I'm (not) Okay

by - October 26, 2016


Gue duduk di ruang tamu sambil melemparkan pandangan ke luar. Memandangi daun-daun yang sesekali melambai tertiup angin. Sore itu, udara di luar cukup sejuk. Dingin.
Tidak butuh waktu lama, langit sore itu mulai kelam. Awan yang menggantung tinggi berubah menjadi gelap. Dan di balik jendela kaca ini, gue mengamati tetesan air hujan dari gerimis hingga turun dengan derasnya menghujani bumi. Suara rintikannya cukup terdengar jelas karena gue cukup berada dekat dengan posisi jendela.

Pandangan gue masih mengarah ke luar jendela. Gue terdiam. Hening. Entah sudah berapa puluh menit gue menghabiskan waktu dengan hal ini.

Perlahan, pandangan gue berangsur lepas dari memandangi hujan dan beralih memandangi kursi cokelat yang berdiri manis di teras depan rumah. Kursi cokelat yang telah merekam sejuta cerita yang pernah gue dan dia bicarakan. Di tempat itu.
Mungkin, hanya kursi cokelat itu yang bisa melihat berbagai ekspresi kebahagiaan saat gue melihat ia hadir di depan rumah. Mulai dari bertanya, 'cari siapa ya mas?' atau 'siapa lu?' atau 'ih ngapain sih ke sini?' dan berbagai lontaran kalimat lainnya yang seratus persen tidak sesuai dengan apa yang gue rasakan saat melihat hadirnya ia di rumah gue.


Karena sejujurnya, yang gue rasakan ketika itu adalah; bahagia.


Gue melirik handphone yang tergeletak begitu saja di atas meja. Enggan rasanya untuk menggenggam benda mungil itu lagi. Rasanya sudah berbeda. Tidak ada lagi pesan masuk yang gue harapkan, tidak ada lagi nama kontak yang menghiasi layar handphone, yang membuat bibir gue mengembangkan senyuman. Tidak ada lagi cerita lucu, cerita menarik, cerita bodoh dan apapun lainnya yang selama ini mampu membuat perut gue sakit menahan tawa.

Tak ada yang benar-benar bisa menghilangkan atau sekedar menyembuhkan kesedihan ini. Tidak ada.


Dulu, gue menganggap, di usia 20 tahun ke atas, gue  'mungkin'  tidak akan pernah lagi mengalami hal-hal menyedihkan seperti ini. Gue  'mungkin'  tidak akan pernah lagi bersedih hanya karena persoalan cinta-cintaan.
Tapi, nyatanya sekarang, gue ada di tengah-tengah kejadian seperti ini lagi. Kejadian yang sudah terulang  dua kali.


Dengan orang yang sama.

Dengan alasan yang sama.

Dengan usia hubungan yang sama.

Namun di waktu yang berbeda.



Tidak ada perselingkuhan, tidak ada perkelahian, tidak ada kebohongan dan tidak ada salah paham dalam bentuk apapun.

Kami baik-baik saja. Bahkan dari awal saat memulai hubungan sampai mengakhiri ini pun kami masih dalam situasi baik-baik saja


Gue masih ingat saat seminggu setelah kami balikan. Ketika itu ia menjemput gue sepulang ngantor karena hujan yang cukup deras telah membasahi permukaan jalanan. Dengan berbekal jaket pinjamannya serta sendal hitam yang juga ia pinjamkan, kami berdua melaju di atas jalanan yang sepi dengan kondisi gerimis kecil.

Entah apa yang kami bicarakan ketika itu. Sampai tiba-tiba ia mengatakan,

'' Semoga kita tetep kayak gini terus ya, '' ujarnya sambil memberikan jari kelingkingnya ke gue. Gue mengiyakan dan langsung mengaitkan jari kelingking gue.

Oh, I miss it. Really!

Lamunan gue buyar ketika melihat layar handphone yang menyala. Sebuah pesan masuk tertera di sana. Buru-buru gue meraih benda itu.


Dari dia.


Pikiran gue berkecamuk. Berantakan.



Gue membuka isi pesannya,


'' Suatu saat aku akan datang lagi ke kamu. Kalau pun belum terlambat. Jaga diri baik-baik ya. ''


Seketika, hujan deras turun dan mengguyur tanpa dikomando.


Sore itu, hujan beralih di pipi.




