vina.‘’
‘’ Wulan.‘’
Kami bersalaman dan mempersilahkan Vina duduk. Vina, perempuan yang heboh, rame parah, bisa bikin suasana cair.
Kalo Vina bisa bikin suasana cair, aku juga bisa kok bikin cair. Bikin hati kamu cair.Uhuk.
‘’ Jadi kamu ke sini dari rumah demi kopdar ini? ‘’ tanya Vina ke gue.
‘’ Hehee iya. Deket kok, Kak.‘’
Gue ketawa kecil.

Tak lama kemudian, pesanan kami datang. Seperti biasa, ritual anak muda terkini, anak-anak mulai mengambil handphone masing-masing dan memotret makanan yang terhidang di atas meja.

Cekrek.
‘’Waaah keren. ‘’

Cekrek.
‘’ Bagus ya Tapi kurang kiri dikit. ‘’

Cekrek.
‘’ Aaa bagus bagus. ‘’

Cekrek.
‘’Pangeran, tangannya awas dikit.‘’

Cekrek.

Begitu terus sampai cafenya tutup dan waitersnya pulang.

'' Dasar anak alay. Hih, '' ujar gue dalam hati sambil mencoba serius memfokuskan kamera handphone untuk memotret minuman. 


***


Obrolan berlanjut bersamaan dengan kami yang menikmati hidangan. Gue menoleh ke arah kak Icha yang sedang asyik menikmati makanan. Dengan lahapnya dia menikmati makanan.
Setelah berbincang-bincang, Pangeran menyarankan agar kami berfoto bersama. Pangeran menyodorkan handphonenya.
‘’ Foto dulu yuk. ‘’
Kak Icha yang udah kenyang dengan semangat langsung menaikkan handphone dan cekrek.



Maafkan daku, yang menghalangi wajahmu, Pangeran. :'D


Kak Icha menyodorkan handphone ke pemiliknya.
'' Blur nih, ulang lagi dong. '' Pangeran menyodorkan hpnya pada kak Icha.
Kak Icha memperhatikan seksama hasil foto yang ia potret tadi.

'' Nggak blur kok, Pangeran aja nih yang blur di foto ini. Lihat deh sini. '' Spontan semuanya tertawa.

Malam itu, gue bener-bener sedih saat jam di layar hp mulai menunjukkan pukul sembilan lewat duabelas menit. Gue langsung buru-buru pamit pulang, meskipun sebenernya gue masih pengen bercerita dan mengumpul bersama mereka untuk waktu yang lama. Tapi apa boleh buat :(

'' Pange, Wulan pulang duluan nggak papa ya. Asramanya tutup jam sepuluh, '' ucap gue sambil beranjak berdiri dari kursi.
'' Iya, iya nggak papa. ''
'' Wulan pamit pulang dulu ya semua. ''
Anak-anak mengangguk. Selesai membayar minuman ke Pangeran, gue langsung menemui kakak yang ternyata dari zaman raja namrud sudah di luar nungguin gue dari pertama gue sampai di sini.

'' Yuk, buruan pulang. Sebelum gerbang asramanya ditutup. Kalo ditutup, ntar kita tidur di mana, ''

Malam-malam, di jalan raya yang masih ramai, kakak gue menancap motor dengan kecepatan tinggi. Ngebut kaya Komo Ricky lagi ngintai target.

Lagi asyik menikmati angin malam, gue merasakan punggung gue dingin. Memang semilir angin malam itu terasa sangat dingin, gue mulai merasa aneh saat punggung makin lama terasa semakin dingin. Gue meraba punggung gue.

Fakyu. Baju belakang gue terbuka dan terangkat-angkat karena angin yang kencang.

Mendadak gue terdiam sambil menahan malu. Gue menoleh perlahan sedikit ke arah belakang, dua orang laki-laki yang mengendarai matic tampak senyum-senyum ke arah gue.


OH NO!


Gimana kalau dia ngeliat punggung gue yang terbuka tadi?
Gimana kalau dia tau warna daleman gue? Merek daleman gue? Ukuran daleman gue? Renda-renda daleman gue?


AAAAAAKKKK GUE MALU.



***

Sesampainya di asrama, untung saja gerbangnya masih dibuka. Sebagai seonggok adik yang baik dan berbudi pekerti luhur, gue langsung buru-buru naik ke atas dan membiarkan kakak gue sendirian di parkiran motor.

Malam itu gue senang bukan main. Meskipun waktunya hanya sebentar, gue bisa bertatap muka langsung dengan teman baru, dengan mereka yang baik, ramah dan seru. Sebenernya masih banyak lagi yang ingin diperbincangkan, pengen sharing lebih dalam, sedalam cintaku padamu. Meskipun kau tak menyadari itu. Halah.

Sesampainya di rumah, gue langsung bbm Pangeran, gue lupa akan sesuatu hal. Sebuah pesan dari Darma Kusumah, orang yang sama sekali nggak ada hubungan darah dengan Arum Kusuma.

'' Pange, Wulan kelupaan. Ada salam dari blogger Jabodetabek. ''
'' Iya, salam balik dari blogger Pekanbaru ya. ''
'' Iya, Pange. ''


Ini foto-foto hasil jepretan Pangeran. Sayang sekali, gue nggak sempat foto bersama Pangeran bareng-bareng.


Kak Icha-Vina-Didi-Raisa Andriana




Kak Icha-Vina-Didi-Kekasih Zayn Malik




Kak Icha-Vina-Didi-Calon makmum kamu





Masih banyak waktu-waktu lain untuk kita bertemu lagi. :)
See u again :)







Share
Tweet
Pin
Share
72 comments
Older Posts

Rahayu Wulandari

Rahayu Wulandari
Atlet renang terhebat saat menuju ovum dan berhasil mengalahkan milyaran peserta lainnya. Perempuan yang doyan nulis curhat.

Teman-teman

Yang Paling Sering Dibaca

  • ADAM
  • Ciri-ciri cowok yang beneran serius
  • Pelecehan
  • 5 Tipe Cowok Cuek

Arsip Blog

  • ▼  2020 (5)
    • ▼  September (1)
      • Perjalanan Baru
    • ►  June (1)
    • ►  April (3)
  • ►  2019 (5)
    • ►  October (1)
    • ►  July (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2018 (8)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  February (2)
  • ►  2017 (14)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2016 (39)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
    • ►  February (8)
    • ►  January (7)
  • ►  2015 (138)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (12)
    • ►  July (6)
    • ►  June (9)
    • ►  May (10)
    • ►  April (15)
    • ►  March (21)
    • ►  February (11)
    • ►  January (24)
  • ►  2014 (18)
    • ►  December (10)
    • ►  November (6)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+

Total Pageviews

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates