• HOME
  • ABOUT ME
  • CONTACT
  • WIRDY'S PROJECT

Rahayu Wulandari Ibrahimelya

Daripada tawuran, mending kita curhat-curhatan




GILAAAA UDAH BERAPA ABAD GUE NGGA NULIS DI SINI

Huhuu sedi

Gue mau ngasih tau penyebab gue jarang nulis di sini. Yang pertama karena sibuk ngurus skripsi dan yang kedua karena hasrat menulis ngga tau kenapa tiba-tiba ngilang huhuu
Yang pastinya alasan pertama hanya alasan pura-pura alias YA BILANG AJA LU LAGI MALES NGEBLOG HHH


And now, em back~



Oiya beberapa hari lalu gue dapat kabar duka dari seorang mantan gue. Kalo ada yang berkenan baca kisah awal gue ketemu dia bisa dibaca di sini dan endingnya ada di tulisan ini
Di tahun 2016 akhir, dia menikah. Seminggu setelahnya dia sempat nelpon gue. Di obrolan itu dia minta maaf berulangkali ke gue. Gue bingung donk yhaaa

Dia bilang maaf, karena tahun ini harusnya gue yang nikah sama dia, tapi dia malah nikah sama orang lain. Gue mau ketawa waktu itu. Yawlaa itu kejadiannya waktu taun 2014 keleus. Gue malah udah nggak mempermasalahkan hal itu lagi hhh

Dan kalo ditanya siapa lelaki yang pernah bikin gue galau terparah ya dialah orangnya hoho

Waktu istrinya lahiran dia sempat ngechat gue. Gue juga responnya kayak biasa. Selamat ya blablablaa gitu doang. Tapi demi apapun, gue udah memaafkan segala kesalahan dia. Hubungan gue sama dia baik baik aja.

Waktu puasa kemarin, gue dapat kabar kalo dia masuk rs. Diopname udah dari awal tahun. Gue mau jenguk, tapi lokasinya jauh bgt. Gue sempat liat fotonya yang terbaring di kasur. Badannya udah kurus, pipinya udah kurus bgt astagaaa

Seminggu lalu dia masuk ICU. Keadaannya kritis. Badannya makin kurus. Dan beberapa hari yang lalu gue dapat kabar kalo dia sudah pergi untuk selama-lamanya. Gue sedih karena dari gue tau kabar dia sakit, gue nggak menyempatkan diri untuk jenguk huhuuu

Yodalaya semoga beliau tenang di sisi-Nya. Aamiin.

Ngomong-ngomong soal urusan cinta, gue selalu gagal alias SEDI AMAT IDUP LU LAN HAHAHAA


.

.

.


Okay


Dua tahun lalu gue kenal seseorang lewat dunia maya. Awalnya dia nyasar ke blog gue. Trus dia ngechat gue lewat line. Kami ngobrol intens. Dia asdos di ITB. Iye jauh bgt yak. Dia orangnya kalem dan baik. Sampai suatu hari dia memutuskan untuk melewati malam tahun baru di Pekanbaru. Yoda yekan, kami ketemuan, ngobrol, gue kenalin ke rumah. Dia di Pekanbaru selama 2 hari.

Bulan bulan berikutnya, kami memutuskan untuk berpisah karena something.

Perkenalan lewat blog dalam mendapatkan jodoh pun gagal


.

Oke, ngga papa

.


Awal tahun ini, gue iseng donlot tinder HAHAHAA AYO TERTAWA GAESSS

Dulu tuh yang ada dalam otak gue saat mendengar kata tinder adalah,

YAELAH ITU APLIKASI UNTUK ORANG YANG NGGA LAKU DI DUNIA NYATA, MAKANYA NYARI JODOH LEWAT DUNIA MAYA HAHAHAHA NAJIS

Sampe akhirnya gue sukses mendonlot aplikasi itu di hengpon gue
Sumpah, gue ngga tau cara mainnya gimana. Swipe kanan ama kiri tuh beda ternyata. Kalo kita nge-swipe foto user tinder ke kanan berarti kita suka ama orangnya. Kalo swipe ke kiri, berarti kita ngga tertarik ama orangnya. Oh ngono toh, ujar gue dalem hati.

Baru mabelas menit gue instal tinder, eeh gue match ama seseorang. Kenalan, tukeran whatsapp. Siangnya telponan, malemnya ketemuan. Sungguh gercep emang!

Trus kami deket. Sering main, jalan, makan. Keluarga juga udah kenal. Ya gimana ngga kenal, kan gue tiep punya 'temen' cowok, akan selalu gue kenalin ke ortu. Yodah yekan.

Setelah masuk ke bulan kelima, kami berpisah karena something

Iyee, baru seminggu lalu gue putus hahahaa mangtap emang!

Tapi yang perlu kalian tau, otentu saja gue tida menangis. Ngga tau kenapa, beberapa tahun belakangan ini, tiep putus, gue ngga pernah nangis. Sedihnya juga cuma sehari doang hahaaa. Gue udah mati rasa apa gimane sih anjrut

Gue tadinya mulai mikir untuk instal bigo di hengpon. Kali aja bisa dapat jodoh di sana. Tapi gue minder, soalnya tete gue kecil. Ukuran tete gue kira-kira segini



                                              



Syarat utama maen bigo kan harus gede. Niatnya. Segala sesuatu itu kan harus diawali dengan niat.

Yodalaya, begitulah kisah cinta gue selama dua tahun belakangan ini.

.

.

.

Setelah kisah cinta gue lewat blog dan tinder gagal, kali ini gue ingin berkata,



Mo donlot tantan aja ah!




Share
Tweet
Pin
Share
4 comments



'' Hahahaaaa aku ketawa mulu kalo inget itu, '' ledak suaraku memecah obrolan hangat yang sudah sedari tadi kita lakukan.

Aku mengangguk-ngangguk pasti sambil menahan senyum saat pikiranku kembali melayang pada masa-masa ketika kita duduk di bangku sekolah dulu. Membayangkan kita yang selalu berjalan kaki bersama saat hendak berangkat sekolah, dengan kamu yang selalu mengomel saat langkah kakiku berjalan dengan cepat. Dengan alasan, ' Biar aku bisa lebih lama ngobrol sama kamu, ' dan itu sukses membuatku menurunkan kecepatan langkah kakiku.
Aku hampir menahan tawa saat mengingat tingkah konyolmu yang selalu menghiburku di sela-sela pelajaran matematika yang membuatku bosan setengah mati.

Siapa sangka ' goodbye and goodluck ' yang pernah kutulis dua tahun yang lalu pada lembaran binder harian milikku saat terakhir kali kita bertemu, ternyata tidak membuat kita benar-benar berpisah tanpa bertemu muka seperti goodbye yang sesungguhnya.


Kita bertemu lagi. Saat ini.


Kita kembali bercerita tentang banyak hal yang masing-masing kita lewati selama kurang lebih dua tahun tak berjumpa. Juga tanpa komunikasi melalui media apapun. Segala tentang pekerjaan, keseharian, perkuliahan, teman-teman baru, teman kerja dan banyak hal lainnya kini mengalir menjadi obrolan di antara kita.

Sebenarnya banyak sekali yang ingin kutanyakan kepadamu. Apakah kamu masih tetap tidak menyukai minum dengan menggunakan sedotan? Apakah kamu masih meletakkan sate, sebagai makanan istimewa dengan nomor urut paling pertama? Lalu bagaimana dengan kebiasaanmu yang selalu membeli baju dengan jumlah selusin yang kerap sekali kamu lakukan? 'Supaya puas pakai baju yang sama setiap harinya, ' begitu alasanmu.

'' Kok bengong sih? ''

Aku terkejut dan mendapatkan ekspresi bingung penuh tanya yang tergambar pada raut wajahmu.
Wajahmu masih sama dengan wajah yang aku kenal pertama kali pada 5 tahun lalu.  Gaya bicaramu juga tetap sama, kali ini lebih berwibawa.

Sejujurnya, di sela-sela obrolan ini, aku benar-benar berharap agar waktu dapat berhenti sejenak. Barangkali hanya sekian detik. Aku masih bingung dengan apa yang membuatku ingin menahanmu di sini. Tetap dengan posisi duduk saling bertatapan seperti ini.

Aku terdiam. Sesekali senyum dan anggukan bergerak cepat seiring dengan lantunan cerita-cerita konyolmu. Aku hampir saja mati tertawa mendengarnya. Aku bahagia. Sungguh.

Bagiku, cuma kamu yang aku perbolehkan untuk membangunkanku dengan deringan handphone di tengah malamku.
Cuma kamu yang aku izinkan untuk menyeruput teh hangat tanpa izin dariku.
Cuma kamu yang aku perbolehkan untuk memaksaku mengenakan mantel, seperti yang selalu Ayah pesankan kepadaku.

Karena, cuma kamu yang bisa melakukan semuanya dengan cara semenyenangkan itu.





Share
Tweet
Pin
Share
39 comments
Jumat kemarin, gue yang lagi goler-goleran indah mesra bersama kasur dengan meng-scroll layar hp, menemukan sebuah dp (display picture) bbm yang sangat menggugah hati. Gue melihat sebuah screenshoot percakapan dua orang manusia. Yang isinya seperti ini,

A: Iya Nda, Ayah selalu jaga kesehatan kok. Bunda juga ya, jangan sakit.
B: Iya Yah. Pasti.

Awalnya gue senyum-senyum doang bacanya sambil mikir, '' Wah orangtuanya so sweet ya, perhatian gitu. ''
Sampai pada akhirnya gue meneruskan membaca percakapan yg ada di dp itu.

A: Love you Putri.
B: Love you too Agung.


Fak!

Setau gue pemilik bbm ini Putri, adik dari temen gue. Dan Putri ini masih berstatus sebagai pelajar SMP kelas dua.
Yawloh mau nangis. Kenapa manggil pacarnya pake ayah-bunda segala coba?

Gue kemudian meletakkan hp dan memandangi langit-langit kamar. Pikiran gue melayang dan kembali ke masa-masa saat SMP dulu.
Jujur, gue pernah ada di posisi seperti Putri. Sebagai anak SMP. Punya pacar. Dengan panggilan ayah-bunda.
Allahukbar!

Gue.

Hina.

Tapi jangan salah gaes, menentukan nama panggilan kesayangan antar satu sama lain ini sangat sulit. Tentunya harus ada persetujuan kedua belah dada, eh maksud gue kedua belah pihak. Oke, serius.

Misalnya ada pasangan yang baru jadian nih 5 menit yang lalu. Lalu terjadi percakapan:
Cowo: Emm kita kan baru jadian nih. Menurut kamu, bagusnya kita pake panggilan sayang apa ya?
Cewe: Gimana kalo ayah-bunda aja?
Cowo: Duh jangan dong, mama-papa aja.
Cewe: Aku maunya ayah-bunda!
Cowo: Nggak usah itu.
Cewe: KAMU KOK NGGAK NGERTIIN KEMAUAN AKU SIH?
Cowo: AKU MAU PANGGILAN KITA MAMA-PAPA!
Cewe: KOK LO GITU? YAUDAH KITA PUTUS!
Cowo: OKE!


Gila. Cuma karena berdebat untuk menentukan panggilan kesayangan aja sampai putus.

***

Berikut gue jelaskan panggilan alay apa saja yang pernah gue pakai bersama si pacar ketika itu.

