Iya. Hari itu, Adam disunat.
Sore sekitar pukul empat saat gue berada di kantor, hp gue berdering. Nama Ibu tertera di layar hp gue. Gue pun langsung mengangkat panggilan itu.
‘’ Adam disunat jam lima, Lan. ‘’
Sore sekitar pukul empat saat gue berada di kantor, hp gue berdering. Nama Ibu tertera di layar hp gue. Gue pun langsung mengangkat panggilan itu.
‘’ Adam disunat jam lima, Lan. ‘’
‘’….’’
‘’ Rencananya kan tadi pagi Adam disunat, tapi pak mantrinya bilang sore aja, soalnya pagi tadi pak mantrinya nggak bisa. ‘’
‘’….’’
‘’ Koe mau liat, Lan? ‘’
Gue hening dengan waktu yang cukup lama.
Ya Allah, ini mau liat kangen band atau mau liat Adam disunat sih? Pake ditawarin mau liat-mau liat segala. Yaa gue MAU LAH.
Kapan lagi coba gue bisa menyaksikan adegan terkejam sepanjang sejarah hidup gue.
‘’ Yaudah iya, Bu. Jam lima kan? ‘’
‘’ Iya, Lan. Bawa kamera hp ya. Nanti kita video.‘’
Tuh kan bener. Kayaknya Ibu nyuruh gue videoin kangen band
pas nyanyi Yolanda nih. Pasti.
Sepulang kerja, gue langsung meluncur menuju alamat rumah
sakit yang Ibu beritahu sebelumnya. Tepat ketika gue memarkirkan motor di sana,
gue melihat seorang anak turun dari mobil dengan tampang kusutnya. Alisnya
mengkerut. Mungkin dia lupa untuk menggunakan yang anti kerut, anti bocor,
charm body fit.
Anak lelaki itu celingukan menoleh ke kanan dan ke kiri. Kayak mau nyebrang. Padahal posisinya sedang berdiri di parkiran rumah sakit yang terlihat sepi. Gue melepas helm lalu menghampirinya.
‘’ ADAM!! ‘’
Adam menoleh ke arah gue, sang kakak yang memiliki budi pekerti luhur. Adam mengernyitkan dahinya dan memasang muka jijik saat gue menghampirinya. Gue biasa aja sih. Udah sering digituin soalnya. Lebih tepatnya gue memang menjijikan.
Anak lelaki itu celingukan menoleh ke kanan dan ke kiri. Kayak mau nyebrang. Padahal posisinya sedang berdiri di parkiran rumah sakit yang terlihat sepi. Gue melepas helm lalu menghampirinya.
‘’ ADAM!! ‘’
Adam menoleh ke arah gue, sang kakak yang memiliki budi pekerti luhur. Adam mengernyitkan dahinya dan memasang muka jijik saat gue menghampirinya. Gue biasa aja sih. Udah sering digituin soalnya. Lebih tepatnya gue memang menjijikan.
Sambil menunggu dokternya datang, kami berlima duduk rapi di
ruang tunggu. Gue yang ketika itu duduk di samping Adam mendapatkan sebuah
pertanyaan dari bocah kecil itu.
‘’ Wam, nanti enggak sakit kan pas disunat? ‘’
‘’ Ya enggaklah. HAHAAA. Nggak bakal sakit. Adam tenang aja ya. ‘’
‘’ Sakitnya sedikit kan, Wam? ‘’
‘’ Iya. Dikiiiiiiiiiiitt banget… ‘’
Adam senyum-senyum sambil menggoyangkan kakinya yang menggantung di bangku. Tepat jam setengah enam lewat beberapa menit, Adam dipanggil masuk ke dalam ruangan. Sayang seribu sayang, kalo nggak sayang ya nggak usah bilang sayang, yang diperbolehkan masuk oleh si perawat hanya Ibu, Ayah dan Adam, si pasien. Sementara gue dan Nova harus menunggu di ruang tunggu dengan penuh kecemasan dan rasa khawatir.
Cemas kalo nanti tititnya jadi rata. Kan kasian. Masa depannya terancam punah.
Satu menit…
Dua menit….
Tiga menit…...
Empat menit..…..
HUUUUUWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA. HUWAAAAAAAAAAAAAA
Gue dan Nova saling berpandangan dan tanpa dikomando, tawa
kami pecah begitu saja. Kakak macam apa kami berdua. Tertawa diatas penderitaan
titit yang terpotong.
Gue dan Nova kemudian diam dan kembali mendengarkan suara jeritan dari ruangan yang ada di sebelah kami.
Gue dan Nova kemudian diam dan kembali mendengarkan suara jeritan dari ruangan yang ada di sebelah kami.
‘’ Jangan suntik lagi dokter. HUWAAAAAAAAA ‘’
Gue dan Nova kembali tertawa. Asli. Hari itu gue bener-bener
sakit perut karena kebanyakan tertawa. Gue masih nggak nyangka, Adam yang
selama ini sok jagoan di rumah karena merasa anak laki-laki satu-satunya
ternyata bisa nangis saat disunat.
‘’ DOKTEERR JANGAN PEGANG JARUM DOKTEEEERRR HUWAAAAAAA ‘’
Untung aja Dokternya nggak jawab, ‘’ Trus saya harus pegang
apa dong? ‘’
Yang kemudian dijawab kembali oleh Adam, ‘’ Berpeganglah pada keimanan dan ketaqwaan, Dokter. ‘’
Yang kemudian dijawab kembali oleh Adam, ‘’ Berpeganglah pada keimanan dan ketaqwaan, Dokter. ‘’
MASYAALLAH.
Trus Adam nggak jadi sunat. Dokternya langsung umroh.
Proses sunat kembali dilanjutkan dengan khidmat. Sampai
akhirnya…
‘’ DOKTEERRR BENANGNYA PANJANG-PANJANG DOKTEEERRR.. ‘’
Sumpah. Gue kalo jadi dokternya, rasanya gue pengen berbisik
ke telinga Adam, ‘’ Nak, ini saya mau nyunat. Bukan mau bikin layangan. ‘’
Setelah setengah jam berlalu dan proses pemotongan titit Adam selesai, pintu ruangan perlahan terbuka. Adam berjalan keluar dengan dibimbing Ibu dan Ayah dikedua sisinya. Lagi dan lagi gue ngakak nggak karuan. Sarung dengan warna pink menjulur indah membalut tubuh Adam dengan ujung sarung yang diikatkan pada lehernya.
Setelah setengah jam berlalu dan proses pemotongan titit Adam selesai, pintu ruangan perlahan terbuka. Adam berjalan keluar dengan dibimbing Ibu dan Ayah dikedua sisinya. Lagi dan lagi gue ngakak nggak karuan. Sarung dengan warna pink menjulur indah membalut tubuh Adam dengan ujung sarung yang diikatkan pada lehernya.
Sarungnya kenapa mesti warna pink sih? Elaah.
Gaes, ini jelas-jelas telah menjatuhkan kejantanan seorang Adam yang ketika itu baru saja selesai sunat. Cuma lelaki sejatilah yang berani disunat, tapi kenapa kain sarungnya mesti warna pink. Ya Allah.
Ketika Adam telah masuk ke mobil dengan digendong Ibu, gue
hanya melambai-lambai penuh bahagia ke arahnya. Setelah mobil menghilang di
belokan, gue tidak langsung pulang ke rumah. Tujuan gue adalah mengabulkan
permintaan Adam yang sudah lama ia minta dengan ucapan ‘kalo Adam disunat…’,
dan hari ini gue harus mengabulkan permintaannya.
Adam minta dibelikan psp.
Ini permintaannya nggak asik banget. Kalo disunat, minta dibelikan psp. Gue kalo jadi Adam, trus disunat, gue bakal minta nama gue tercantum di surat tanah dan kepemilikan rumah ini. Ntaps!
Ini permintaannya nggak asik banget. Kalo disunat, minta dibelikan psp. Gue kalo jadi Adam, trus disunat, gue bakal minta nama gue tercantum di surat tanah dan kepemilikan rumah ini. Ntaps!
Dasar anak nggak tau diri!
Sesampainya di rumah, gue langsung memberikan psp kepada
Adam. Dan gaes, mata gue melihat banyak sekali makanan yang berada tepat di
dekat kepala Adam. Di sana tergeletak makanan seperti, roti, susu beberapa
kotak, energen satu renteng, cokelat, dan berbagai jenis cemilan lainnya yang
banyak banget anjir.
Ini emak gue mau buka lapak jualan atau mau ngadain sahur on
the road sih?
Terlepas dari memperhatikan berbagai cemilan yang menggoda
nafsu itu, gue beralih untuk melihat ada apa dibalik sarung pink milik Adam.
Ini kalo gue jadiin film, pasti judulnya AADSPMA. Film AADC 2 mah lewat.
Setelah Adam menyibak sarung pink imutnya, kali ini gue melihat sesuatu yang tak kalah imut. Iya, titit Adam dengan keadaan diperban terpampang indah penuh pesona.
Satu hal yang terbesit di pikiran gue,
Setelah Adam menyibak sarung pink imutnya, kali ini gue melihat sesuatu yang tak kalah imut. Iya, titit Adam dengan keadaan diperban terpampang indah penuh pesona.
Satu hal yang terbesit di pikiran gue,
‘’ Kok jadi kecil? ‘’
Perbannya.
Hari itu, untuk yang pertama kalinya gue melihat kondisi titit setelah disunat. Pengetahuan gue bertambah satu. Pengetahuan tentang titit.
