Sebagai manusia, kita memiliki banyak mimpi serta berbagai rencana yang sudah kita atur sedemikian rupa guna untuk bekal di masa
mendatang. Mulai dari berpikir hari ini mau ngapain, ke depannya mau jadi apa,
hidup seperti apa dan segala macam rencana-rencana yang kita harapkan.
Menurut cerita Ibu, ini semua disebabkan karena angsa yang berkeliaran di jalan raya. Harusnya, pemilik hewan ternak bisa menjaga angsanya. Kalo keliaran di jalan raya kan bisa mengganggu para pengguna jalan.
Sambil menunggu ambulance datang, Bapak Direktur bank Mandiri bersama temannya datang ke rumah sakit dan masuk ke IGD untuk melihat kakak. Ketika itu, alis dan tangan kakak sudah selesai dijahit.
Setelah keluar dari IGD, Bapak Direktur menemui Ibu.
‘’ Saya udah bilang bu kepada Rahayu. Kalo mau test ke Pekanbaru, saya bakalan nyuruh anak buah saya untuk ngantarkan dia menggunakan mobil saya. Tapi Rahayu gamau. ‘’
Tapi Ibu nggak ngeluh sedari pagi tadi. Gila ga sih. Padahal dia sendiri juga dalam keadaan sakit dan luka-luka, tapi dia gamau nunjukin itu di depan anak-anaknya.
Di jalan pulang, gue nangis.
For you,
Namun, terkadang semuanya tidak selalu berjalan mulus.
Seperti yang gue juga keluarga gue alami beberapa hari yang lalu. Tepat di hari Selasa tanggal 25 Oktober kemarin, kejadian na’as menimpa kakak dan ibu gue.
Seperti yang gue juga keluarga gue alami beberapa hari yang lalu. Tepat di hari Selasa tanggal 25 Oktober kemarin, kejadian na’as menimpa kakak dan ibu gue.
***
Setelah selesai mengikuti ajang pemilihan Putri Pariwisata
Indonesia 2016 dan berhasil mendapatkan nominasi, kakak gue memutuskan untuk
menyudahi semua kegiatan yang selama ini ia lakukan untuk mengharumkan nama
provinsi Riau. Ia merasa sudah cukup selama 2 tahun ini mengabdi dengan
mengikuti berbagai kegiatan, pergi ke luar kota bahkan ke luar negeri, diundang
sana-sini. Ia merasa sekarang sudah seharusnya ia memikirkan masa depannya.
Maka, seusai balik dari Jakarta kemarin, ia mendapat
panggilan dari Bapak Direktur bank Mandiri. Tawaran kerja. Alhamdulillah, kakak
gue menerima tawaran tersebut.
Sebenernya butuh waktu cukup lama baginya untuk memilih 1 bank di antara beberapa bank yang juga menawarkan kerjaan kepadanya.
Sebenernya butuh waktu cukup lama baginya untuk memilih 1 bank di antara beberapa bank yang juga menawarkan kerjaan kepadanya.
Gue kan juga pengen kerja di bank:(
Dan pilihannya jatuh pada bank Mandiri. Sebenernya, kakak
gue udah resmi diterima di bank Mandiri, tapi untuk formalitas, kakak harus
tetap mengikuti berbagai test yang diadakan oleh pihak bank.
Maka, di hari Senin, test pertama sudah diikutinya. Karena lokasi test cukup jauh, maka kakak dan Ibu harus berangkat pagi dengan waktu pulang saat magrib.
Maka, di hari Senin, test pertama sudah diikutinya. Karena lokasi test cukup jauh, maka kakak dan Ibu harus berangkat pagi dengan waktu pulang saat magrib.
Ibu, selalu setia menemani anak-anaknya bahkan gue yang ketika
itu untuk menjalani test interview juga ditemani Ibu. Dan sekarang Ibu juga bersedia untuk
menemani kakak test wawancara di Pekanbaru. Jadi, jarak antara rumah gue ke
Pekanbaru itu membutuhkan waktu 1,5 jam.
Begitu sampai di rumah, kakak mengecek handphonenya.
TARAAA…
Sebuah sms masuk dari pihak bank mengatakan bahwa test hari
kedua (psikotest) diadakan besok pagi.
LAH INI JUGA BARU SAMPE RUMAH, KAMBING!
Gue juga kesel. Itu pihak bank kenapa smsnya magrib-magrib
sih. Padahal selesai test wawancara tadi siang. Kenapa baru sms sekarang?
Tau gitu, mending nginap di Pekanbaru aja sama Ibu. Mana test hari keduanya jam 8 pagi lagi.