1. Ayah-Bunda
Iya, gue pernah menggunakan panggilan ini. Alay. Najis. Iyuh. Tapi tetep aja waktu itu gue seneng dipanggil dengan sebutan itu. Panggilan kesayangan. Hahaa tapi menjijikan.
Di mata gue, sosok seorang perempuan yang pantas dipanggil dengan panggilan 'Bunda' itu adalah perempuan yang sholehah, rajin sholat, pinter ngulek sambel bawang, kalo dikagetin orang, lantas berucap,  '' MasyaAllah. ''
Gitu.
Berbanding terbalik dengan gue yang saat itu masih duduk dibangku SMP. Sholehah kagak, sholat masih bolong-bolong, ngulek sambel bawang nggak bisa, masak nasi kebenyekan mulu, trus juga kalo dikagetin orang, gue langsung ngucap, '' WOY TAI AYAM LU! ''

Walaupun  gue memang nggak pantas dipanggil dengan sebutan 'Bunda' ketika SMP, tapi kenapa gue pas pacaran manggil Ayah-Bunda ke pasangan. Masih pacaran juga, ahelah.
Bahkan waktu itu.  dengan pedenya gue dan si pacar saling memanggil nama ayah-bunda di depan umum. Di depan teman-teman. Di rumah gue.
Ya Allah, hamba-Mu khilaf :(
Sampai sekarang, gue geli mengingat masa-masa itu.



2. Mimi-Pipi
Itu panggilan kesayangan yang terimut yang pernah gue gunakan. Imut banget gila. Gue menggunakan panggilan ini saat gue duduk di kelas 2 SMK. Parah. Kealayan dari masa SMP gue masih aja terus menempel hingga sampai gue duduk di kelas 2 SMK ketika itu.
Mimi-Pipi. Kayak panggilan Krisdayanti dan Anang ya. Tapi meskipun gue dipanggil mimi saat pacaran, gue nggak selingkuh sama Raul Lemos sih. Gue orangnya setia. Tapi sebenernya leh uga om Raul. Apartemennya banyak, rumahnya banyak.

Eh apa tadi??

Gue masih ingat kejadian waktu kelas 2 SMK. Gue yang sok-sok belajar make up mencoba menggunakan eyeshadow. Tau eyeshadow kan?
Eyeshadow artinya bayangan mata. Sering dipakai pada kelopak mata. Warna warni. Bikin mata keliatan lebih ngejreng.
Beda dengan mantanshadow yang artinya bayangan mantan. Kayak belum move on gitu.
Oke, jangan bahas mantan lebih dalam.

Nah, pagi itu sebelum berangkat sekolah gue mencoba memakai eyeshadow. Berhubung waktu itu gue menggunakan seragam sekolah SMK biasa, putih biru, maka gue memilih menggunakan eyeshadow warna biru.  Asoy.
Gue berangkat menuju sekolah dengan berjalan kaki. Iya sekolah gue deket dari rumah. Kentut doang, udah. Sampai.
Waktu masuk ke gerbang sekolah, gue udah pede mampus nih. Ngerasa paling oke sejagad raya. Sesampainya gue di depan kelas, seperti biasa pacar gue waktu itu sudah nunggu di depan pintu kelas. Temen-temen gue pada ngiri, sampai ada yang bilang, '' Ih pacar lu romantis ya. ''
Romantis apaan. Nunggu depan pintu. Kayak satpam mall. Bhahahaa.
Harapan gue waktu masuk kelas, nantinya gue bakal melihat teman-teman tercengang, terpesona sambil berkata,
  '' Ya Allah, Taylor Swift. ''
  '' Bidadari surga. Subhanallah. ''

Tapi kenyataannya berbeda. Baru gue sampai di depan pintu kelas, pacar gue langsung memandang wajah gue dengan tatapan  kok-tampang-lu-kayak-keset-kaki  kepada gue.
  '' Mi? ''
Gue menoleh. Waktu itu gue seneng banget dipanggil Mimi.
  '' Iya? ''
  '' Itu mata kamu kenapa? Biru-biru. Kayak nyi  roro kidul. ''

Oke.
Akurapopo.
Terimakasih eyeshadow.


Cry.

Sejak saat itu, setiap kali melihat eyeshadow, gue selalu ingat dengan kejadian itu. Kejadian gue yang ketika itu bangga dipanggil Mimi dan dikatain nyi roro kidul oleh pacar.



3. Mamah-Papah
Eits, jangan salah pengucapan waktu manggilnya. Panggilan ini harus dilafalkan dengan suara mendesah. Mamah dan Papah.
Akan ada nafas-nafas terzalimi yang keluar dari mulut saat menyebutkan.
Gue menggunakan panggilan mamah-papah dengan pacar saat gue duduk di kelas 3 SMP. Dalam pandangan gue, sebutan mamah ini menggambarkan sosok seorang perempuan sosialita yang hobinya haha-hihi, nongkrong cantik dan belanja kangkung pake hermes.

Gue seneng dong dipanggil dengan sebutan Mamah. Baik dalam sms maupun panggilan langsung.
Padahal gue sama sekali nggak mencerminkan sosok perempuan yang pantas dipanggil 'Mamah' tersebut. Yang kalo ketawa, '' BHAHAAHA, NGAKAK. HAHAA. ''
Siswa satu kelas dari lantai atas sampai lantai bawah ngeliatin. Jangankan nongkrong cantik, nunggu angkot sampai kelamaan pulang aja udah dicariin. Padahal nunggu angkot juga. Gue yang disalahin.
Boro-boro belanja kangkung pake hermes, ada plastik kresek juga udah syukur daripada kangkungnya cuma diiket karet gelang yang warna merah.

Tapi, jujur. Waktu itu gue bangga parah dipanggil dengan panggilan mamah oleh pacar. Begitu juga gue, manggil si pacar dengan sebutan papah. Kayak di tipi-tipi.
Bedanya kalo papah yang muncul di layar tv, papahnya pake jas dan dasi panjang. Papah kantoran. Gagah.
Kalo papah yang jadi pacar gue, pake dasi juga sih. Sama. Tapi dasinya yang ada tulisan ''tut wuri handayani''.


4. Bawel-Jelek
Ini panggilan yang membuat banyak dosa bagi gue. Gimana enggak, manggil orang sekaligus ngatain. Bawel dan jelek. Dulu waktu facebook lagi hits, gue bangga setiap dapat tulisan '' Sayang Bawel'' kiriman di dinding fb. Panggilan romantis.

Gue takut aja nanti pas di alam kubur, malaikat nanya, '' Coba kamu jelaskan dan uraikan sisi romantis dari panggilan bawel-jelek yang pernah kamu lakukan dalam hidupmu? ''

Gue langsung pura-pura pingsan. Udah meninggal, pura-pura pingsan lagi.


Dan dengan hati yang berbunga-bunga gue dengan pedenya membalas dan mengirimkan tulisan '' Sayang kamu juga jelek '' di dinding pacar.

So sweet. Facebook serasa milik berdua. Gue rasa Om Mark Zuckerberg kalo ngeliat pasti iri dengan keromantisan kami berdua. Trus dengan sukarela menghibahkan facebook kepada kami.
Untung gue nggak sampai ganti nama facebook jadi Whulan chayank Ayah cLaloe polepHeL.

Nggak! Nggak!
Gue nggak sampai sesesat itu.


 ***

Setiap kali gue mengingat masa-masa alay dengan panggilan pacaran saat SMP, rasanya gue mau sholat taubat.

Astaga, gue hina!

Share
Tweet
Pin
Share
42 comments
Ada yang ingat kapan pertama kali jatuh cinta?
Kata orang cinta pertama itu enggak bisa dilupakan. Bener nggak sih?
Meskipun pada kenyataannya cinta pertama kita belum tentu menganggap kita sebagai cinta pertamanya. Karena dia pasti punya cinta pertamanya sendiri.



                                       




Jujur. Gue sendiri merasakan cinta pertama di usia 8 tahun. Gila ya. Gue nggak habis fikir. Anak kelas 3 esde bisa-bisanya mengalami jatuh cinta.
Gue jatuh cinta dengan ketua kelas di kelas gue sendiri. Namanya Fariz. Beneran deh, ini nama asli. Bukan nama samaran.
Fariz bersuku Aceh. Badannya gagah, tampan rupawan. Kepribadiannya juga wibawa banget. Ngomong seadanya. Tipe suami-able gitu. Duuh.
Gue sering kali melirik-lirik dia di setiap kali ada kesempatan. Ada bahagia yang tak terungkap di dalam hati.

Sampai pada suatu hari yang di mana gue mengingat jelas hari bersejarah ketika  gue jatuh cinta untuk yang pertama kalinya.
Pagi itu pelajaran matematika sedang berlangsung. Sialnya, gue lupa membawa penggaris. Padahal beberapa hari sebelumnya, ibu guru udah mengingatkan siswanya untuk membawa penggaris. Soalnya pelajaran kali itu udah masuk ke bab bangun ruang.
Selesai ibu guru menerangkan di papan tulis, seperti biasa anak-anak lainnya sibuk mencatat kembali pelajaran dari papan tulis. Dan gue mendadak bengong saat menyadari bahwa gue tidak membawa penggaris.
Daripada enggak nyatat, akhirnya gue memberanikan diri bertanya ke teman-teman yang posisi duduknya dekat dengan gue.

  '' Temen-temen, ada yang bawa penggaris nggak? ''
Satu kelas hening. Nggak ada yang respon. Gue dikacangin. Parah.
Gue kembali  membuka mulut.

  '' Ada yang bawa penggaris nggak? Pinjem dong. ''

Belum sempat gue menyelesaikan omongan gue, sebuah penggaris hadir tepat di depan gue.
  '' Nih, ''

Seorang lelaki mengulurkan penggarisnya ke arah gue. Gue terkejut. Fariz tersenyum seraya menganggukkan kepalanya ke gue.
Gue diem.
Waktu seakan berjalan lambat. Ada jeda yang membuat jantung gue berdegup cukup kencang. Nafas pun ikut tertahan.

 Ada gejolak yang tak biasanya gue rasakan saat berada dalam situasi saat ini. Ada rasa yang beda. Lain.


Keringat dingin mulai mengalir di sekujur tubuh.

  '' Ini, pakai aja. '' Fariz menyadarkan gue.
  '' Ehh iya, iya. Pinjam dulu ya. ''

Sejak saat itu, gue menyukai Fariz.
Fariz yang berhasil membuat gue jatuh cinta untuk yang pertama kalinya. Kedengarannya memang aneh, bagaimana mungkin anak berumur 8 tahun bisa mengalami jatuh cinta dengan lawan jenisnya? Bagaimana mungkin cinta bisa datang tiba-tiba di usia yang semuda itu. Masih terbilang kanak-kanak.

Tidak hanya itu. Gue juga sering sekali memperhatikan buku absen yang ada di atas meja guru. Memperhatikan deretan nama absen sesuai abjad. Yang dimana nama gue dan nama Fariz hanya terpisah oleh satu nama siswi lain.

Muhammad Fariz
Ningsih
Rahayu Wulandari


Ada senyum yang perlahan mekar di ujung bibir saat jari tangan gue menyentuh deretan nama gue dan nama Fariz.
Ah, andai saja Ningsih tidak ada di kelas ini. Pasti nama gue dan Fariz udah deketan.
Gila. Segitu jatuh cintanya gue dengan lelaki itu.

Semakin hari, gue semakin menyukai sosok Fariz. Sikapnya dalam memimpin kelas, mengatur kelompok, mengatur barisan. Hanya satu kata yang terlintas di benak gue. Gagah.
Naik ke kelas 4 SD, gue tidak lagi sekelas dengan Fariz. Meskipun begitu, setiap jam istirahat gue selalu menyempatkan diri untuk melihatnya dari kejauhan. Melihat punggungnya yang sedang berjalan di paving block halaman sekolah. Melihatnya masuk ke kantor guru, bicara dengan guru, tertawa dengan teman-temannya. Tatapan matanya teduh.

Hingga sampai naik ke kelas 6 SD, gue-masih-menyukai-Fariz.
Gue menyukai saat di mana gue bisa memperhatikan raut wajahnya secara jelas. Ketika nomor ujian akhir murid udah keluar dan terpampang di papan info sekolah, rasanya gue ingin melompat girang saat mengetahui posisi duduk gue tepat di belakang posisi duduk Fariz. Gue juga bingung, kenapa bukan Ningsih yang berada di belakang posisi duduk Fariz. Dan akhirnya gue tau, ternyata posisi duduk sengaja dibentuk zig-zag sesuai nama di buku absen. Syukurlah. Setidaknya dengan posisi zig-zag itu, gue bisa berada dekat dengan lelaki ini. Lelaki yang gue kagumi 3 tahun lamanya.


Ada satu momen yang sampai saat ini masih teringat jelas di benak gue di saat hari ujian akhir berlangsung.
Seperti biasa, setiap kali selesai mengerjakan soal ujian, gue dan Fariz selalu berbicara tentang apa saja. Saat itu obrolan yang paling gue ingat mengenai musibah tsunami di Aceh. Berhubung Fariz adalah orang Aceh, gue selalu bertanya tentang kejadian itu, tentang saudaranya di sana.
Gue selalu senang ketika bisa berbicara dekat dengan sosok Fariz.

Setidaknya dengan obrolan inilah, gue bisa berada dekat sebagai lawan bicaranya. 


Gue juga masih ingat, saking ingin mengobrol dekat dengannya gue pernah membuka pembicaraan dengan kalimat,
  '' Riz, kamu tau nggak. Itu A'a Gym nikah lagi loh. ''
  '' Eh, masak iya? ''
  '' Iya, bla bla bla  ''

Bayangin. Anak kelas 6 SD udah ngomongin tentang A'a Gym yang melakukan poligami. Waktu itu acara gosip di tv memang lagi seru-serunya ngebahas tentang A'a Gym yang berpoligami.
Habisnya, gue nggak tau lagi mau bahas apa dalam obrolan. Gue hanya ingin terus berada dekat dengannya. Meskipun hanya dengan melalui obrolan.



Hingga di hari ujian kedua, gue mendadak kesel dengan Fariz. Fariz tidak sengaja mencopot kartu ujian gue yang tertempel di atas sudut permukaan meja. Di tiap-tiap meja memang tertempel kartu ujian masing-masing siswa. Dengan tujuan agar siswa bisa menyesuaikan posisi duduk dan kartu ujian yang asli sebagai pegangan.
  '' Sorry, aku nggak sengaja. ''
  '' Kamu sih, lihat tuh kan kartu ujianku jadi lepas. Ujungnya juga robek. '' Gue manyun. Sok imut. Jiji.
  '' Iya, aku minta maaf. Blablablaaa.. ''

Hari itu, tidak ada lagi obrolan seusai ujian yang biasa kami lakukan sambil menunggu jam ujian berakhir. Tidak ada lagi membahas tsunami maupun A'a Gym yang menikah lagi.
Setiap kali Fariz menoleh ke belakang untuk mengajak gue mengobrol, gue selalu membuang muka. Diem. Ngambek.
HAHAAHAA KOK GUE GELI YA NGETIK DI BAGIAN INI. NGEBAYANGIN GUE SOK-SOK NGAMBEK.

  '' Lan, maaf. Kan aku nggak sengaja. '' Fariz memutar posisi duduknya. Gue tetep diem sambil melempar pandangan ke arah lain.

Keesokan harinya, gue yang sedang diam duduk manis di kursi terkejut dengan kedatangan Fariz yang terlihat tergesa-gesa. Gue mau nanya sih, tapi gue sadar. Kan gue masih dalam kondisi 'ngambek'.
Fariz meletakkan tas punggungnya kemudian mengeluarkan kotak pensil hitamnya. Kemudian Fariz berbalik arah menghadap gue yang berada di belakangnya.
Dari kotak pensil hitam itu, Fariz mengeluarkan sebuah lem kertas. Dengan tanpa bicara apapun, Fariz langsung saja mengoleskan lem kertas itu ke kartu ujian gue dan menempelkannya kembali di atas meja. Gue sama sekali nggak melihat jelas tangan Fariz yang berusaha menempelkan kembali kartu ujian gue.
Dari posisi seperti ini, gue hanya-ingin melihat raut wajahnya yang tampak serius dan berhati-hati menempelkan kertas tersebut.
  '' Udah kan? '' Fariz tersenyum sambil menutup kembali lemnya.
Gue tersenyum dan mengangguk. Masih nggak menyangka Fariz sebegitu pedulinya dengan gue. Berbeda dengan anak-anak lainnya.

Gue sebenernya mau ngomong,
'' Lemnya masih di pake nggak? ''
Dan membayangkan Fariz yang akan menjawab,
'' Enggak. Memangnya buat apa? ''
Trus gue dengan imutnya membalas,
'' Buat ngelem hati aku dan hati kamu. Biar lengkeeeet terus. ''

Trus gue dilempar lem.

Sayangnya, percakapan itu nggak terjadi. -__-

Setelah kartu ujian gue kembali melekat di atas meja, gue mulai membuka mulut saat Fariz mengajak gue mengobrol.
Ada perasaan yang sulit untuk diungkapkan saat gue mengingat kejadian seperti itu.
Sebegitu tanggung jawabnya dia di usia anak sekolah dasar ketika itu. Gue salut. Dan sikap-sikap seperti itu yang menjadi alasan mengapa gue bisa menjatuhkan cinta kepada sosok seorang Fariz.
Hampir setiap hari gue selalu berdoa dengan kalimat,
''Ya Allah semoga aku lulus SD. Semoga diterima di SMP 1. Semoga hasil ujiannya bagus dan kertas ujiannya nggak ada masalah. Semoga Fariz bisa jadi suamiku. Amin. ''

Nama Fariz, selalu ada dalam setiap rentetan doa gue.


Sejak lulus dari sekolah dasar, gue dan Fariz masuk di SMP yang berbeda. Begitu juga saat di SMA.
Gue sudah jarang bertemu Fariz.
Pernah suatu kali gue bertemu dengannya. Ingin sekali rasanya menyapa teman lama, tapi gue begitu takut untuk memulai.
Setiap kali berjumpa, gue dan Fariz selalu bertatapan beberapa detik sebelum pada akhirnya kami sama-sama sibuk dan kembali pada kegiatan masing-masing. Satu hal yang gue ingat, tatapan matanya masih sama seperti yang dulu. Teduh. Menyejukkan hati.
Tahun lalu, gue juga sempat bertemu dia saat di bulan puasa. Gue yang ketika itu sedang berburu takjil  di pinggir jalan selalu menyempatkan diri melihat jalanan yang macet. Nggak tau kenapa, gue suka macet. Saat berada dalam mobil, gue juga sering memperhatikan korban macet dari balik kaca mobil.
Gue suka memperhatikan orang-orang yang terjebak dalam situasi macet meskipun gue sama sekali tidak berada di dalam kerumunan itu.
Gue bisa melihat raut wajah, gerutuan, omelan dari sikap masing-masing pengguna kendaraan. Gue juga bisa melihat sikap sabar dari beberapa pengendara motor dalam menghadapi situasi macet kala itu.
Dan pada detik itu, tanpa sengaja tatapan mata gue berhenti pada seorang pengendara motor. Fariz.
Lelaki itu...
Entah bagaimana bisa seketika gue menatap Fariz, lelaki itu seperti sadar dan juga menatap gue di tengah-tengah macet yang dialaminya.
Ada beberapa detik saat mata gue dan Fariz saling bertemu. Tak ada obrolan seperti yang kami lakukan saat 6 tahun silam. Tak ada sapaan, senyuman juga tegur sapa.

Mata yang seolah berbicara.


Percaya atau tidak, sampai saat ini gue masih sering menjadi stalker Fariz. Gue hanya ingin tau bagaimana tentang dia, bagaimana sekolahnya, kuliahnya juga tentang pacarnya.
Gue juga sering membaca komen-komenan instagramnya bersama teman-temannya. Tentang ia yang saat itu mendaki gunung, liburan ke pantai, jadi seorang maba, berlebaran dengan keluarganya dan banyak lainnya.

Karena gue hanya ingin tau tentang bagaimana keadaan dia setiap waktu.



Hai cinta pertama.
Sepertinya kamu tidak tau dan tidak akan pernah tau bahwa kepada kamulah aku menjatuhkan cinta untuk yang pertama kalinya di hidupku. Pemujamu dalam diam.
Kepada sosokmulah aku dapat merasakan bagaimana rasanya menyukai seseorang. Dengan hati yang bercampur aduk, dengan hati yang tidak menentu setiap kali aku melihatmu.
Hai cinta pertama.
Aku sangat berterimakasih kepadamu. Dengan adanya kamu, aku menjadi tau bagaimana rasanya guncangan degup jantung dengan skala besar. Aku menjadi tau bagaimana sejuknya hati saat berbicara denganmu. Dengan memperhatikan tekstur wajahmu, lekukan lesung pipimu, setiap inci helai rambutmu.
Hai cinta pertama.
Sukses selalu dalam mewujudkan impianmu :))



Share
Tweet
Pin
Share
63 comments
Cinta tak pernah lelah menjatuhkan hatinya kepada setiap insan.

Seperti kita ketika itu.
Akhir tahunku yang begitu hancur sempat tersusun kembali saat aku mengenalmu. Gelap hitamku perlahan membias dan memantulkan cahaya putih pada kehidupanku. Pada hatiku.
Awalnya aku sempat menolak untuk berkenalan dengan lelaki lain. Apalagi dengan kamu. Seperti yang aku tau, kamu adalah orang yang sibuk. Kesana-kesini dengan berbagai kegiatan, bertemu dengan banyak orang, berinteraksi dengan banyak kepala, dan karena itu aku sempat mengaca pada diriku. Hingga aku merasa aku adalah satu diantara banyak mereka yang ingin mengenal dekat tentangmu. Mustahil.
Tetapi kenyataannya berbeda.
Aku masih ingat saat pertama kali kedua mata itu saling menatap, saat lontaran kalimat basa-basi yang pernah kita ucapkan saat di awal perkenalan. Saat tanya-jawab yang kita perbicangkan di depan rumahku. Dan kita langsung berlari masuk ke rumah saat hujan turun membasahi permukaan tanah.
Kata orang, hujan itu anugerah.
Seperti perkenalan kita dengan obrolan itu. Adalah anugerah.
Perbincangan itu berakhir dengan saling bertukaran nomer handphone. Akhir perbincangan yang sangat indah.

Aku hampir meloncat kegirangan tak terkendali saat melihat sebuah pesan mendarat di handphoneku. Dari kamu. Kamu yang mencoba bertanya tentang kegiatanku, sedang apa dan berbagai rentetan obrolan lainnya. Malam itu, pendekatan kita di mulai.
Selalu saja ada senyum mengambang yang terlukis di sudut bibirku. Ada harap-harap cemas saat aku mengetahui belum ada pesan masuk darimu untukku.