***
Hari-hari berikutnya, rumah gue mulai berdatangan para
tetangga, teman Ayah dan teman Ibu.
Untuk apa mereka datang? Yak benar.
Untuk melihat titit
Adam. Kalo kalian mengira Adam akan seperti anak-anak lain sehabis sunat pada
umumnya yang menggunakan sarung, perkiraan itu tidak akan kalian temukan pada
Adam. Dari hari pertama di rumah setelah sunat sampai gue mengetik tulisan ini,
Adam tidak pernah menggunakan sarung untuk menutup titittnya.
Dan jelas sekali, saat orang-orang berdatangan untuk menjenguk Adam yang habis sunat, Adam dengan rasa bahagianya akan menyambut para tamu dengan keadaan terbaring di kasur dan titit yang terpampang penuh kharisma.
Dan jelas sekali, saat orang-orang berdatangan untuk menjenguk Adam yang habis sunat, Adam dengan rasa bahagianya akan menyambut para tamu dengan keadaan terbaring di kasur dan titit yang terpampang penuh kharisma.
Setiap hari ada saja temen Ayah ataupun Ibu yang sengaja
berkunjung ke rumah demi menonton titit Adam. Sebagai mahasiswi ekonomi, gue
melihat ini sebagai peluang bisnis. Gue punya rencana, nanti gue bakal bikin
spanduk dan brosur serta tiket masuk untuk menonton titit Adam. Satu tiket
dijual dengan harga 25K. Sedangkan untuk kursi VIP dengan harga 85K sudah termasuk
makan siang, tanda tangan dan foto dengan pemilik titit. Yang minat PING!
Percayalah, gue melakukan ini semua demi mengembalikan uang
gue yang sudah melayang untuk membelikan psp kepada Adam.
Bukan, bukan gue nggak ikhlas. Masalahnya adalah, KENAPA ADAM SUNAT DI AKHIR BULAN SIHH ELAAAH
Gue akhir bulan aja udah setengah mati mikirin duit yang
semakin tipis. Gue ngeluarin duit seribu untuk bayar parkir aja harus diiringi
derai air mata dulu karena mengingat uang seribu itu sangat berarti di akhir
bulan bagi gue. Lah ini Adam malah sunat di akhir bulan.
Ya Allah.
Ya Allah.
Tapi ndak papa. Aku ikhlas. Ini semua demi titit Adam. Demi masa depan nan gemilang Adam. Demi anak cucunya nanti. Aku ikhlas.
***
Saat beberapa teman Ayah dan Ibu datang menjenguk Adam ke
rumah, temen Ibu berkata, ‘’ Laki-laki sama perempuan adil ya, Bu. Laki-laki
sakitnya di waktu sunat, sementara perempuan sakitnya di waktu melahirkan. ‘’
Spontan gue menjawab, ‘’ Tapi perempuan kan melahirkan berkali-kali. Nggak ada laki-laki yang sunatnya berkali-kali. ‘’
Teman Ibu langsung diam dan manggut-manggut. Dalam hatinya, ‘’ Bgst juga nih anak! ‘’
Spontan gue menjawab, ‘’ Tapi perempuan kan melahirkan berkali-kali. Nggak ada laki-laki yang sunatnya berkali-kali. ‘’
Teman Ibu langsung diam dan manggut-manggut. Dalam hatinya, ‘’ Bgst juga nih anak! ‘’
***
Dan setiap kali ada tamu yang datang ke rumah, Adam selalu
mendapatkan selipan uang di tangannya dengan ucapan yang rata-rata sama, ‘’ Nih
buat Adam, untuk beli permen. ‘’ atau ‘’ Nih buat Adam, untuk beli jajan. ‘’
((BELI PERMEN))
Ya lu pikir aje beli permen sebanyak itu. Ntar tititnya
sembuh, giginya yang mendadak sakit.
Hampir setiap malam Adam mendapatkan selipan uang
ditangannya dari temen-temen Ibu juga Ayah. Bener-bener mendadak jadi kaya nih
bocah. Gue nggak bisa bayangin kalo minggu depan tau-tau Adam udah bangun
kos-kosan di belakang rumah.
Asli. Enak bener idupnya.
Asli. Enak bener idupnya.
Yang gue takutkan, dengan uang yang banyak, Adam bakal jadi
rentenir. Trus malak-malakin orang ke rumah-rumah. Nagih utang. Penampilannya
kece. Necis abis. Pake jas, pake dasi, kacamata item, tapi belom bisa pake
celana. Soalnya tititnya belum kering. Kan habis disunat.
Tapi…
RENTENIR MACAM APA ITU!
Oke. Lupakan.
Setelah menemani Adam sunat dan melihat ‘after dan before’nya,
gue bisa mengambil kesimpulan dari hal itu.
Kesimpulannya adalah :
Kesimpulannya adalah :