Tau gitu, mending nginap di Pekanbaru aja sama Ibu. Mana test hari keduanya jam 8 pagi lagi.
Yaa mau gamau, besok pagi Ibu dan kakak harus bangun
subuh-subuh dan berangkat ke Pekanbaru.
***
Selasa, 25 Oktober 2016
Pagi itu, kakak dan Ibu sudah siap-siap untuk berangkat ke
Pekanbaru menggunakan motor maticnya. Berhubung kakak gue orangnya pemales,
pagi itu dia masuk ke kamar gue dan memperhatikan jilbab-jilbab gue yang udah
gue cuci, gua setrika sampe harum dan gue gantung di gantungan jilbab.
‘’ Aku pinjem jilbab yang ini ya, ‘’ ujarnya.
Dia mengambil jilbab hijau dari gantungan dan mulai berdandan di depan cermin.
Setelah semuanya selesai, Ibu dan kakak pamit untuk berangkat ke Pekanbaru. Test hari kedua.
‘’ Aku pinjem jilbab yang ini ya, ‘’ ujarnya.
Dia mengambil jilbab hijau dari gantungan dan mulai berdandan di depan cermin.
Setelah semuanya selesai, Ibu dan kakak pamit untuk berangkat ke Pekanbaru. Test hari kedua.
Sepeninggalan Ibu dan kakak, gue langsung memilih untuk
menyetrika baju yang akan gue kenakan untuk ngantor hari ini. Sementara Ayah sedang
sarapan, Nova sedang mandi dan Adam masih tidur.
Tiba-tiba saja handphone Ayah
berbunyi pertanda ada panggilan masuk.
‘’ Apa, Bu? ‘’
Gue dalem hati mikir, oh
pasti ada barang yang ketinggalan nih. Buru-buru sih tadi perginya.
Tapi, dugaan gue salah.
‘’ APAAA?? DI MANA? ‘’ Suara Ayah meninggi. Satu rumah
geger.
Sontak gue terkejut.
‘’ IYA IYAAA ‘’
Perasaan gue nggak enak. Gue langsung menyudahi acara
menyetrika baju itu.
‘’ KAK IMEL KECELAKAAN ‘’
Gue kaget bukan main. Gue panik. Linglung. Ayah langsung
nyari kunci motor. Sementara gue langsung menyambar jaket yang tergantung di
kamar.
‘’ RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA DI MANA? ‘’
‘’ HARAPAN BUNDA, HARAPAN BUNDA, HARAPAN BUNDA DI …. ITU DI
AKASIA. ‘’
Di saat panik seperti itu, gue ngerasa jadi orang bloon.
Lagi nggak panik aja gue bloon, apalagi sedang panik.
Pagi itu, gue langsung meluncur ke rumah sakit yang dimaksud bersama Ayah. Dengan menggunakan jaket, tanpa jilbab. Ya Allah maap, buru-buru banget soalnya. Ga sempet pake jilbab:(
Pagi itu, gue langsung meluncur ke rumah sakit yang dimaksud bersama Ayah. Dengan menggunakan jaket, tanpa jilbab. Ya Allah maap, buru-buru banget soalnya. Ga sempet pake jilbab:(
Selama di perjalanan gue dan Ayah hanya diam. Motor melaju
kencang dan sampailah kami di rumah sakit. Begitu sampai, gue langsung lari
masuk ke dalam ruang IGD. Di sana, kakak gue sedang terkapar. Antara sadar dan
tidak sadar. Luka penuh darah di mana-mana. Alisnya robek, kakinya berdarah,
tangannya bolong dan ia hanya meringis kesakitan.
Jilbab hijau yang ia pinjam dari gue tadi pagi, terlihat
basah penuh darah.
GUE NANGIS.
Gue keluar dari IGD dan langsung menemui Ibu. Jaket yang ia kenakan penuh dengan lumuran darah kakak. Tapi alhamdulillah Ibu ga
kenapa-napa. Gue peluk beliau sekencang-kencangnya. Yang gue dengar dari mulut
Ibu hanya suara, ‘’ ya Allah kenapa harus
anakku? Kenapa nggak aku aja? Dia masih muda, dia mau kerja. ‘’
GUE MAKIN NANGIS.
Gue langsung mengambil handphone kakak dan menelfon teman
terdekatnya. Gue juga menelfon Bapak Direktur bank Mandiri, menceritakan
kejadian barusan dengan situasi menangis. Setelah itu, gue langsung menemui Ibu
yang masih histeris menangis-nangis.
Gue mencoba menenangkan beliau. Sementara
Ayah, nemenin kakak di IGD.