Ketahuilah, aku malu untuk memulai. Karena aku ingin kau yang mendahulu dan percayalah karena aku akan siap mengikuti alurmu.

Masih teringat jelas putaran masa itu. Saat aku dengan keadaan yang mendadak mengajakmu pergi bersama kakakku dan kekasihnya. Saat itu kita masih kaku. Enggan untuk menatap lebih lama. Malu. Lebih tepatnya aku takut kalau kamu bisa menebak sorot mataku yang mengedarkan pandangan bahwa aku telah jatuh cinta.
Perjalanan itu menempuh waktu dua jam. Itu berarti aku akan berada selama dua jam di belakangmu. Berhadapan dengan punggungmu. Punggung yang menjadi saksi bahwa ada senyum bahagia yang tertanam ketika aku bisa berada sedekat ini denganmu. Tak jarang sekali helmku terbentur dengan helmmu saat jalanan yang tidak rata kita lewati. Terdengar seperti benturan yang lucu sekali.
Saat itu, aku bisa melihatmu dengan penuh kelelahan menungguku yang berputar tidak jelas di Gramedia. Bersabar menantiku yang heboh kegirangan diantara banyak tumpukan buku. Aku tenggelam berjam-jam lamanya dikerumunan buku-buku itu. Setiap sudut ruangan bahkan lantai juga sudah ku jelajahi demi mencari sebuah buku. Tak peduli penat yang mulai merambati tulang kakiku.
Hampir dua jam aku berkeliling di dalamnya, dan saat aku menemuimu aku terkejut. Kamu masih tetap berdiri dan membaca buku di depan rak yang sama seperti saat dua jam yang lalu. Saat kita pertama kali sampai di sini.
Kamu juga sabar saat menungguku mencari sepatu. Mengitari mall yang penuh banyak orang. Hingga akhirnya kita kelelahan dan kamu mengajakku untuk beristirahat dengan segelas cappuccino. Aku bisa bernafas lega bersamaan dengan tegukan cappuccino dingin itu. Juga saat posisi kita yang memungkinkan aku untuk berhadapan dengan wajahmu, bukan lagi dengan punggungmu.
Ah, momen itu terasa jelas terngiang di benakku.
Magrib itu, hujan turun rintik-rintik. Lagi-lagi hujan yang menyaksikan kebersamaan kita.
  '' Apa kakak terlalu kencang bawa motornya? Kalau iya bilang saja ya. ''
Kalimat itu yang sempat terlontar dan memecah suara rintikan hujan. Aku hanya mengangguk dan menikmati setiap tetesnya.
Malam itu, kita semua tertawa saat melihat wajah kelelahan satu sama lain.

Pendekatan itu akhirnya mencapai sebuah status. Perjalanan baru yang akan kita tempuh berdua. Saling merajut kisah setelah sebuah cokelat dengan tulisan indah kamu sodorkan di hadapanku.
Aku bahagia bisa menjadi salah seorang perempuan yang kamu cintai. Yang selalu hadir menemaniku kapan saja.
Selalu ada yang membuat pagiku bahagia saat pesan masuk mendarat di handphoneku. Ucapan selamat pagi yang indah. Sangat istimewa.
Bagaimana mungkin aku tidak mempersiapkan tempat untuk kenyamanan yang sehebat ini?
Sungguh, ini hal mustahil yang terjadi hingga bisa kurasakan di saat ini.

Meski aku kerap sekali bertahan dengan emosiku, berpacu menyuarakan amarahku, bertingkah seperti anak-anak, bahkan kita sempat saling berdiam diri. Menunggu salah satu akan mengulurkan tangan lebih dahulu. Aku dan egoku sangat kuat. Hingga pada akhirnya, lagi lagi kamu yang mengalah untuk setiap hal kecil perselisihan kita.

Aku tak pernah meminta waktu banyakmu untukku, karena aku tau kita semua memiliki kehidupan masing-masing. Kita mempunyai sahabat, teman, saudara, guru juga keluarga. Aku tau akan hal itu.

Hanya saja aku ingin kita bisa menempatkan dan menyisihkan dua jam dalam kurun waktu seminggu. Bukan sehari, tapi seminggu.
Kita jauh? Tidak. Hanya sepuluh menit untuk bisa bertemu.

Sampai pada akhirnya kita beneran jauh. Jarak yang menjadi penghalang rindu yang menggebu. Rasa hendak bersua kerap sekali hadir memecah benakku. Tapi bagaimana caranya?

Aku selalu percaya bahwa komunikasi adalah kunci utama sebuah hubungan. Dan karena itu aku ingin kita selalu menerapkan itu untuk saling mempertahankan hubungan ini. Bicaralah. Meski itu dalam keadaan apapun.
Tiga bulan lamanya sang jarak menjadi perantara bagi kita. Ini sama sekali tidak mengurangi kadar perasaanku padamu. Sama sekali tidak. Bahkan semakin meningkat saat telingaku menangkap suara di seberang telefon. Suara yang mampu meredam rindu yang bergejolak hebat.
Selalu ada rasa kantuk yang menyerang saat aku berusaha untuk menemanimu mengerjakan tugas. Berulang kali kamu bertanya, berulangkali juga aku membohongimu bahwa aku-masih-belum-mengantuk.
Jarak dan sinyal. Dua paket yang tak terpisahkan itu seakan mencoba menghancurkan tembok kokoh yang telah kita bangun bersama.
Aku membenci sinyal. Aku membenci jarak. Namun percayalah, aku adalah seorang pejuang LDR yang tangguh.

Ada tatapan mata yang mendalam yang merasuk dan mencoba menghentikan denyut nadiku. Tatapan kedua mata yang selalu ku nantikan setiap malam.
Mulai hari itu, sinyal dan jarak telah letih menghampiri kita. LDR itu telah usai.
Kita adalah kebersamaan yang dekat.

Walaupun hanya seminggu saja kebersamaan itu hadir untuk kita, lagi-lagi aku harus memasang label sebagai Distancer saat menemanimu di terminal. Melepasmu untuk pulang menemui keluarga di sana. Meskipun ada genangan air yang siap untuk jatuh di ujung mata.

Namun, aku percaya. Jarak jauh itu yang membuat kita semakin terasa dekat.

Hari itu, tepat sebulan semenjak aku menyaksikanmu pergi di terminal, kamu kembali lagi di sini. Mencairkan segala kebekuan yang tertinggal semenjak aku berusaha menepiskan rasa cemas dan rindu itu.
Di bawah sorotan lampu jalanan. Di bawah rintikan hujan yang dengan derasnya mengguyur jalanan kota. Aku dan kamu tengah berteduh di depan emperan toko. Hampir saja kebasahan.
Lagi-lagi hujan menjadi saksi tentang kebersamaan kita. Dan aku berharap agar suatu saat nanti sang hujan dapat mengulas kembali momen indah ketika itu.
Aku pernah melukiskan angan, mengukir impian. Berharap langkah kaki kita mampu beriringan bersama hingga derap kaki kita dapat memecahkan keheningan angkasa. Dengan tawa yang menggelegar, senyuman konyol yang melekat, juga tangan yang saling mengenggam.


Tidak sampai seratus hari setelah hujan dan kita yang berteduh itu, ada hal yang seakan sedang mencoba merayapi  titik kesabaranku. Menguji sampai sebatas apa aku bertahan.
Berkali-kali aku lelah dengan berpura-pura tenang dengan keadaan seperti ini. Hei, itulah hebatnya seorang perempuan. Mampu menutupi keadaan yang seburuk apapun dengan topeng penuh eksrepi bahagia. Seolah sedang baik-baik saja.
Seperti yang sudah pernah ku bilang dahulu, aku sama sekali tak pernah merekrut semua waktumu jika hanya untuk dihabiskan bersamaku. Hanya saja, kita harus saling bisa membagi waktu.
Kenyataannya tak lagi sama. Berbeda 360 derajat.

Tidak ada lagi tawa dan cerita konyol yang memenuhi telingaku. Tidak ada lagi Sabtu-Minggu bersama. Tidak ada lagi curhatan protes, sebal dan lucu yang dulu kerap sekali kita perbincangkan.
Masih kukecap jelas raut wajah terbahak-bahak kita saat menyaksikan aku yang terjatuh ketika mengenakan heels. Aku malu bukan main, sementara kamu tertawa dan kemudian menenangkan rasa maluku.

Percayalah, saat ini aku sudah mulai terbiasa dengan cara seperti ini. Kita yang saling acuh tak acuh.
Aku yang dulu selalu menghela nafas saat tidak ada sms darimu di pagi hari, kini mulai terbiasa. Bukan, bukan aku membalas dendam dengan perlakuanmu itu padaku. Tidak seperti itu.
Hanya saja aku lebih memilih untuk tidak membuat rumit keadaan ini. Itu saja.

Hei, bukankah jarak dan sinyal kini telah menjauh dari kita? Kita sudah terbebas dari dua hal itu bukan?

Namun kenapa aku masih merasa kita adalah jarak yang jauh.
Sangat jauh.
Dan entah untuk yang keberapa kalinya.

Aku akan mengikuti alurmu.


Ah udah ah. Ntar yang baca pada baper.

Share
Tweet
Pin
Share
41 comments
Masih sambungan dari postingan sebelumnya.
Hari itu gue bener-bener lost contact alias nggak ada komunikasi dengan pacar. Dari malam sampai malam lagi. Seharian.
Gue sampe mikir, apa jangan-jangan gue sekarang udah positif jomblo? Gue jomblo? Nggak punya pacar dong? Aaaaaa..
Mengingat sms terakhir kali yang gue layangkan ke pacar yang isinya gue ingin menyudahi hubungan karena sikap ketidakpeduliannya. Gimana enggak peduli, gue ulangtahun masak dia nggak ngingat. Pake acara marah segala.
Oke, gue yang mengambil keputusan maka gue harus berani menerima resikonya. Apapun itu.

Malam harinya gue tenggelam di dalam selimut. Adem ayem.
Jam menunjukkan pukul setengah sembilan malam.
Sambil membaca buku Tere Liye kiriman hadiah dari si anu juga dibarengi chat dengannya.
Kalau nggak salah, obrolan yang kita bahas terakhir kalo nggak salah membahas tentang buku-buku Tere Liye. Gue dikatain kudet karena nggak banyak tau tentang judul buku dari penulis itu. Lah, memang iya sih. Hehee
Chat terhenti saat ibu masuk ke kamar.
  '' Lan, itu di luar ada Lisa. ''
Gue langsung memeriksa chat. Aneh, biasanya Lisa pasti nge chat duluan sebelum pergi ke rumah gue. Chat dari Lisa kosong.
  '' Tumben Lisa datang jam segini, '' ujar gue sambil ngikat rambut dan berjalan keluar kamar. Malam itu gue yang sedang mengenakan celana pendek, baju kaos, dengan krim masker muka yang masih menempel di wajah dan rambut yang acak-acakan karena tiduran tadi dengan pedenya membuka pintu keluar rumah.
Nggak papa deh pake celana pendek, lagian kan yang datang ke rumah juga Lisa. Temen cewek.

Gue langsung saja membuka pintu.
Gue bengong. Nggak ada orang di luar. Jam setengah sembilan di lingkungan rumah gue bener-bener sepi.
Gue sempat memicingkan mata beberapa kali. Memastikan bahwa agak jauh dari rumah gue, ada sebuah motor terparkir. Gue kenal motor itu.
Motor si pacar.
Gue langsung menutup pintu dan kembali ngacir masuk kamar.

