Siang itu, jam menunjukkan pukul setengah dua. Gue yang baru sampai di parkiran kampus langsung buru-buru naik ke atas.Gue telat setengah jam. Huh.
Gimana enggak, jam pulang kerja gue bertabrakan dengan jam masuk kuliah. Jam satu siang gue pulang kerja, dan jam satu siang pula jam masuk kuliah. -_-
Benar saja, di dalam kelas, seorang dosen
terlihat sangat bersemangat dalam menyampaikan materi. Gue mengetuk pintu,
mengucapkan salam kemudian masuk.
‘’ Huh, gue
telat ya? ‘’ Gue menghenyakan pantat di
kursi sambil meletakkan tas. Teman-teman di sekeliling melihat gue
dengan tatapan ya-menurut-lu-aje-nyet.
Hari itu gue mempelajari mata kuliah Ilmu
Budaya Dasar. Di sana dijelaskan secara
detail tentang sifat-sifat manusia, segala macam phobia, tipe-tipe
manusia, tentang perasaan, jiwa dan
rohani, cinta kasih, sifat-sifat negative pada manusia dan banyak lainnya. Gue
hanya manggut-manggut memahami ucapan yang dilontarkan Ibu dosen.
Sampai pada akhirnya, Dosen melemparkan
pertanyaan kepada seluruh mahasiswa.
‘’ Ada yang pernah merasa tersiksa?‘’
Spontan, salah seorang teman gue, Nurul
menyahut, ‘’ Pernah, Bu. Tersiksa rindu.‘’
Gue hanya tertawa kecil.
‘’ Ada lagi?‘’
‘’ Ada, Bu. Tersiksa batin, ‘’ ujar gue
dengan nada pelan.
‘’ Iya apa tadi? ‘’ Dosen mencari-cari
dari mana sumber suara yang barusan ia dengar. Suasana kelas mendadak hening.
Gue hanya diem sambil menahan ketawa, yakali gue mengulang ucapan yang barusan
gue ucapkan.
Sang dosen mendekati posisi Nurul.
‘’ Kamu kenapa tersiksa rindu? Pacaran
jarak jauh ya?‘’
Nurul hanya mengangguk. Satu anggukan.
‘’ Nih ya buat kalian, kalau kalian punya
pacar jauh, kalian harus punya cadangan di sini. Jangan terlalu percaya seratus
persen ke si dia yang jauh di sana. Percaya nggak percaya, dia pasti juga punya
cadangan pacar di sana. ‘’
Gue mengerutan dahi. Ini dosen ngajarin
yang baik atau yang buruk sih?
Seumur hidup selama pernah menjalani LDR,
gue nggak pernah ada kepikiran untuk mencari cadangan lelaki lain atau menyukai
lelaki lain, selain pacar gue. Kalau kita mencari cadangan lain, itu berarti
kita belum sepenuhnya yakin ke pasangan. Kalau belum yakin kepasangan, ya buat
apa menjalin hubungan.
‘’ Yang dekat saja bisa selingkuh, gimana
yang jauh?‘’
Dosen tersebut melanjutkan kembali
ucapannya kemudian berbalik dan duduk di kursinya.
Alis gue semakin mengerut.
Ibu dosen terlihat duduk di kursinya seperti
semula. Kemudian tangannya menelusuri deretan kertas absen yang berisi daftar nama-nama
mahasiswa.
‘’Indah?‘’
‘’ Iya Bu, ‘’ ujar sebuah suara dari belakang posisi gue duduk.
‘’ Kalau ada dua lelaki yang sama-sama suka
dengan kamu. Keduanya sama-sama baik, sopan, sama dalam segi apapun. Apa yang
akan kamu lakukan? Kamu harus memilih satu.‘’
Indah terlihat bingung. Mikir keras.
‘’Nggak bisa jawab? RahayuWulandari. ‘’
‘’ I-iya, Bu. ‘’
‘’ Kalau kamu, apa yang akan kamu lakukan?
‘’
Sebenernya gue mau jawab, ‘’ Saya nikahin aja dua-duanya, Bu. ‘’
Tapi nggak jadi.
Sebenernya gue mau jawab, ‘’ Saya nikahin aja dua-duanya, Bu. ‘’
Tapi nggak jadi.
‘’ Hmm, saya akan membandingkan mereka berdua dalam segi
atau hal lain yang saya sesuaikan dengan kriteria lelaki yang saya cari. ‘’
‘’ Keduanya sama-sama baik dalam segi apapun.
Nggak ada yang bisa dibandingkan.’’
Pertanyaan macam apa ini. Ahelah.
‘’ Enggak tau, Bu. ‘’
‘’ Nggak tau jawabannya? Nah, kalau kalian
berada dalam situasi seperti ini, jawabannya adalah perbanyak sholat tahajud.
‘’
Lah iya juga yak. Gue manggut-manggut paham.
‘’ Masalahnya bu sekarang, jangankan dua lelaki, satu lelaki aja kagak ada yang mau sama saya,
Bu. ‘’
Spontan seisi kelas tertawa. Cara
mempermalukan diri yang paling elegan.
Elegan ndasmu!
***
Sore itu, jam menunjukkan pukul lima sore.
Waktunya istirahat untuk semua mahasiwa. Perkuliahan akan dimulai kembali, tepat
pada jam tujuh malam.