Menurut cerita Ibu, ini semua disebabkan karena angsa yang berkeliaran di jalan raya. Harusnya, pemilik hewan ternak bisa menjaga angsanya. Kalo keliaran di jalan raya kan bisa mengganggu para pengguna jalan.
Setelah agak tenang, gue, Ibu dan tetangga gue memutuskan
untuk mengambil motor kakak di lokasi kejadian. Karena Ibu gabisa naik motor,
jadilah kami cabe-cabean. Kami tarik tiga di motor gue.
Setelah menemukan motor kakak, seorang lelaki berlari ke arah kami.
Setelah menemukan motor kakak, seorang lelaki berlari ke arah kami.
‘’ Bu, ini motornya yang tadi. Kuncinya minta sama Ibu yang
di situ ya, ‘’ ujarnya sambil menunjuk sebuah rumah di seberang dari posisi
kami berdiri.
Gue langsung nyebrang dan meminta kunci motor kepada seorang
wanita yang kira-kira sudah berkepala 3.
‘’ Permisi Bu, kunci motor saya sama Ibu ya? ‘’
‘’ Gabisa. Ini angsa saya gimana? Angsa saya mati. ‘’ Ia
menunjukkan angsanya yang sudah tergeletak mati.
WATDEFFF…
EH KAIN LAP, DI SAAT BEGINI LU MASIH MIKIRIN ANGSA???
‘’ Yaelah, Bu. Ini cuma angsa. Lagian angsa Ibu juga yang
keliaran di jalan. Kakak saya udah bener dong, ini jalan raya. Buat pengendara
motor. BUKAN BUAT ANGSA. PUNYA HEWAN ITU DIKANDANGIN! ‘’
Gue beradu mulut dengan wanita kurang ajar itu. Karena takut
emosi lebih parah, gue memanggil Ibu yang berada di seberang jalan.
‘’ ASTAGFIRULLOH, IBU MEMPERMASALAHKAN ANGSA? ANAK SAYA
KRITIS DI IGD, IBU MEMPERMASALAHKAN ANGSA?? IBU PUNYA HATI NGGAK? ‘’
Ibu gue marah bukan main.
‘’ Berapa sih harga angsa ini? AKU BISA BELI SEKARANG JUGA.
KALO KAKAK SAYA MATI, IBU BISA APA HA? ‘’
Lah anjir, gue kebawa emosi juga. Si Ibu diem untuk beberapa
detik.
‘’ Ayo kita ke kantor polisi, ‘’ ujarnya mengancam.
‘’ Ayo. Ibu tau nggak? Ada undang-undangnya untuk pemilik
ternak seperti Ibu ini. Ayo ke kantor polisi! ‘’
LAH IBU GUE MACHO ABIS.
Si wanita kurang ajar itu masuk ke rumah. Gue pikir dia
bakalan siap-siap ganti baju untuk pergi ke kantor polisi memperkarakan masalah
ini, eeh taunya dia ngasih kunci motor kakak gue.
TAKUT JUGA LU KAN! CIH
Bukan apa-apa nih ya, sebagai pemilik hewan ternak,
seharusnya kita tau dong bagaimana lingkungan di sekitar rumah kita. Kalo pun
mau beternak hewan, ya mbok dikasih pagar gitu kek.
Kecuali kalo kejadian tadi, kakak gue yang nabrak kandang angsanya, baru dah si Ibu itu boleh marah dan minta ganti rugi.
Kecuali kalo kejadian tadi, kakak gue yang nabrak kandang angsanya, baru dah si Ibu itu boleh marah dan minta ganti rugi.
Lah ini, kakak gue jalan pada
tempatnya kok. Jalan di jalan raya, angsanya aja yang keliaran ga jelas.
Setelah kunci motor gue pegang, Ibu menyuruh gue untuk
membawa motor ke bengkel. Sementara Ibu dan tetangga gue bergegas untuk ke
kantor bupati.
Rencananya, pagi ini Ibu dan kakak ada jadwal juga untuk menemui
Bapak Bupati perihal beasiswa yang pernah ia janjikan.
Maka, tinggalah gue bersama motor di pinggir jalan.
Sebenernya motornya bisa nyala, tapi….standar dua motornya gabisa dinaikin.
Standar duanya ngadep ke bawah mulu. Mana susah lagi naikinnya.
Dan, di sanalah gue.
Dan, di sanalah gue.
Dipinggir jalan dengan motor yang penuh lecet di sana sini
dan gabisa dibawa jalan, karena kalo dibawa standarnya nyeret dan nyangkut di
aspal. Serem. Pelan-pelan gue coba nyalain motor, belum sampe jarak 1 meter,
gue hampir jatuh karena standarnya nyangkut.