Ngapain lagi dia ke sini? Udah gue putusin juga. Huh.

Gue kembali naik ke atas tempat tidur trus selimutan. Melihat itu, ibu langsung masuk ke dalam kamar.
  '' Loh Lan, itu Lisa di luar dari tadi. Kenapa masuk? Kasian dia udah nungguin daritadi. ''
Gue diem mendengar ucapan ibu. Lisa? Nggak ada Lisa.
Apa yang ibu lihat di luar tadi bukan beneran Lisa? Penampakan Lisa?
Tapi kenapa ada motor si pacar di luar? Apa jangan-jangan Lisa jadian sama pacar gue?
Hah? Kok bisaa??

Gue makin kacau. Pikiran dan pertanyaan bodoh masuk ke kepala gue.
  '' Ganti baju sana. Pake baju yang panjang. Udah malam, dingin. ''
Gue langsung buru-buru ganti baju dan nggak lupa juga mencuci krim masker wajah yang masih melekat. Di dalam kamar mandi gue hampir saja kembali mewek. Gimana kalau itu beneran si pacar yang datang?
Buat apa dia datang? Kemarin juga udah lupa dengan tanggal ulangtahun gue, nggak ada ngucapin juga. Huuhu~

Selesai membasuh muka, gue langsung berjalan pelan ke ruang tamu. Membuka pintu dan TARAAAA
Gue kaget.
Si pacar udah berdiri sambil senyum dengan memegang sebuah kue dengan lilin menyala di atasnya.
Antara masih kesel, kaget dan pengen ketawa. Gue langsung mundur sambil menyandarkan badan pada daun pintu.
  '' AAAA JAHAT ! '' gue teriak kenceng.
  '' Kenapa jahat? Ini. Selamat ulangtahun ya? ''
Gue tetep cemberut. Masih kesel. Gue memperhatikan lekat-lekat lilin yang ada pada kuenya.

ASTAGAH, INI KENAPA LILINNYA ANGKA 20 ? UMUR GUE KAN MASIH 19. HUWAAA

Sumpah gaes, gue nggak habis fikir. Ini maksudnya ulangtahun gue hari ini dengan tahun depan di rapel atau gimana nih?
Muka gue tua apa gimana?

  '' Hehee, lupa lupa. Maaf ya. Kirain umurnya 20 tahun. ''

Gue hanya cengengesan sambil buru-buru menelan ludah. Laper. Lama amat kuenya di potong. Pisau mana pisau?

Dan malam itu, gue baru tau bahwa semua kejadian ini adalah skenario dari kakak, ibu dan si pacar. Dengan penuh semangat ibu menceritakan gimana keadaan gue kemarin.
Ngambek seharian, di kamar mulu, kesel sendiri. hahaa
Raisa malu deh.



Diumur yang semakin tua ini gue enggak banyak berharap apa-apa. Terimakasih untuk teman-teman yang udah mendoakan yang terbaik buat gue.
Dan gue bener-bener seneng saat ada satu doa yang baru kali ini gue denger.
  '' Semoga dream notenya cepat terwujud. Amin ''
Doa yang langka banget ini :)) Ada yang mengingatkan gue dengan dream note.

Dengan doa itu, gue jadi lebih semangat untuk melakukan kegiatan demi terwujudnya semua list yang menjadi dream note gue selama ini.
Tengkiyu beh.





Maafkan kuenya yang boros umur setahun. Percayalah, gue masih belasan kok.
Maafkan mata sembab gue ya. Kemarin habis nangis semalaman. Gimana sipit mata gue, udah kayak orang china belum?
Maafkan  foto bawah paling kanan ya.

 Doain gue panjang umur, biar besok-besok bisa ulangtahun lagi. Yuhuu
Tengkiyu. Bye :)


-__-



Gaya udah sok feminim-able. Enggak sadar kalo satu kaki masih naik ke sofa.
Maaf ya. Gue kadang memang gitu. Suka lupa dengan jenis kelamin sendiri.



blur. Foto gak jelas. Difotoin adik. Lupa ini gue kenapa bisa ekspresi kayak gini.
Monyong segala. -_-


Share
Tweet
Pin
Share
37 comments
Selamat malam teman-teman setanah air..

Kali ini gue bakalan cerita tentang kejadian terabsurd yang gue alami kemarin.Hari minggu tanggal 14 Juni lebih tepatnya.
2 hari sebelum hari Minggu, gue dan kakak beserta teman-teman kampusnya berencana untuk hadir di acara Pemilihan Duta Mahasiswa Genre 2015.Berhubung kakak gue ditahun kemarin udah mendapat juara 2, maka ditahun ini kakak gue mengutus anak didiknya sebagai junior untuk ikut menjadi peserta dalam ajang pemilihan itu.
Kakak gue ngutus 3 orang anak didiknya, dan Alhamdulillah yang masuk 10 besar adalah 2 orang dari utusan kakak gue. Sedangkan 1 orang lagi belum lolos ke 10 besar.
Gue akui, usaha dan perjuangan kakak gue beserta anak didiknya bener-bener hebat.Harus menghafal materi, harus mendalami bahan persentasi, sampa larut malam pun juga dijabani.
Niat mereka memang besar untuk jadi juara !

Dan setelah dikarantina selama 3 hari, akhirnya tibalah malam grand final yang jatuh pada hari Minggu tanggal 14 Juni 2015.
Kakak gue dan temen-temen kampusnya berencana untuk hadir dalam memberi support untuk Bang Mulqi dan Kak Putri. Dan gue, yang-sama-sekali-bukan-anak-kampus, sok-sok ikutan untuk hadir diacara itu.Untung aja, kakak gue ngebolehin. Dan temen-temennya juga welcome. Baik dehh..
Dan berhubung pacar gue dan kakak merupakan teman sekampus, itu berarti gue bisa barengan pergi ke sana sama pacar. Gue pinter deh..

Hari itu gue, yang selama 4 bulan menyandang status LDR yang super menderita gara-gara sinyal yang minta ditimpuk  akhirnya bisa melepas status itu.Yeay !!
Hari Minggu itu, doi resmi menyelesaikan PKL nya di perusahaan yang letaknya cukup jauh dari rumah gue. Gue enggak LDR-an lagi..Yuhuuu !
Doi berangkat balik dari sana jam 10 pagi dan sampai disini sekitar jam setengah 1.
Sesuai info keberangkatan, seluruh mahasiswi diharuskan ngumpul dikampus jam 3 sore dan berangkat menggunakan bus.
Gue langsung seneng dong.Udah penasaran gimana rasanya naik bus, soalnya kalo di ingat-ingat, terakhir kali gue naik bus pas kelas 5 SD. Itu berarti sekitar 9 tahun yang lalu.
Gue yang udah dandan cantik kayak Raisa terpaksa harus nungguin kakak gue yang make up nya sangat, sangat lama! Betah amat yak, berdiri didepan kaca sampe setengah jam, bahkan lebih.
Dan akhirnya gue dan kakak otewe ke kampus.
Sebelumnya dari rumah, gue memilih untuk mengenakan higheels mengingat acara pemilihan itu merupakan acara formal se-provinsi.
Agak ragu juga sih gue, takut jatuh, hahaa.. Soalnya gue jarang banget make heels.
Satu hal yang gue pesankan ke diri gue sendiri sebelum berangkat,
‘’ Harus jalan pelan-pelan ‘’. Iya, harus jalan pelan-pelan dan berhati-hati.Oke, gue pasti bisa.

Pas sampe dikampus, gue masih nunggu pacar yang katanya ‘sebentar lagi’ bakal datang. Gak tau deh kata ‘sebentar lagi’ dalam kamus dia seperti apa. Mungkin maksudnya, 2 jam lagi, atau 5 hari lagi. Entahlah.. Dan sekitar jam 3 lewat 12 menit si pacar datang.
Pas pacar gue baru nyampe, eeh si kakak malah minta tolong ke pacar gue untuk dibeliin obat anti mabuk.Kakak gue orangnya memang pemabuk berat. Perjalanan 2 jam aja mabuk, jalan dari kamar ke kamar mandi aja mabuk, minum air putih 2 gelas aja mabuk.
Disitu gue sempat ngecengin dia.

‘’ Elaah, perjalanan 2 jam doang mabuk, cemen banget ‘’ gue cekikikan.
Pas pacar gue dateng, si kakak langsung minum obat anti mabuknya.Sedangkan gue duduk anteng sambil mainin hp.
Jam menunjukkan pukul setengah 4.
Semua mahasiswa mulai bergerak menaiki bus mini yang udah terparkir didepan kami.Saat bus mulai jalan, eeh ternyata ada 2 cowok lagi yang belum ikut.Katanya, ‘sebentar lagi’ sampe di kampus.Entahlah, kayaknya arti kata ‘sebentar lagi’ pada masing-masing orang berbeda-beda.
Hampir setengah jam kami nunggu 2 cowok itu.
Benar-benar budaya Indonesia tanah air tercinta banget deh, orang-orang nya menerapkan budaya ‘’NGARET’’.
Tepat jam 4 sore, baru deh 2 cowok cantik itu datang ke kampus. Kenapa gue bilang cantik?Iya, ternyata mereka sedikit melambai.Alias cucok. Gue bisa pastikan, mungkin alasan mereka datang terlambat karena kelamaan make up dan luluran.
Gue yang duduk di posisi pojok bagian belakang sebelah kanan mulai menikmati perjalanan yang cukup seru.Iya seru.Macetnya, ngebutnya, macet lagi, seru deh.Apalagi gue bisa ngeliat pemandangan dari posisi tinggi seperti ini.
Perjalanan mulai memakan waktu setengah jam.Gue mulai sedikit ngerasa agak kesal.Soalnya setiap kali ngelewatin jalan berlubang, gue yang paling tersiksa.Udah di belakang, paling pojok lagi.Mirisss !
Gue mulai pusing nih pemirsa.
Untungnya pacar gue langsung ngerti, gak perlu pake kode-kodean segala. Kayak lo ngodein gebetan yang sampe sekarang gak peka-peka juga. Wkakaa
Pacar gue ngasi freshcare. Untunglah..Gue udah agak baikan.
Beberapa menit kemudian, gue kembali ngerasa pusing.Mau apa-apa juga udah lemes.
Akhirnya dengan berat hati gue ngomong ke pacar,
  ‘’ Yang, bagi obat anti mabuk yang tadi dong. Pusing nih..Mual ‘’
Disitu gue bener-bener ngerasa malu.Hahaa.Udah ngejek kakak, eeh malah gue nya sendiri yang mulai mual.
Setelah minum obat anti mabuk, gue cuma bisa diem. Berkali-kali si pacar ngajakkin ngomong, tapi gue cuma diem.
  ‘’ Yang, liat deh itu bla..bla..blaa ‘’  
Gue diem.
  ‘’ Hahaa, itu kenapa gitu ya yang… ‘’
Gue diem sambil nutupin mulut pake saputangan.
‘’ Yang, mau minum? ‘’
Gue diem, trus geleng.
  ‘’ Kalo mau ke sana, bisa lewat sini juga ya yang? ‘’
Gue diem lagi.
‘’ Kamu pusing yang?‘’
Gue ngangguk sambil terus nutupin mulut pake saputangan.Yawloh, gue cemen banget yak.
‘’ Yaudah sini, aku pijitin ‘’
Gue yang waktu itu sedang berasa di detik-detik terakhir akhirnya ngenolak tawaran si pacar buat mijitin kepala gue.Soalnya itu bakalan bikin gue makin mual.
  ‘’ Gak usah deh ‘’
Pacar gue langsung diem kayak patung.
Selang beberapa menit kemudian, doi ngomong ke gue.
 ‘’ Kalo mau muntah, bilang ya yang ‘’