‘’ Kita makan di mana gengs? ‘’ Gue sok menirukan
gaya bicara Komo Ricky. Tau kan Komo Ricky? Ituloh host yang kalo ngomong selalu
bicara pake otot, emosi sampai urat lehernya keliatan sixpack, ngaceng keluar.
‘’ Makan di mana ya, di mana aja deh. Nggak
usah di tempat kemarin, bosen, ‘’ ujar Fira, salah seorang temen gue.
‘’ Di kaepci, yuk? ‘’
Kami berempat mengangguk setuju.
Tak berapa lama, kami berempat sudah sampai
di dalam toko ayam. Sambil menikmati makanan, terjadi percakapan ala ciwi-ciwi.
‘’ Lu beneran LDR, Nur?‘’ Fira menyenggol lengan Nurul.
‘’ Iya, gue LDR. Dia di Jawa Tengah, jauh.
‘’
‘’ Wah berarti lu harus punya cadangan nih,
‘’ Fira menggoda Nurul. Nurul menggelengkan kepalanya cepat.
‘’ Di sini yang jomblo siapa sih?‘’ ujar Imel,
salah seorang teman gue.
Tanpa dikomando, gue, Fira dan Indah menunjuk dirinya masing-masing. Setau gue, Fira memang jomblo. Jika ditanya mengapa ia jomblo, Fira selalu berkata, ‘’ Gue mau nunggu orang yang tepat untuk bisa hidup selamanya sama gue. ‘’ Maknyus.
Tanpa dikomando, gue, Fira dan Indah menunjuk dirinya masing-masing. Setau gue, Fira memang jomblo. Jika ditanya mengapa ia jomblo, Fira selalu berkata, ‘’ Gue mau nunggu orang yang tepat untuk bisa hidup selamanya sama gue. ‘’ Maknyus.
‘’ Lu jomblo?‘’ Nurul seakan tak yakin dengan
pengakuan gue barusan. Gue mengangguk.
‘’ Yang kemarin mana?‘’ tanyanya lagi.
‘’ Oh, yang itu udah putus. Males dicuekin. Serasa nggak
punya pacar. Males pacaran, maunya nikah aja. Tapi sama siapa? Sama bambu runcing?
Yakali,‘’ ujar gue sambil menyuap nasi ke dalam mulut.
Suasana
kembali hening, lagi asyik-asyiknya menikmati makanan, tiba-tiba Indah memecah keheningan.
Dengan setengah berteriak, ia membuka mulutnya.
‘’ MAKAN TUH CINTA! ‘’
Indah menatap kosong ke arah luar jendela.
Lebih tepatnya kearah parkiran motor. Kami berempat saling pandang. Bingung mendengar
ucapan Indah barusan, apalagi melihat ekspresinya yang datar. Antara kerasukan atau
frustasi berat, gue menyenggol kaki Indah.
‘’ Lu kenapa deh?‘’
Indah mengedipkan matanya setelah beberapa
detik menatap nanar keluar jendela.
‘’ Nggak, gue nggak papa. Lagi bosen aja pacaran.
Bosen jatuh cinta. Capek. ‘’ Gue mengangguk pelan, seakan tau apa yang
dirasakan Indah saat ini.
***
Tepat pada jam sembilan di Sabtu malam,
perkuliahan untuk hari itu selesai. Setelah membiarkan dosen pamit dan keluar
dari kelas, terdengar suara Imel memanggil gue.
‘’ Lan? ‘’
‘’ Lan? ‘’
‘’ Iya, Mel. ‘’
‘’ Minggu depan temenin gue keluar cari kado
ulangtahun untuk pacar gue, ya. ‘’
‘’ Iya, insyaallah ya kalau gue masih hidup.
‘’
‘’ Hoi, mulut lu! ‘’
‘’ Hahaaha yakali aja habis pulang ini gue
meninggal, ya umur siapa yang tau. Jodoh juga siapa yang tau. Entahlah
kira-kira jodoh gue siapa ya, Mel? ‘’
‘’ Bodo ah.‘’
Gue hanya cengengesan sambil berjalan beriringan
dengan Imel menuruni anak tangga.
Dalam perjalanan pulang, gue masih nggak habis
fikir dengan apa yang diucapkan Dosen tadi. Dengan saran yang ia berikan dalam menjalani
LDR.
Gue juga teringat dengan kejadian tadi sore.
Cinta itu hebat.
Cinta bisa membuat seseorang bertahan pada satu
hati dan setia menunggu kepulangannya, seperti yang dirasakan oleh Nurul.
Cinta bisa membuat seseorang tersenyum bahagia,
membuat orang untuk selalu berusaha membahagiakan kekasihnya, seperti yang
dialami oleh Imel.
Cinta bisa membuat seseorang mampu menjaga diri,
menjaga hati dan berhati-hati untuk memilih demi menunggu orang yang tepat,
seperti yang dialami oleh Fira.
Bahkan, cinta juga bisa membuat seseorang mati
rasa, bosan, lelah dalam jatuh bangun karena cinta, seperti yang dialami oleh Indah.
Di balik kaca helm, gue hanya tersenyum penuh
haru. Menyadari betapa hebatnya cinta yang bisa membuat masing-masing orang
merasakan hal yang berbeda-beda dalam satu waktu. Tidak hanya itu, cinta juga bisa
membuat orang untuk bertahan dengan prinsipnya.
Karena, cinta mampu membolak-balikan hati.