Ya Allah, cobaan apalagi ini:(
Gue langsung menelfon Hanafi. Teman gue yang paling baik.
Dia langsung otewe menemui gue di lokasi kejadian. Setelah memperbaiki standar
motor, Hanafi langsung pamit untuk pulang. Sementara gue kembali ke rumah
sakit. Sesampainya di sana, Ibu mengatakan
kalau Bapak Bupati sudah menyuruh Ajudannya untuk memindahkan kakak ke
RSUD.
Sambil menunggu ambulance datang, Bapak Direktur bank Mandiri bersama temannya datang ke rumah sakit dan masuk ke IGD untuk melihat kakak. Ketika itu, alis dan tangan kakak sudah selesai dijahit.
Setelah keluar dari IGD, Bapak Direktur menemui Ibu.
‘’ Saya udah bilang bu kepada Rahayu. Kalo mau test ke Pekanbaru, saya bakalan nyuruh anak buah saya untuk ngantarkan dia menggunakan mobil saya. Tapi Rahayu gamau. ‘’
‘’ Iya pak, Rahayu segan katanya. Takut merepotkan Bapak. ‘’
Yah, mau gimana lagi. Udah kejadian. :))
Tak perlu menunggu waktu lama, ambulance RSUD datang. Di situ, untuk pertama kalinya gue naik ke dalam ambulance untuk bersama Ibu untuk menemani kakak.
Tak perlu menunggu waktu lama, ambulance RSUD datang. Di situ, untuk pertama kalinya gue naik ke dalam ambulance untuk bersama Ibu untuk menemani kakak.
Dan ternyata gaes, naik ambulance itu sama kayak naik
angkot. Cuma kalo angkot kan ada musik ajep-ajepnya, kalo di ambulance yang ada
sirine.
Padahal posisi duduknya sama kayak naik angkot.
Padahal posisi duduknya sama kayak naik angkot.
Sesampainya di RSUD, kakak gue langsung dibawa ke ruang IGD,
di rontgen, di check ini itu dan dokter mengatakan bahwa kakak harus menginap
semalaman di rumah sakit.
Di RSUD itulah, gue merasakan bahwa kaki gue udah mau
putus anjir. Pegel. Jalan ke sana sini, fotocopy ini itu anu, bolak-balik sana
sini, seketika pegel gue hilang saat gue ngeliat Ibu.
Ibu yang nggak kenal
lelah, yang masih kuat untuk ngurus pendaftaran ini itu, nemenin kakak bolak
balik, alhasil pegel-pegel gue hilang.
Malam harinya, di ruang rawat inap, barulah Ibu mengeluh
bahwa dada dan punggungnya sakit. Menurut cerita Ibu, sewaktu jatuh dari motor,
mereka sempat terpental. Ibu membuka punggunya, menyuruh gue untuk mengolesi balsam.
Dan di sana, gue melihat banyak sekali lecet-lecet di punggung Ibu.
Tapi Ibu nggak ngeluh sedari pagi tadi. Gila ga sih. Padahal dia sendiri juga dalam keadaan sakit dan luka-luka, tapi dia gamau nunjukin itu di depan anak-anaknya.
Sebelum masuk waktu sholat isya, gue pulang ke rumah. Rencananya
biar Ibu dan Ayah aja yang ngejaga kakak di rumah sakit. Sementara gue di rumah
jagain anak-anak kecebong dua bijik.
Sebelum pulang, gue sempat memperhatikan kakak lekat-lekat.
Sebelum pulang, gue sempat memperhatikan kakak lekat-lekat.
Wajahnya udah ga keliatan kayak wajah lagi. Gatau dah udah
bentuk apaan. Pipinya lebam, bibir atasnya luka sampe tembus ke bagian dalem,
pipinya lecet, pokoknya udah ga berbentuk wajah lagi. Kasian. Gue pengen nangis
aja.
Di jalan pulang, gue mengenakan helm kakak yang ia pakai
tadi pagi. Helm yang masih tersisa bercak darah di bagian kaca depannya.
Di jalan pulang, gue nangis.
Gue tau, kakak adalah perempuan kuat dan hebat. Dia pasti
BISA bangkit lagi. Dia pasti bisa lebih percaya diri lagi.
Bodo amat dengan tanggapan orang. Toh, yang selama ini dilihat dan diingat orang itu adalah prestasinya, perjuangannya, apa yang ia dapatkan, bukan wajah yang penuh luka sekarang ini.
Bodo amat dengan tanggapan orang. Toh, yang selama ini dilihat dan diingat orang itu adalah prestasinya, perjuangannya, apa yang ia dapatkan, bukan wajah yang penuh luka sekarang ini.
For you,
Keep your spirits up