HUUAAA jangan bilang gitu dong..bagi gue kalimat itu artinya sama dengan,
  ‘’ Udah, kalo muntah, muntah sekarang aja. Gak usah pake lama !‘’ gitu.
Gue ngangguk pelan.
Berhubung dari rumah gue sok-enggak-bakalan-mual, maka gue gak ada persiapan bawa plastik.Gue makin mual pemirsa. Makin muuaaaaaall…….
Gue harus bisa nyari sesuatu yang bisa gue jadiin korban untuk tempat ‘itu’.
Didepan gue cuma ada tas jinjing dari pembelian parfum yang isinya sepatu kakak gue. Disamping kanan gue ada kaca yang sama sekali gak bisa dibuka. Disamping kiri gue ada si pacar.
Gue narik nafas pelan.
Nelan ludah.
Narik nafas lagi.
Nelan ludah, tapi susah banget rasanya. Kayak nelan trotoar jalanan, susaaahh amat !
Gue ngelepas saputangan yang udah hampir setengah jam gue pake untuk nutupin mulut sedari tadi,
Dan…
Gue langsung ngeluarin sepatu kakak gue dari tas jinjing itu, kemudian
HUEK !
Gue muntah didalam tas jinjing itu. Benar-benar muntah yang elit. Muntah didalam tas jinjing. Keren kan. Kalo muntah dalam plastik itu mah biasa, jarang-jarang ada orang kayak gue yang muntah didalem tas jinjing.
Ya tapi tetap aja sih namanya, Muntah. Hiks..Gue cemen.
Pas gue mulai muntah, si pacar langsung panic, heboh kayak mau ibu-ibu mau lahiran.
Dan Alhamdulillah ya, gak lama kemudian gue berhenti muntah.Setelah minum, dan di olesi freshcare lagi, gue mulai enakan.
Gak nyangka gaes, muntah gue elit.
Dan gak nyangka juga dia mau bantuin gue pas muntah.Padahal gue kira dia bakalan jijik atau apalah gitu.Ternyata enggak. I’m so lucky to have him

Gak lama kemudian, bus berhenti diparkiran hotel. Perut gue bener-bener dingin. Kayak es dalam jus alpukat. Yawlohh, kenapa jadi ngomongin jus alpukat gini sih.Kan jadi pengen.-__-‘
Pas gue turun, pacar gue langsung ngambil tas jinjing yang berisi ‘itu’ dan langsung ngebuang nya ke tempat sampah.
‘’ Yuk, langsung naik ‘’
Kami yang berjumlah kurang lebih 15 orang, mulai masuk ke hotel dan naik ke lantai 12 tempat dimana acara itu berlangsung. Jam menunjukkan pukul 7 malam. Denger-denger sih acaranya mulai jam setengah 8.
‘’ Yang fotoin dong ‘’
Itu kalimat yang gue lontarkan saat baru saja menghenyakkan pantat di kursi tamu undangan.Mumpung ballroom masih sepi. Hahaa
Setengah jam lamanya kami duduk dan nunggu acara dimulai.
‘’ Udah jam setengah 8 nih, acaranya mulai jam berapa sih ‘’ omel gue.
Gue mulai nyari kakak yang udah hilang sedari tadi.Dan bener aja, dia keliatan sedang asyik ngumpul dengan temannya sesama Duta Mahasiswa senior tahun lalu.
Gue mulai kesel. Mana perut belum di isi lagi, kan tadi udah dikeluarin semuanya ke dalam tas jinjing.
  ‘’ Yang, turun yuk. ‘’ pacar gue mulai ngomong.
‘’ Kemana?‘’
  ‘’ Ke bawah, cari makan dulu ‘’
Hah?Makan?
OKEE..
Gue langsung ngangguk.Kita pun turun ke bawah, nyari makan, kemudian naik lagi ke atas.
Tepat jam setengah 9, acara dimulai.
Acara berjalan lancar hingga akhirnya babak akhir penentuan 5 besar mulai berlangsung.
Gue deg-degan.
Pas nunggu para juri diskusi untuk menentukan 5 besar, gue mulai ngerasa bête. Bosen..
Akhirnya gue selonjorin kaki dan badan gue rendahin ke bawah. Sekalian merilekskan punggung. Capek woy, tegak mulu punggung gue sedari tadi.
Pas gue lagi asyik nikmatin posisi enak kayak gitu, pacar langsung ngomel.
  ‘’ Kamu duduknya yang bagusan dikit dong. Malu diliatin orang ‘’
Huh.
Maklum, anaknya preman.
Pas juri kembali lagi ke posisinya, gue mulai degdegan.
Lampu mulai dimatikan.Musik mengalun pelan.
Daaaaannn..
Alhamdulillah. Bang Mulqi mendapat juara 1 sebagai Duta Mahasiswa tahun 2015.
Gue merinding. Alhamdulillahh…
Gak sia-sia gue dateng jauh-jauh kesini dan pake acara muntah-muntahan segala. Gue teriak kenceeenngg.. Sorakan gue ngalah-ngalahain sorakan abang kenek angkot.
Pas selesai acara, gue foto-foto narsis bareng Bang Mulqi. Salut deh sama perjuangan mereka yang dari awal bener-bener giat berlatih.

Jam udah menunjukkan pukul setengah 1 malam. Akhirnya kita semua turun ke bawah.
Pas sampe dilantai bawah, gue mendadak kebelet pipis. Berhubung saat itu temen-temen yang cewek udah ke bawah duluan, terpaksa deh gue sendirian masuk ke toilet. Takuuut hahaa
Agak ragu juga sih pas pengen masuk toiletnya. Tapi yang namanya udah kebelet, ya mau  gimana lagi.
  ‘’ Yang, kamu berdiri disini yaa. ‘’  
Si pacar mendekat ke depan pintu toilet. Pas gue buka pintunya, si pacar ngejauh beberapa langkah dari pintu.
  ‘’ iihh yang,kesini…Jagain ‘’ gue nahan teriak.
Si pacar maju lagi mendekat ke pintu. Pas gue mau nutup pintu, eeh gue ngeliat dia ngejauh lagi. Mungkin takut di curigai orang kali yaa.. Gue keluar dari toilet.
  ‘’ YANG.. SINI BERDIRI NYA. JANGAN JAUH-JAUH ! ‘’

Yawloh, ini yang salah gue atau dia sih? Hikss..
Pas gue selesai menuntaskan tugas negara nan suci itu, gue langsung nyuci tangan ke wastafel sambil ngacaan. Bukan cewek namanya kalo ke kamar mandi gak sambil kacaan. Hhaahaa
But, pas lagi ngacaan gue ngeliat sesuatu yang ada di ujung meja wastafel. Ada sesajen yang diletakkan di wadah kaca. Awalnya gue kira itu cuma hiasan, tapi.. kok ada asap-asapnya gitu yaakk?
ini toilet hotel atau rumah mbah dukun? OMAIGAATT ..
Gue langsung ngacir keluar. Serem vroh, buat apa coba ada sesajen gitu di toilet?
Huhuuu Raisa atut -___-
Pas di lobby, langkah kita terhenti. Bukan kita sih, tapi cuma pacar gue doang. Pacar gue salaman sambil ngobrol bentar sama kepala dinas BKKBN. Gue mah langsung keluar aja, udah ngantuk sih.
Pas gue keluar dari hotel, eh ada bapak-bapak tua yang berdiri didepan mobil tepat didepan pintu hotel.
  ‘’ Sendirian aja dek? ‘’
Gue noleh ke arahnya, fak.. dia pasti ngira gue cewek malem nih yang bisa di pake om-om. Keliatan banget dari gaya dia ngomong, genit najis.
  ‘’ enggak kok pak, sama temen didalem ‘’ gue langsung jalan ngejauh.
Hampir aja gue bilang, ‘’ mau bayar berapa om? ‘’ tapi gak jadi. ASTAGFIRULLOH.. DI BAJAK !
Pas gue selesai ngejawab pertanyaan dari si om-om genit abege tua tingkah mu semakin gila kau menjerat semua wanitaaaa.
Untung aja pacar gue langsung keluar dari hotel dan langsung nyambar tangan gue untuk digandeng. Alhamdulillah, gue gak di godain om-om lagi.
Berhubung jalan keluar menuju parkiran itu terbuat dari keramik hitam, gue nyoba pelan-pelan pas jalan ngelewatinnya. Pelaaaan banget.
Sementara si pacar jalannya buru-buru amat. Gue jadi susah buat jalan.
Apalagi gue pake heels. Gue pake heels dijalanan yang datar aja, kaki gue udah keseleo, apalagi di jalanan yang posisinya turun gini.
  ‘’ Pelan-pelan aja dong jalannya ‘’ Gue ngomel. Doi langsung memperlambat jalannya untuk menyeimbangkan gue-yang-jalannya-kayak-kodok-baru-sunat.
  ‘’ Ntar kita duduknya di tengah aja ya, kalo dibelakang ntar kamu muntah lagi ‘’ ucap si doi.
  ‘’ Enggak kok. Nanti gak bakalan muntah la- ………………………………………’’
PLEETAKK !!

Demi kurap di kaki Albert Einstein !
Gue  Jatuh !

huaaaa malu.. maluuu…  gue jatuh dengan posisi lutut saling beradu. Miris!
   ‘’ udah yuk berdiri  ‘’ si pacar bantuin gue berdiri.
Pas gue nyoba berdiri….
PLEETAKK !!

Gue
Jatuh
Lagi

FIX, rasanya gue pengen luluran pake lumpur lapindo saat itu juga. Malu banget.
Ya allah, malu nya luar biasaa.. Untung gak ada cowok ganteng yang liat.
Sumpah, gue bingung mau masang muka dimana. Gue bener-bener malu.
Kenapa pake adegan jatuh segala sih? Entah karena efek mata ngantuk atau karena jalannya licin.
Tapi yang jelas gue yakin, itu karena gue yang masih gugup make heels. Elaah, anak preman kampung pake heels. Gue tidur aja kaki naik satu, sedangkan kaki yang satu lagi menopang kaki yang naik. Kata ibu sih gitu. Keren !
Gue langsung ketawa untuk nutupin malu yang tak tertahankan.
  ‘’ INI SIH GARA-GARA KAMU. JALANNYA BURU-BURU AMAT! ‘’
Gue sengaja sok nyalahin pacar, biar kesan nya gak malu karea ketololan gue sendiri.
  ‘’ kok aku sih yang? Kan udah aku pegangin tadi. Jalannya aja tuh yang licin ‘’
  ‘’ GAAK.. POKOKNYA GARA-GARA KAMUUUU !! ‘’  Gue hampir mau nangis sambil nahan lutut yang uda sakit nyut nyutan.
  ‘’ iya iya.. aku yang salah. Maaf ya ‘’
Gitu. Mau jalannya selicin apapun, mau gue yang emang bodoh karena gak bisa pake heels, tetep yang salah itu LAKI-LAKI. HHUUAHAHAAAAAA
Pas naik ke bus lagi, Alhamdulillah yaa.. temen-temen pada ngerti. Gue dan pacar dikasih duduk di posisi tengah. Selama perjalanan pulang gue cekikikan nahan malu. Hhahahaaa
Padahal niat gue mau nonton sebenernya buat liat-liat cowok ganteng, eeh salah. Maksud gue mau refreshing gitu. Memang ya, liat-liat cowok ganteng dan refreshing itu beda nya tipis. *ngeless…

Jiirrr.. niat gue yang dari rumah pengen seneng karena ini bakalan jadi pengalaman seru bareng pacar, ngerasain gimana naik bus setelah hampir 9 tahun gak pernah naik itu, eeh malah jadi pengalaman absurd gini. Pake adegan muntah plus jatuh-jatuha segala lagi.
Mungkin gue muntah karena masih belum terbiasa naik bus. Padahal kalo naik mobil biasa, gue gak muntah kok. Beneran hehee

Dan pulang dari acara itu, gue tepar.
Sakit demam.
Gak tau deh, mungkin ini efek samping dari jatuh keseleo akibat heels. Hahaaa

Oke sekian cerita absurd hari minggu kemarin.