You May Also Like

19 comments

  1. uwah elah.
    meninggalkan 'kita' dengan baik-baik.

    Padahal mah artinya, dah ada yang baru nih, kamu besok besok deh kalo bosen sama yang baru.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkakakaaa sebenernya ga ada yang saling meninggalkan, Dib :')

      Mau curcol panjang lewat mana ya kak? :(

      Delete
  2. Replies
    1. Yup.. Lagunya Berubah mnjadi "Kisah sedih di hari itu".wkwkwk

      Delete
  3. Dari hati banget ini :(((

    Hujannya juga sekarang beralih ke pipiku, Lan. Aku sedih. Laaaan. Semangat ya. Cinta tanpa restu memang nyakitin. Tapi bisa jadi pelajaran berharga dan jadi kenangan berharga kalau kalian bersama lagi :') Udah ah aku komennya jadi sok-sokan. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Utuk utuk utuk. Icha jangan nangis dooongg :))
      Aku selalu semangat karena kalian selalu rajin nyemangatin aku, dengerin curhat gapenting aku. :))

      Wkakaka intinya jodoh ga kemana ya cha :D

      Delete
  4. Dan dengan tulisan ini, kamu mulai mengerti, sebab-sebab yg meninggalkan pergi selalu melekatkan sepi di hati.

    ReplyDelete
    Replies
    1. BANG DIAN KENAPA KOMENNYA MALAH BEGINI YAWLAAA
      KU SEDIH :'D

      Lebih tepatnya dipaksa pergi:))

      Delete
  5. Aaaaaaaa....aaaaa........... T_T
    Kirain tadi ada lucu2nya...kok malah jadi sedih2 sendu gini....

    Trnyata hidupmu melow juga ya lan..
    Klo saya sih, pas lagi melow2 bgini bikin puisi..
    Memikirkan dua 5 kali klo mau posting diblog...gw cman nggk mau mengumbar kesedihan untuk orang lain..gk mau klo pmbaca juga ikutan sedih..

    "Sore itu, hujan beralih di pipi." bolehkah aku menjadi tisu basah yg mengelap hujan itu? #SelaluAdaCelah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkakakaaaa sekali-sekali mellow gapapa ya bang :'D

      KENAPA MESTI TISU BASAH YAWLAAAA
      TISU MAGIC AJA SEKALIAN BANG WKAKAKAA

      Delete
  6. Speechless. Udah nggak tau mau komen apa. Tetap semangat ya, Lan! Semoga emot ini bisa membuatmu tertawa dan bahagia kembali. ^__^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena ada kamu, ada WIRDY, aku semangat yogs :D
      Tengkiyuuuu :*

      Delete
  7. Tidak ada perselingkuhan, tidak ada perkelahian, tidak ada kebohongan dan tidak ada salah paham dalam bentuk apapun.

    Kami baik-baik saja. Bahkan dari awal saat memulai hubungan sampai mengakhiri ini pun kami masih dalam situasi baik-baik saja
    Lantas kenapa Putus

    ReplyDelete
  8. Kirain sama Darma. Terus baru ngeh, kok Darma bisa ngejemput kamu pulang ngantor, Lan? Kan Darma lagi misi menaklukkan Konstantinopel. Buahahak! :p

    Ah. Iya, serius.

    Ketika harus berpisah saat lagi sayang-sayangnya.. Mending tenggelemin aja Dedek di Pantai Ora, Kak! :'

    ReplyDelete
  9. INI KENAPA IKUT-IKUTAN NULIS MELLOW, YA? Di tulisanku yang terakhir juga sempat nyelipin kemellowan. Kalau berkenan silakan baca post terakhirku~ #SelaluAdaCelah

    Nggak usah sedih, Kakang Darma sedang mencari sebongkah berlian untuk Adinda Wulan. Uwuwuw~

    ReplyDelete
  10. Shiit lah,rambut2 di sekitar pundak gw selalu dan selalu bergetar jikala membaca tulisan semacam2 ini
    Tapi kalau dikasih suatu harapan yang berbunyi "suatu saat" agak sedikit sakit sih mnrut gw,karna itu beneran datang atau ngga

    ReplyDelete
  11. kayaknya dari hati yg paling dalam ni :)

    ReplyDelete

Komentarnya ditunggu kakak~