Para Duta Mahasiswa Genre Senior.
Kakak yg nomer urut ke enam dari sebelah kiri. 

Selamat untuk Bang Mulqi dan Kak Selly. Atas terpilihnya
menjadi Duta Mahasiswa Genre 2015.
Bang mulqi yang tengah pake kacamata- Kak Selly yang chinesse :D



Thanks for you :*
Share
Tweet
Pin
Share
65 comments
HAII SEMUAAA    *cipikacipiki
Gimana malam minggunya nanti?
Ada yang ngapelin gak? Sama gue juga kagak ada     *nangis bahagia -___-

Bagi gue sendiri, ritual jalan malam minggu itu gak terlalu berpengaruh.Gue orangnya gak tukang hebohan untuk nungguin malem minggu.Soalnya dari dulu, orangtua gue gak ngebolehin anaknya keluyuran.Apalagi dimalam minggu.Bahkan dulu, gue sempat penasaran gimana sih rasanya malem mingguan? Gimana sih sebenernya suasana malem mingguan diluar sana?
Ternyata malem minggu dengan malem-malem lainnya gak ada bedanya bagi gue. Kalo dalam bahasa Prancis nya ‘’ Podo ae = sama aja ‘’.
Gue di izinin pacaran oleh orangtua saat gue duduk dikelas 3 SMP disemester akhir.Dengan syarat, orangtua harus tau siapa pacar gue itu dan kalo mau ketemu ya hanya sebatas ngobrol dirumah doang.Kagak boleh keluar keluyuran gak jelas.Ntar masuk angin, soalnya harga tolak angin mahal.
Gue yang ketika itu dapat izin pacaran dari orangtua langsung seneng banget. Rasanya kayak menang main ular tangga. Wow banget !
Gue gak perlu pacaran diem-diem, backstreet kayak yang dilakuin temen-temen gue agar orangtua gak tau.

Dan sampai sekarang, kedua orangtua gue masih terus memantau anaknya pacaran dengan siapa. Bagaimana kelakuannya, dan apa dia bisa ngasi dampak positif buat gue. Ingat ya, dampak positif maksud gue. Bukan 2 garis positif  *halaah
Alhamdulillah sampai sekarang, orangtua gue seneng sama pacar gue yang sekarang.
Meskipun gue kadang bingung sendiri.Yang laki-laki nya gue atau dia yak?Kok malah pinteran gue dalam urusan gombal.HUAHAHAAA
Setiap kali dia ngomong trus ada kalimat yang menuju ke arah-arah gombal, gue langsung ngomong dalem hati,
‘’ ELAH, PASTI MAU GOMBALIN GUE. PASTI GOMBALNYA DENGAN CARA KAYAK GINI, PASTI GOMBALNYA CARA KAYAK GITU, ‘’
Gak tau kenapa, gue pasti tau tiap kali cara dia mau gombal. Dia gak tau kali ya kalo gue punya buku jurus gombal yang tebalnya setebal catatan hati perempuan galau di Indonesia.
Lo bayangin deh, tebel amat kan? 

Pernah suatu kali gue sama dia jalan-jalan sore. Sebelum jalan, seperti biasa kita harus mastiin tempat tujuannya dulu. Jangan sampe jadi muter-muter kayak odong-odong punya nya bang ucup.
G= Gue
P=Pacar


P: Kita mau kemana ini yang?
G: Kemana yaaa?
P: Bagusnya kemana ya yang?
G: Kesini aja dehh
  (Gue nunjuk hati nya pake telunjuk gue)
Pacar gue cuma senyum-nyengir-trus senyum lagi. Kemudian kita sama-sama ketawa manis. Dia yang ketawa, gue yang manis.  
Ini kejadian kemarin sore. Pas gue pulang kerja, mandi dan seperti biasa gue mantengin hp dengan kaki naik ke atas sofa. Serasa jadi ikan duyung versi kena siram air keras.

P: Yang, kamu udah mandi belum?
G: Udah dong.Udah cantik nih, kayak Raisa
P: Raisa apa Raiso?
G: Raiso yang. Raiso kehilangan kamuuuu
P: Hahaa ada-ada aja deh

Disitu gue ngerasa tingkat kecantikan gue yang beda tipis sama Pevita Pearce meningkat 5 kali lipat.
Gue hening beberapa saat.
Ya ampuunn.. gue baru sadar ternyata gue barusan nge gombalin pacar. Pake ganti nama dari Raisa jadi Raiso lagi.
kok gue yang gombalin sih? Tapi gak papa, gue ngerasa sukses dalam dunia per-gombalan.

Setiap kali gue ngegombal, pasti selalu berhasil .Berbeda dengan dia yang selalu gagal tiap gombalin gue.
Pernah suatu siang lagi panas-panas teriknya kita ngobrol dirumah gue.

P: Yang, jawab ya.
G: Iyaa
   (dalem hati: asyikk, mau digombalin. Lumayanlah buat ngurangin panas teriknya siang ini)
P: Menurut kamu, kalo dari angka 1 sampe 10. Cinta aku ke kamu ada di angka berapa?
G: Heemm mungkin di angka 8. Atau 8 setengah, atau 8 seperempat, atau 8 koma 2 ons.
    (serasa jualan cabe, shit)
P: Seriuuuss dong !
G: hahaha, iya iya, di angka 8 kali yak
P: SALAH
G: LOH KOK NGOTOT ?
P: Hehehee..jangan keras kali suaranya
G: iya deh. Jadi kenapa bisa salah sih yang?Trus di angka berapa dong?Angka 1 yak?Atau minus 1?
P: Di angka 2 yang
G: kecil banget angka nya.
P: Gak nanya kenapa gitu yang?
G: Maksa.
P: hahaa, Tanya dong yang
G: Iya iya, kenapa di angka 2 sayang?
*mulut gue rapat serapat-rapatnya
P: Iya, karena cinta aku ke kamu gak ada dua nya. Heheeeee*sambil senyum
G: Heheee*muka gue datar.

Rasanya gue pengen lari ke perosotan waterboom trus pengen teriak kenceng,

‘’ YA ALLAH, PERASAAN GOMBALAN INI GAK KAYAK GINI DEH PERTANYAANYA.SOALNYA GUE PERNAH LIAT GOMBALAN INI DI TIPI, BACA DI INTERNET JUGA. PANTESAN GUE BINGUNG SAMA PERTANYAANYA. OMAIGUT ! ‘’



Kayak gini ekspresi gue kalo udah tau bakal digombalin apa.
                            




Pernah juga suatu malam pas gue ngobrol-ngobrol sama dia didepan rumah gue.

G: Mendung ya yang. Gak ada bulan.(gue ngeliat ke langit)
P:(ikutan ngeliat ke langit) iya ya yang. Gelap banget langitnya.Gak ada bulan juga.
    Tau gak yang kenapa bulannya gak ada?
(dalem hati: kayaknya gue tau gombalan ini deh. Pasti jawabannya bulannya ada dimata kamu).
G: Ehhmm enggak tau yang.Emang kenapa?
*gue pura-pura gak tau
P: Bulannya gak ada dilangit karena bulannya udah pindah ke mata kamu yang.(sambil nunjuk mata gue)
G: (dalem hati: NAH KAN, BETUL KAN APA GUE BILANG. JAWABANNYA PASTI GITU)
P: Yang? Kok diem?
G: heheee..gak ada yang. Kamu bisa aja deehhh   HEHEEHEEE
*pura-pura ketawa

Pokoknya setiap kali dia mau ngegombalin gue, pasti gue udah bisa nebak duluan.Gue udah tau kalo dia lagi mau gombal.Yaa walaupun jadinya udah gak asik lagi bagi gue. Udah gak surprise gitu rasanya.
Hiksss…
Jujur, gue orangnya gak terlalu romantis.Entah ini bakat bawaan lahir atau sekedar hobbi.*laah memang ada. Bodo..
2 minggu yang lalu, kita ngobrol diruang tamu rumah gue.

P: Aku sayaaaang banget sama kamu
G:
OPO IYOO ?     (kalimat  khas gue)
P: Ah, kamu mah gitu. Tiap aku bilang gitu, pasti jawabnya opo iyo, opo iyo terus.Gak asik ah
Gue ngakak ketawa puas. Gue.Memang.Macho
(loh kok,? Ahsudahlah)

Memang bener sih, setiap kali dia ngomong gitu ke gue, gue gak pernah jawab, ‘’ iya, aku juga sayang banget sama kamu ‘’
Sampe patung liberty pindah ke ancol juga, gue gak bakalan jawab gitu.Jijik bangeet wkakaakaka

Pernah juga dia diem-diem baca blog ini. Padahal sebelumnya gue gak pernah ngasi tau apa alamat blog gue. Meskipun dia tau kalo gue punya blog abal-abal kayak gini.
Sampai suatu hari, pas kita lagi ngobrol-ngobrol dia komentar ke gue.
P: Kamu kok nulis blog nyablak gitu sih kalimatnya?
G: Hahahaaa ya iya dong. Namanya juga blog pribadi, tentang curhat-curhatan gitu yang. Lagian blog itu kan pacar kedua aku
P: ……………………………………………
*diam-hening.
G: HEHEHEEE
P: Kalo mau curhat kan bisa curhat ke aku sih,
G: Iyaa, selama ini aku kan juga sering curhat ke kamu yang. Kalo sama kamu curhatnya yang masalah serius, kalo di blog kan bisa curhat sambil bercanda gitu. Kalo curhat sambil bercanda sama kamu mah gak asyik. Orangnya baper.
P: Kenapa gitu?
G: Iya kamu baperan kalo di bawa bercanda
P : ……………………………………….
*hening lagi.




Memang bener deh, gue sering banget candaan sama doi. Tapi dia nanggapinnya serius. Gue pernah sms dia gini,
G: Yaaaanggg..si Tono nembak aku. Aaa senengnyaa(si Tono temen kerja gue)
P: Terus? Jawaban kamu apa? Kamu terima?
G: Ya iya dong. Masak yg kayak gini ditolak, kan sayang. Mubazir namanya
P: YAUDAH. PACARAN AJA SANA BERDUA

Elah, keset musolah juga tau kali kalo gue tadi bercanda. Dia mah langsung baper.
Cocok dah, gue tukang gombal dan dia tukang baper.
Kalo dijadiin sinetron, mungkin bakal judul ini bakal jauh lebih hits daripada sinetron tukang haji naik bubur. Kebalik ya? bodo amat.:D

Pernah juga pas lagi malem minggu. Hp nya doi lagi dimainin sama adek gue buat main game.
G: Dek, jangan dimainin hp nya. Bawa sini cepet, ntar kalo ada yg nelfon gimana?
P: Gak papa kok yang, Emang ada yg mau nelfon aku malem-malem gini.
G: Ya kali aja pacar kamu yg satu lagi. Ini malem minggu loh, lupa yak ?
P: yaa ampun, pacar aku cuma kamu kok. Beneran deh
G: Oooww
P: ……………………..
*manyun



Pernah juga gue candain dia sore hari sabtu.Ya namanya juga anak LDR, malem minggu kali itu kita gak bisa ketemu.
P: yang, kamu udah mandi belum sih?
G: Belum yang, aku mandi dulu yak. Kan ntar malem, malem minggu. Mau jalan gitu loh
P: sama siapa?
G: sama pacar dongs. Yaudah, aku mandi dulu yaaw
Pas gue kelar mandi.
G: Yang, aku udah siap mandi nih. Kamu udah mandi belum?
P: KAMU UDAH SIAP MANDI KAN? YAUDAH DANDAN YG CANTIK SANA, NTAR LAGI KAN PACAR KAMU MAU JEMPUT.

Gue langsung ngemut monitor.
Yaa amploop..gitu doang di anggap serius. Bunuh aja hayati di rawa-rawa bang, bunuh !
Tapi kadang seru juga deh kalo di candain gitu.Dia marah, gue senang dan bahagia puas.
Mungkin ini karena kebiasaan gue yang dulu saat gue masih sama si mantan. Kita berdua ngomongnya nyablak banget, ceplas-ceplos.Lah gimana kagak, kita udah temenan 3 tahun, Tau-taunya saling suka, trus jadian. So, pas gue sama temen gue jadian itu (yg skrg jadi mantan) kita ngobrolnya biasa aja. Blak-blakan.Seru sih memang.
Dan kebiasaan itu gue bawa ke pacar yg sekarang. Gue kira, semua orang itu sama. Semua orang bisa dibawa bercanda.
Ternyata enggak.
Gue baru tau, gak semua orang bisa di ajak bercanda.Kadang ada yang baperan, ada yang langsung tersinggung, ada juga yang langsung marah ditempat.Dan semenjak itu, gue jadi lebih berhati-hati kalo ngomong ke orang. Gue harus bisa milih-milih kata yang baik biar orang yang gak tersinggung untuk ngejaga perasaan orang lain.


My name is Wullan Yellow
Tengkiyu




Hayoo tebak siapaa?
Sengaja muka nya gue tutupin
                         




Share
Tweet
Pin
Share
106 comments
Hari minggu kemarin gue harus bangun jam 6. Rencana tidur sampe bangun jam 8 atau jam 9-an yg udah gue set terpaksa hancur lebur persis kayak lo yg belum move on ngeliat mantan jalan sm gandengan barunya. Mungkin lebih parah dari itu, karena gandengan barunya itu ternyata sahabat dekat lo sendiri.
Nyess banget~
Kakak gue dateng ke kamar hanya untuk ngerusuhin gue yg sedang bobok cantik. Dia narik-narik gue, narik-narik selimut gue, seakan anak kecil yg sambil bilang, '' maa, adek mau e'ek ''.
Gue bangun dari tidur. Langsung ngambil cara simpel dan praktis. Cuci muka, gosok gigi, kumur-kumur.
Beres deh.

Kakak gue dengan segala cara jitu nya ngajak gue untuk nemenin dia beli foundation. Entah apalah itu, gue kurang ngerti tentang urusan bedak dan kosmetik. Enggak terlalu peduli juga.
'' Enggak ah, masih pagi gini. Mana ada toko yg buka ''. 
Tukang jaga ronda aja baru pulang kerumahnya setelah nahan rindu berat ke anak-bini nya dirumah. Laah masak gue harus keluar rumah pagi-pagi buta gini.
Ogah~
'' enggak ah. Lagian toko-toko juga masih tutup. Tunggu jam setengah 8 aja kek. Laper nih ''
'' Yaudah, ntar gue beliin makanan deh. Soalnya jam 8 gue ada acara nih '' 


TRING !

Telinga gue langsung ngasi sinyal OKE. Kakak gue mah gitu, dikit-dikit ada acara.Gak kayak gue, diundang hadir di acara khitanan anak tetangga aja udah bangga banget.

Gue yang dongo malah lupa make jaket. Dingin uii... Dingiinya serasa di salju. Salju freezer kulkas.
Dan inilah 2 makhluk aneh, yang satu kiyut, dan yang satu unyuk sedang keliling-keliling berharap ada penjaga toko kosmetik yang insomnia sehingga toko nya buka 24 jam.
Tapi sial, kagak ada yang buka.

Kita keliling-keliling lagi, kayak orang nyasar. Dan akhirnya kita dapat toko yang udah buka. Kayaknya yang punya toko ini sangat menanamkan prinsip, '' TELAT BANGUN PAGI, REZEKI DIPATOK AYAM ''. Gue baru inget, pantes aja temen gue keseringan telat bangun pas sekolah dulu. Ternyata temen gue melihara bebek, bukan ayam. Mau bangun pagi atau sore it's wokeeh.
Tapi sial, nasib baik tak berujung pada kami. Formal banget yak kalimatnya. Kayak pidato pembina upacara.
Foundation yg kakak gue cari gak ketemu.
'' aduh,enggak ada ya bu.. ''
'' yang ini bagus juga mbak.. '
'
si ibu nawarin produk lain.
'' gak usah deh bu. hehee, saya biasanya make yg itu '' 
dalem hati gue dongkol, '' itu aja kek woi, daripada gak ada. Kan capek muter-muter lagi ''
Tapi untung niat itu gue urungkan. Ntar yang beliin gue makanan siapa? siaappah?

Kita cuss lagi muter-muter. Kayak naik rollercoaster. (padahal gak pernah naik rollercoaster sama sekali, naik bebek-bebek'an yg di air aja udah masuk angin).
Dan akhirnya tepat jam setengah 8, ada juga toko kosmetik yg baru buka. Dalam pikiran gue,
Masuk-nyebutkan foundation-dapat barangnya-bayar-pulang.

Tapi kenyataannya adalah,
Masuk-nyebutkan foundation-tanya ini itu kayak tes interview-liat isi dalamnya-milih lagi-barangnya dapat-beli lipstik-beli bulu mata-wawancara sebentar dgn si penjual-trus bayar.

REPOT ! 

Gue yg udah laper langsung jalan ke bagian roti. Beli roti abon yg gede nya segede kangen ke pacar yg udah berminggu-minggu gak ketemu. Curhatnya nyelip, maafkeun. -_-
Sampe dirumah, gue langsung nyari roti itu. Pengen langsung dimakan, udah laper soalnya. Tapi, rotinya kemana? Kemanaaaa ?

Gue baru inget, ternyata rotinya udah gue makan selama diperjalanan pulang tadi.

Setelah bantu ibu beres-beres rumah, gue langsung duduk nyantai diruang tamu. Ngebaca novel yang udah dari bulan januari gue beli dan sampe sekarang gue belum khatam juga baca nya.
Bukan, gue bukan gak suka baca novel. Suka banget malah..
Gak tau kenapa, novel yg satu ini bikin gue rada gimana gitu pas ngebaca nya.

novel yg udah dari 4 bulan yg lalu gue beli
dan sampe sekarang belom tamat gue baca. -_-
                               


Niatnya mau baca novel, eeh setan-setan malah ngerayu gue untuk tidur.
Buseetdah, masih jam 10, kok gue ngantuk berat yak.
Gue yakin ini pasti dikarenakan efek malam mingguan gue tadi malem. Sebagai anak LDR, gue gak malam mingguan sama pacar, tapi sama pacar orang. Eh, bukan. Maksudnya sama sahabat gue. Cewek, namanya Lisa.
Dia curhat ke gue kalo dia diputusin dengan alasan yg gak jelas.
Cowok mah gitu, suka banget mutusin pacar dgn alasan yg abstrak. Sekali-sekali putusin dong dengan alasan yg jelas. Misalnya: Karena si cewek suka ngupil, trus videonya diupload ke instagram, atau karena si cewek yang hobbi nya ketawa. Lagi hormat bendera pas upacara senin pun juga sempat ketawa. Kalo kayak gitu kan alasan putusnya jelas.
Ingat, cewek itu cuma butuh kepastian dan kejelasan.
saaillahhh,

Gue planga-plongo dengerin ceritanya,
 Padahal mereka pacaran udah 2 tahun. Gue yg dengernya aja pengen langsung mewek rasanya.
Ah, gue cemen !

Gue ngobrol sama Lisa sampe jam setengah 10. Sebagai teman yang baik dan bijaksana. *maksa
Gue rela dengerin curhatnya Lisa sampe mama nya nelfon nyuruh pulang karena udah kemaleman. Pas Lisa pulang, gue ngecek hape.
Eebuset banyak banget sms masuk dan panggilan tak terjawab dari pacar.

Mati dah gue. Jadwal telfonan malam minggu gue kali ini harus ditunda dulu deh.
Mungkin harus diberi jarak minimal 2 tahun atau lebih.
Lah, ini kok jadi bahas KB ya.. (Keluarga Berencana)

Jangan-jangan bentar lagi gue diputusin karena gak ngangkat telfon.
Baru aja denger curhatan temen yg diputusin, masak gue sekarang diputusin juga sih. Kan gak lucu ~
Dan untungnya pacar gue gak labil kayak anak-anak abegeh yg dikit-dikit minta putus. Akhirnya dia nelfon gue lagi, dan disitu kita ngobrol tentang curhatan Lisa yg diputusin pacarnya kemarin. Kita berdua persis kayak artis yang lagi tayang di acara gosip selebriti.
Tapi sayangnya, kita berdua gak dapat bayaran. Hikss



Begitulah kisah malam minggu anak LDR kayak gue ini. Walaupun gak ada yg ngapelin, yaa setidaknya ada bikin baterai lowbet karena kelamaan telfonan.
Itu aja sih..

Sekian dan terimakasih

Hari ini lagi gabut. Poto-poto deh sama adek. 
                     







Tadinya sok-sok mau bikin tutorial
jedai rambut. Tapi gagal total.
SIAL !

Share
Tweet
Pin
Share
49 comments
Older Posts

Rahayu Wulandari

Rahayu Wulandari
Atlet renang terhebat saat menuju ovum dan berhasil mengalahkan milyaran peserta lainnya. Perempuan yang doyan nulis curhat.

Teman-teman

Yang Paling Sering Dibaca

  • ADAM
  • Ciri-ciri cowok yang beneran serius
  • Pelecehan
  • 5 Tipe Cowok Cuek

Arsip Blog

  • ▼  2020 (5)
    • ▼  September (1)
      • Perjalanan Baru
    • ►  June (1)
    • ►  April (3)
  • ►  2019 (5)
    • ►  October (1)
    • ►  July (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2018 (8)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  February (2)
  • ►  2017 (14)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2016 (39)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
    • ►  February (8)
    • ►  January (7)
  • ►  2015 (138)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (12)
    • ►  July (6)
    • ►  June (9)
    • ►  May (10)
    • ►  April (15)
    • ►  March (21)
    • ►  February (11)
    • ►  January (24)
  • ►  2014 (18)
    • ►  December (10)
    • ►  November (6)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+

Total Pageviews

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates