• HOME
  • ABOUT ME
  • CONTACT
  • WIRDY'S PROJECT

Rahayu Wulandari Ibrahimelya

Daripada tawuran, mending kita curhat-curhatan

Ngomongin cita-cita.
Sampai sekarang, di umur yang masih belasan ini gue masih bingung mencari jawaban saat ditanya mengenai cita-cita.
Eh bentar, umur sembilan belas masih termasuk belasan ye kan? Masihkan? Oke.

Jujur, gue masih bingung dalam menemukan jati diri gue sebenarnya.
Mari kita bahas tentang satu per satu cita-cita yang dulu pernah gue impikan.

1. Guru Ngaji
Ini cita-cita paling subhanallah banget gaes. Gila, mana ada cita-cita anak kecil yang waktu itu masih berumur 4 tahun memiliki cita-cita itu. Di saat anak lain bercita-cita pengen jadi dokter, guru, polisi, pilot, de el el, gue dengan bangga bercita-cita menjadi seorang guru ngaji.

Ini bermula saat gue ikut ngaji bersama temen di suatu mesjid. Gue dan kakak. Kakak waktu itu masih berumus 5 tahun. Gue waktu itu seneng banget datang telat. Sekarang enggak, apalagi telat datang bulan. Enggak seneng.
Hukuman bagi murid ngaji yang suka datang telat adalah pukulan rotan spesial dari pak ustadz. Maknyus. Dan gue harus rela menyodorkan telapak tangan untuk dipukul dengan rotan setiap kali gue datang telat.

Kamprednya gue nggak jera.

Karena gue sering telat dan dapat teguran dari pak ustadz, gue akhirnya diberhentikan ibu dari kegiatan mengaji di mesjid. Sebenernya alesan yang tepat karena gue pernah bolos sekali waktu ngaji. Pamitnya ngaji, tapi malah main-main sama temen.
Hingga akhirnya ibu menyuruh gue untuk mengaji dengan tetangga sebelah rumah. Setiap selesai magrib, gadis kecil nan imut ini buru-buru menenteng iqra dengan mukenah yang sumpah-itu-mukenah-apa-baju-pengantin. Pake ekor segala dibelakangnya. Mukenahnya kegedean. Gue kayak kain putih berjalan. Serem.
Gue sangat nyaman ngaji dengan tetangga gue ini. Dengan perempuan yang sudah berusia senja. Gue memanggilnya nenek.
Gimana nggak nyaman, wong tiap ketemu waqaf dan selesai membaca satu ayat, gue selalu ngajak ngobrol nenek.
Baca ayat sampe ketemu waqaf.

  '' Nek, Wulan belum makan. Makan ciki dulu nggak papa ya. ''
Nenek ngangguk sambil berzikir. Gue ngambil cemilan ke rumah, makan di depan nenek.

Lima menit kemudian, baca lagi ayat satu baris sampe ketemu waqaf.

  '' Nek, nenek ada minum dingin nggak? Nanti habis ngaji, Wulan minta ya. ''

Lanjut lagi baca satu ayat.

  '' Nek, tadi sore Wulan kan jalan-jalan sama ayah. Itu Wulan beli lego baru. Wulan ambil dulu ya. ''

Dulu waktu kecil gue penggila lego. Beda sama sekarang, sekarang mah jadi penggila cinta kamu. Walaupun dalam diam, ya tetep lego. LEGO-WO AE LAH.

  '' Enggak usah. Ngaji dulu. ''
  '' Iya Nek. ''
Gue kembali ngaji. Gila ya, seru banget ngaji kayak gitu. Dan diumur segitu, setiap kali ditanya guru TK tentang cita-cita, gue selalu menjawab dengan yakin, '' Jadi guru ngaji. ''


2. Penjahit
Gue pernah bercita-cita menjadi penjahit. Punya ide kreatif dalam mendesain pola baju, menjahit baju. Gue selalu senang setiap kali Ibu mengajak gue ke rumah teman Ibu. Teman Ibu seorang penjahit. Dan gue dengan polosnya berdiri di samping teman ibu, memperhatikan bagaimana gerakan tangan yang super cepat dan lincah itu memainkan mesin jahit serta kaki yang menimbulkan suara mesin jahit yang semakin membuat gue berdecak kagum.
  '' Enaknya jadi penjahit. ''
Tapi kayaknya gue nggak bisa menjahit dan jadi seorang penjahit. Menjahit luka di hati aja gue nggak bisa. Mungkin gue lebih cocok jadi perajut. Perajut tali cinta diantara kita. Asoooy.



3. Pemadam Kebakaran
Entahlah. Darimana asalnya gue bisa memiliki cita-cita menjadi pemadam kebakaran. Seingat gue, sewaktu gue duduk di kelas 4 SD, gue sangat suka menonton berita. Sungguh, masa kecil yang barokah. Dulu sinetron alay binatang-binatang bisa jatuh cinta mah nggak ada.
Anehnya, gue cuma suka menonton berita kebakaran. Bodo amat dengan berita pencurian,perkosaan, perselingkuhan, tawuran, curanmor, koruptor de el el. Pokoknya setiap kali gue denger suara pembawa berita yang mengatakan,
'' Pemirsa, telah terjadi kebakaran di bla bla blaaa.... ''
Gue langsung buru-buru duduk bersila di depan tv dengan kepala mendongak menatap layar tv.
Ada perasaan bangga setiap kali gue melihat pemadam kebakaran yang berusaha memadamkan api dengan selang yang panjang terulur. Kayak kamu, yang suka tarik ulur. Huh.
Seringkali gue membayangkan diri sendiri di depan cermin dengan mengenakan seragam merah pemadam kebakaran sambil memegang yang panjang-panjang di kedua tangan. Iya, itu maksudnya selang air pemadam kebakaran. Kan panjang.
Dalam pemikiran gue ketika itu, tugas sugas seorang pemadam kebakaran adalah, nyiram api dengan selang panjang ke lokasi kebakaran dari atas mobil, apinya padam, yaudah kelar.
Gila ya, anak kecil diumur segitu cita-citanya udah mulia banget.



4. Cheff
Sampai saat ini, gue nggak terlalu suka memasak. Bisa sih masak, tapi nggak terlalu digemari banget. Kan ada tuh orang yang hobi banget masak. Bahkan bisa-bisanya nemuin masakan baru. Bahan ini dicampur ini, jadi deh masakan baru dan muncul juga nama makanan baru. Biasanya orang kayak gini nih kreatif. Segala bahan makanan bisa dijadikan sebuah masakan lezat. Apa-apa dimasak.
Sebelum pernah bercita-cita menjadi cheff, gue terlebih dahulu menyukai bagian memasak yang berupa memanggang/membakar. Bakar apa aja deh. Bakar ayam, ikan, jagung, muka pacar kalo ketahuan selingkuh juga gue bisa gue bakar.
Tapi semua berubah setelah gue melihat acara masak memasak ala cheff perempuan di tv. Masih nggak habis fikir.
Itu cheffnya, dari cabe masih dipetik di kebun cabe sampe makanan tersaji sambil keluar kata, '' so delicious, ''  itu kenapa pakaiannya tetep rapi aja sih? Rambutnya juga tetap tergerai indah. Make upnya juga nggak luntur kena asap dari wajan penggorengan.
Karena rasa penasaran itu, gue akhirnya berniat menjadi seorang cheff. Cita-cita luar biasa ini muncul saat gue duduk di kelas satu SMP.
Hari Minggu pagi, gue bangun jam setengah tujuh. Ke dapur, mempersiapkan segala jenis bahan yang akan di masak.
  '' Bu, Wulan bikin nasi goreng ya. ''
  '' Iya bikin aja, '' sahut Ibu.

Setelah gue mengupas semua bawang merah dan putih serta bumbu yang nantinya akan gue blender, tiba-tiba Ibu menghampiri gue ke dapur.
  '' INI KENAPA BIKIN NASI GORENG PAKE JAHE DAN KUNYIT YA? MAU BIKIN JAMU ATAU NASI GORENG? ''

Gue bengong. Kemudian ketawa receh.
  '' Hehee, untung belum dimasukkin ke blender. '' Gue langsung saja menyingkirkan jahe dan kunyit yang sudah gue kupas tadi.

Untung, ndasmu!

Dengan gaya cheff handal, gue dengan lincah mengaduk nasi goreng dengan sendok masak. Sok ahli gitu.
Selama mengaduk-aduk nasi goreng agar bumbunya rata kayak dada gue ketika itu, gue sibuk mikir. Gue memikirkan, '' ini kalo jadi nasi gorengnya, gue namain apa ya? ''
Nasgor cokelat ala Cheff chimoed.
Nasgor ala Cheff nyonya Wulan
Nasgor yumy ala  Lancut (Wulan-Cute)    sekalian aja kancut. Oke.
Nasgor lezat ala Cheff  myself

Aaaa apa ya namanya? Belum sempat gue menemukan nama keren untuk penemuan nasi goreng yang gue buat ketika itu, ibu langsung memanggil gue dan menyuruh gue mematikan kompor. Jangan kelamaan, takutnya nasinya malah gosong.
Pikiran gue bener-bener memutar keras untuk mencari nama yang akan gue pakai untuk menamakan masakan lezat ini. Nggak kebayang kan kalo suatu hari nanti, gue bakal ngegantiin Cheff Farah Quinn. Kalo gue, Cheff Farah Amat ini masakan apa sih!
Nggak kebayang juga kalau suatu hari nama masakan lezat ini bisa muncul di buku menu masakan. Uuh gila ya. Gue sehebat itu.

Oke. Setelah nasi goreng selesai, orang di rumah langsung mencoba mencicipi nasi goreng untuk sarapan pagi itu. Ada 2 kemungkinan yang terjadi setelah mereka memakan nasi goreng itu. Kalau nggak muji gue ya meninggal keracunan.
Belum sampai setengah jam, gue tersenyum lega melihat nasi goreng gue yang sudah ludes di atas kompor.
Duh, keren ya gue. Waktu SMP aja gue udah bisa masak.
Kakak gue datang sambil  meletakkan piring di atas meja. Dan di atas meja itu gue melihat banyak piring lainnya yang berisi nasi goreng tergeletak begitu saja.

  '' Ini nasi goreng apa sih? ''
  '' Nasgor nikmat ala Cheff Lancut alias Wulan Cute. Enak kan? ''
  '' Enak apaan. Ini nasi goreng kenapa banyak gini minyaknya? ''

Gue langsung mengangkat piring yang berisi nasi goreng dari atas meja.
Eeeh iya yak. Ini nasi gorengnya banyak banget minyaknya. Sampai bergelimangan.

Fix, ini nasi goreng kuah minyak ala cheff Wulan!

Sejak saat itu, harapan gue untuk menjadi Cheff seperti Farah Quinn yang pinter masak dan berbadan dan berdada bohay, musnah seketika. Karena nasi goreng itu.

'' Cheff Farah Quinn, aku tidak bisa menjadi penerusmu. Dadaku rata. Tengkiyu. ''



5. Pramugari
Cita-cita ini muncul saat gue duduk di kelas 2 SMK. Di mata gue, jadi pramugari adalah cita-cita yang sangat gue banggakan. Berpakaian rapi, bersih, bertutur halus, setiap hari bertemu dan berinteraksi dengan orang banyak, cakep, badannya langsing dan bisa ngegebet abang pilot cakep. Sampai suatu hari, di teras rumah gue berbincang-bincang dengan ibu dan ayah.

  '' Bu, habis lulus SMK ini, Wulan mau jadi pramugari ya. ''
  '' Pramugari? Memang berani pergi-pergi jauh? ''
  '' Berani dong. '' Gue menjawab dengan mantap.
  '' Kalo ada kecelakaan pesawat gimana? Pesawatnya hilang, pesawat jatuh, pesawat tenggelam, ''
  '' Itu sih udah jadi resiko pekerjaan, Bu. Masuk dalam kategori mati syahid. Meninggal dalam bekerja yang semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah. ''

Anjir, gue udah kayak mamah dedeh.

Ibu manggut-manggut doang. Diem.

  '' Memang tinggi koe berapa? '' kali ini Ayah membuka mulut.
  '' 154 cm, Yah. ''
  '' Nggak bisa dong. Tingginya nggak cukup. Blabla blablaaa.. ''

Gue masuk kamar. Buka gugel nyari persyaratan masuk pramugari. Ternyata bener, tinggi gue nggak pantas untuk jadi seorang pramugari. Kampred. Gue pendek bener. Huhuu
Seminggu setelah itu, setiap sore gue rajin berolahraga dengan skipping. Sampai pada akhirnya, saat sedang serius menggunakan skipping dengan harapan gue bisa nambah tinggi dan bisa masuk pramugari trus bisa ngegebet abang pilot ganteng dan kece, tiba-tiba saja PLAKK.

Tali skipping menampar ujung mata gue.

HUWAAAA gue nangis kejer. Bukan apa-apa, kalo nanti mata gue bermasalah gimana? Gue nggak bisa lagi dong ngelirik abang-abang ganteng di kasir swalayan langganan gue?
Masa depan gue hancur hanya gara-gara skipping sialan ini.

Semenjak itu, aku mencintaimu.


Halah. Semenjak itu, gue memutuskan untuk menghapus daftar impian menjadi seorang pramugari.
Jangankan jadi pramugari, jadi roda kopernya pramugari aja gue nggak lolos.


Entahlah. Sampai saat ini gue masih bingung dengan cita-cita gue yang sebenarnya. Seperti apa? Ingin jadi apa? Bisanya apa?

Apapun itu, saat ini gue sedang mempersiapkan diri dan bercita-cita menjadi ibu yang baik dan cerdas untuk anak-anak kita kelak. Hasek.

Eh betewe, Cita-citanya Cita Citata yang selama ini Cita Citata cita-citakan itu cita-cita menjadi apa ya?






Share
Tweet
Pin
Share
55 comments
Ini cerita bersambung project WIDY yang sudah pernah gue bahas sebelumnya di di sini. Atau bisa lebih jelasnya bisa di baca di postingan Yoga yang ini.

Selamat membaca :)


***


Setelah mata perkuliahan usai, Agus seperti biasanya langsung mampir ke cafe di dekat kampus.
Widy Cafe yang letaknya cukup dekat dengan kampus menjadi pilihan Agus untuk bersantai sepulang kuliah. Bukan hanya bersantai, melainkan lelaki yang berparas cukup tampan bernama Agus, akhir-akhir ini sedang mempunyai maksud lain.
Ya, Agus sedang keranjingan memerhatikan seorang perempuan cantik yang juga sering ke Widy Cafe tersebut.

Anehnya, ia tak pernah lelah untuk melakukannya—hanya memandangi seorang gadis dari kejauhan—hampir setiap hari. Kira-kira sudah hampir sebulan Agus melakukan aktivitas ini. Sayangnya, ia belum kenal sama sekali dengan gadis berwajah oriental itu.
Lebih tepatnya Agus terlalu cemen untuk mengajaknya berkenalan.
Namun, mulai hari ini Agus berniat memberanikan diri mendekati perempuan itu. Karena hari ini wanita itu sedang cantik-cantiknya. Dan Agus merasa waktunya tepat.
Gadis itu mengenakan kaos hitam bertuliskan “I Love Indonesia” yang membuat kulit putihnya semakin terpancar, rambut panjangnya yang bergelombang itu dibiarkan terurai, dengan bawahan celana jins biru, dan sepatu flat senada dengan warna kaosnya.

Cantiknya luar biasa. Mirip-mirip artis FTV. Pikir Agus.

Agus sudah tak tahan lagi untuk menghampirinya. Ia bangkit dari tempat duduknya menuju ke tempat perempuan itu. Tapi, baru berjalan beberapa meter saja Agus merasakan kakinya berat. Seperti memakai sepatu yang beratnya 100 kg. Dengan perlahan-lahan ia meneruskan langkahnya.
Dan akhirnya... ia pun sampai.
Namun, perasaan grogi Agus semakin menjadi-jadi. Jantungnya seakan-akan mau meledak. Seolah-olah mau loncat dari dadanya dan muncrat ke mana-mana.
Agus menghela napas. 
Kemudian menghembuskannya perlahan-lahan, dan berkata, "Lu sering ke sini, ya?" tanya Agus ke gadis cantik itu. Perempuan itu tampak kebingungan dan memandangi Agus dengan tatapan tidak biasa. Dia merasa aneh akan kalimat yang dilontarkan Agus.

"Iya. Kok lu tau, sih?" tanya si gadis cantik.

Kalimat “Kok tau, sih?” ini biasanya akan direspons oleh pria-pria dengan gombal. Bagusnya, Agus tidak menjawab dengan gombal, “Iya, soalnya bapak aku kerja di sini.”

"Gue juga sering ke sini soalnya. Terus gue merasa sering ngelihat lu gitu. Oiya, gue Agus. Btw, nama lu siapa?" Agus menyodorkan tangan berniat mengajak kenalan.

Tak perlu menunggu waktu lama, gadis berwajah oriental itu langsung menyambut uluran tangan Agus.
"Mei," jawabnya, ditutup dengan senyum yang menghiasi wajah pualamnya. Agus hanya bisa terpaku. Tangannya membeku. Bibirnya kelu.
Ada getar di dada Agus. Hidungnya mulai kembang kempis. Sesekali ia memegang dadanya yang terasa bergetar dengan tangan kirinya. Yang ternyata itu HP-nya sendiri. Notifikasi grup kelas yang kurang penting.
Memang... grogi itu terkadang bikin bodoh.

Rileks, Gus. Rileks. Batin Agus menenangkan dirinya.


"Lu sendirian aja nih? Gue boleh duduk di sini?"
Mei berpikir sejenak, kemudian tersenyum dan bilang, "Boleh-boleh aja. Silahkan."

Tanpa berpikir panjang, Agus langsung kembali ke mejanya untuk mengambil tas dan memindahkan segelas minuman pesanannya ke meja wanita yang baru saja ia ajak berkenalan.
Setelah duduk berdua, suasana malah hening. Mei sibuk membaca sebuah novel yang memang dari tadi (sebelum Agus mengajaknya berkenalan) ia baca. Agus sendiri juga bingung harus memulai obrolan dari mana.
Untuk meredakan rasa gugupnya, Agus mulai mengaduk-aduk milkshake cokelat di hadapannya. Sesekali ia melirik Mei, tentunya secara diam-diam.

Dia terlalu cantik, bikin gue makin grogi. Batin Agus.

Untuk orang berkepribadian introvert seperti Agus, rasanya sangat sulit memulai obrolan dengan orang lain. Apalagi dengan seorang wanita. Terlebih-lebih lagi, dia Mei. Wanita yang dia kagumi sejak beberapa minggu yang lalu.

Lalu Agus mengalihkan pandangannya ke jalanan di luar cafe. 
Ia kemudian berkata, "Kapan ya, Jakarta bebas macet?"
Lagi-lagi Mei memandangi Agus dengan tidak biasa. 
Mei merasa Agus ini orang yang sangat aneh. 
"Entahlah. Memangnya kenapa, Gus? Lu itu seperti pemerhati jalanan Jakarta, ya? Kayak orang kurang kerjaan," balas Mei dengan senyumnya.

Skakmat.

Agus bingung harus merespons apa.

***

Cerita bersambung
Untuk bagian kedua cerpen, silahkan dibaca di  Blog Icha.




Share
Tweet
Pin
Share
71 comments
Gila ya, nggak terasa udah mau tahun baruan lagi. Rasanya baru kemarin gue galau, eh sekarang galau lagi. -_-
Heran deh. Kenapa setiap akhir tahun gue menyedihkan mulu ya.
Akhir tahun 2012 yang lalu, gue putus pas liburan Desember.
Akhir tahun 2013 yang lalu, gue juga putus pas di awal Desember.
Akhir tahun 2014 setahun yang lalu, gue juga putus, galau alay najis.
Dan sekarang akhir tahun 2015, gue putus lagi.

Kapan? Kapan gue bisa merasakan dan merayakan tahun baruan dengan pasangan sendiri?

Oke, drama abis.

Tahun 2015 ini terasa cepet banget berlalu. Ada banyak hal-hal yang sebelumnya nggak pernah gue rencanakan dan gue impikan bisa terjadi di tahun ini. Banyak sekali.

Jujur, gue sama sekali nggak pernah membuat resolusi seperti teman-teman dan orang kebanyakan. Memang nggak ada salahnya sih, guenya doang yang males. Hahaa
Kadang ada sesuatu hal yang sama sekali nggak pernah direncanakan sebelumnya yang bisa terjadi pada diri kita. Mungkin hal tersebut malah lebih baik daripada resolusi yang sebelumnya sudah kita tulis rutin di note pada setiap akhir tahun. Gue takut bikin resolusi, kalo nggak tercapai rasanya malah jadi beban.
Jalani saja semuanya. Yang terpenting itu niat. Hasek.

Di tahun ini gue belajar banyak dari kejadian dan pengalaman yang sudah pernah gue alami. Mulai dari dalam hal pekerjaan, kuliah, keluarga, hubungan antar teman dan juga percintaan.
Gue banyak mengalami jatuh bangun dalam hal-hal tersebut.
Mulai dari pekerjaan. Gue harus bisa belajar mandiri, belajar ditinggalin atasan dengan setumpuk kerjaan.
Begitu juga dengan dunia perkuliahan. Rencana kuliah yang sudah gue tentukan di tahun 2016 nanti, malah berbeda dengan kenyataannya. Gue akhirnya masuk kuliah di tahun ini.
Kata ibu sih, ' Kalo ditunda-tunda sayang umur. ''
Pas dengar ibu ngomong itu, rasanya gue pengen nanya,
  '' Oh jadi ibu lebih sayang umur daripada sayang aku? ''

Gue digampar.


Dalam keluarga dan hubungan antar teman juga banyak sekali perubahan yang bikin gue seneng bukan main dalam tahun ini.
Juga dalam dunia percintaan. Ini apa banget gue nyebutnya 'percintaan'. -_-
Pokoknya dalam dunia itu deh. Yaa meskipun dalam setahun ini gue telah menghabiskan waktu dengan orang yang salah, tapi setidaknya gue udah dapat pelajaran dari hal tersebut. Pelajaran untuk mencari pasangan yang bisa memprioritaskan. :))


Welcome 2016 :))

Share
Tweet
Pin
Share
74 comments


Create by: Yoga




Ada yang tahu Widy?


Hmm tunggu bentar. Kayaknya itu kalimat pembuka Yoga deh.
Ulang, ulang.


Kalian tahu apa itu Widy? Iyak bener.
WIDY ITU COWO GANTENG BANGET GILAAA..

Enggak. Bukan yang kayak gitu.

***

Tepat pada tanggal  25 November, timeline gue penuh dengan mensyen-mensyenan. Mending mensyenan karena bahas hal penting. Lah ini kagak. Mensyenan menuh-menuhin timeline doang.
Melihat hal itu, Yoga yang ikut terlibat dalam mensyenan itu akhirnya memberikan ide cemerlang. Ia memutuskan untuk membentuk suatu grup di Line yang bernama WIDY.

WIDY adalah singkatan huruf dari Awal masing-masing nama kami.
Wulan kiyut, imut dan manis
Icha
Darma
Yoga

Nggak tau kenapa nama gue diurutin di paling awal. Dan tepat di tanggal 25 November yang bertepatan dengan Hari Guru, maka terbentuklah grup Widy itu. Gila men, sungguh barokah grup Widy ini.

Awalnya gue ada niatan mau ubah nama. Jadi RIDY. Raisa, Icha, Darma dan Yoga.
Tapi gue membatalkan niat itu setelah mendengar soundtrack kartun Spongebob.

Are you RIDY kids? Aye Aye Captain.
I can't hear you! Aye Aye Captain.
Ooohh.. 


Gue telat. Ternyata Spongebob lebih dulu mengambil nama Ridy daripada gue.

Yang bikin gue seneng, adalah meskipun kami tinggal di pulau yang berbeda, gue ngerasa semuanya begitu dekat.
Gue di pulau Sumatera, Riau. Sedangkan Icha di pulau Kalimantan, Samarinda. Darma dan Yoga di pulau Jawa, Jakarta.
Jauh-jauh banget. Tapi jarak yang sangat jauh itu tidak menjadi masalah saat bagaimana kami berempat menuangkan pikiran, celotehan serta pendapat di grup itu. Empat kepala menjadi satu. Semuanya terasa dekat.  :))

Ada 2 alasan kenapa gue begitu excited saat mengetahui gue bakal punya grup.
1. Widy bisa jadi mood booster bagi gue. 
Selalu aja ada cerita lucu, aneh yang bikin penasaran yang rasanya sayang untuk dilewati. Nggak hanya itu, Widy juga grup yang bermanfaat bagi gue. Serius. Gue belajar banyak hal dan ilmu baru dari sana.
Dari mereka, Icha, Darma dan Yoga. Setiap kali gue mendapat ilmu baru dari mereka, kadang ada juga yang tersirat. Gue selalu ngomong dalam hati, '' Oh gitu ya. Kok gue baru tau ya? Nggak nyangka gue sebodoh ini. ''

2. Gue nggak pernah dimasukkin ke grup dan ini baru pertama kalinya gue punya grup Line. Menyedihkan. 



Untuk membuktikan bahwa daya ingat gue masih tajam, gue masih ingat pembahasan pertama kali saat grup itu tercipta. Tentang LDR, dada anak SMP yang rata, jomblo berkualitas dan hai.

Tentang LDR.
Berhubung Icha adalah salah seorang pejuang LDR, Icha pernah bilang di awal saat masuk grup bahwa ia pengen jadi pejuang LDR yang bisa berkarya. Hasek.

Dada anak SMP yang rata.
Waktu itu Yoga sedang menggebu-gebu menceritakan tentang dada anak SMP yang rata. Gue curiga, kayaknya Yoga udah pernah melakukan penelitian tentang dada anak SMP yang rata. Gimana caranya? Hmm.

Jomblo berkualitas.
Gue yang waktu itu baru-baru, hikss putus hikss entah kenapa bisa mengatakan bahwa jadilah jomblo yang berkualitas. Serasa kayak memotivasi diri sendiri gitu.
-_-

Hai.
Hai juga. Ini Darma. Waktu itu Darma telat masuk ke grup Widy. Jadi pas kami lagi bahas 3 topik yang mahadahsyat itu, tiba-tiba Darma nongol dan berkata, '' HAI. ''



Masyaallah
Sungguh, grup yang bijak.

Dalam grup ini kami bisa bebas sharing dan membahas apa saja. Mulai dari tentang percintaan, pekerjaan, saling memberi motivasi, bertukar pendapat, dan banyak lainnya.
Sampai suatu hari, Yoga mencetuskan idenya untuk bermain sambung cerpen. Jadi tiap orang akan melanjutkan cerpen sesuka hati yang sesuai dengan ide pikirannya sendiri sesuai dengan urutan nama WIDY. Terserah sampai berapa kalimat. Awalnya agak ragu, takut bentrok dan nggak pas dengan jalan cerita dari masing-masing yang kita inginkan. Ide pikiran tiap orang berbeda-beda toh.
Namun akhirnya keraguan gue hilang. Sambung cerpen terus berlanjut hingga sekarang sudah tercipta beberapa paragraf.
Setiap kali menyambungkan cerpen, hanya gue yang melanjutkan cerpen dengan sedikit kalimat. Hahaha habis gue nggak begitu ngerti dengan fiksi. Berbeda dengan Yoga yang punya banyak ide, Darma yang memang pintar di bidang fiksi, Icha yang membawa suasana dalam cerpen menjadi lebih hebat.

WIDY menjadi wadah dalam hal menggarap tulisan. Gue bisa belajar banyak dari mereka.


Dan cerpen ini nantinya akan kami publish di masing-masing blog secara bergantian. Setiap 500-700 kata dalam cerpen yang akan dipublish di setiap blog masing-masing. Bisa dikatakan seperti cerita bersambung.

Cukup cerita aja yang disambung, kisah cinta kita jangan.


Insyaallah, cerita bersambung ini akan di publish di bulan Januari 2016 nanti. Tunggu cerita bersambungnya ya man teman :))



ailofyuu~

Share
Tweet
Pin
Share
81 comments
  '' Loh ibu kenapa? ''


Gue yang baru selesai subuhan pagi itu terkejut melihat ibu yang panik di di ruang tengah dengan handphone di tangan. Gue pun langsung duduk di sebelah ibu dan mendengar semua cerita ibu.
Seperti yang sebelumnya telah gue posting tentang kakak gue yang lagi ikut dalam karantina seminggu, maka di hari itu tanggal 20 Desember adalah malam final dari pemilihan acara tersebut. Dan kejadian yang nggak diharapkan tiba-tiba datang.
Baju melayu harian milik kakak yang nanti akan dipakai nanti malam ternyata kependekan. Peraturannya harus di bawah lutut. Sedangkan baju kakak hanya sampai di atas lutut.
Bingung. Gimana mau nyari baju yang sesuai lagi?
Mau nggak mau, baju melayu harian itu harus dijahitkan pagi itu juga mengingat malam nanti akan dipakai.

Pagi itu sekitar pukul 7, gue tanpa cuci muka, tanpa sikat gigi dengan muka acak adul bangun tidur langsung pergi keluar dengan motor bersama ibu. Tujuan kita pagi itu adalah mencari bahan baju yang berwarna kuning.
Satu masalah muncul.
Warna kuning yang seperti apa?
Berhubung utusan dari kabupaten adalah cewek dan cowok, maka pakaian pasangan yang diutus itu harus sama. Nah sekarang, kalo gue dan ibu salah milih warna kuning, nanti bakal kacau kalau warna kuningnya nggak sama dengan kuning pasangan cowok si kakak.
Gue baru tau. Ternyata warna kuning ada banyak ragamnya. Ada kuning kecokelatan, kuning emas, kuning pudar, kuning ngejreng, kuning e'ek, kuning cream, kuning gelap, banyak deh pokoknya.
Ibu nggak tau warna kuning yang dipakai kakak gue dan pasangannya itu kuning yang seperti apa? Gue kembali melihat layar hp, menyocokkan warna kuning baju kakak yang dipakainya pada foto di hp gue. Gue baru sadar ternyata efek warna pada objek yang ada di foto bisa berubah-ubah daripada aslinya. Apalagi warna kuning. Nggak jelas kuning yang seperti apa.


Akhirnya gue dan ibu tiba di depan toko penjahit tempat kakak gue menjahitkan baju yang kependekan itu sebulan yang lalu.
Dan tokonya tutup. Belum buka. Gue dan Ibu dengan sabarnya nunggu di depan toko jahit dengan tampang lesu belum sarapan. Apalagi gue, masih setengah sadar.
Cukup lama ibu dan anaknya yang terkiyut itu menunggu di luar toko jahit. Dan dengan modal nekat, ibu dan gue akhirnya memilih satu warna kuning yang kemungkinan mirip. Saat itu juga, ibu meminta si bapak tersebut untuk menjahitkan baju itu.
Berhubung perjalanan dari rumah gue ke tempat acara memakan waktu 1,5 jam, ibu memutuskan untuk memilih berangkat di siang hari.

Alhamdulillah baju kuning melayu harian itu terjahit cepat sebelum jam 3.
Gue berangkat jam 3 dari rumah dan sampai di parkiran gedung jam 5. Parah ya. Lama bener sampainya.
Setibanya di parkiran gedung, kami semua cuma berdiam diri di dalam mobil. Yaiyalah, wong acaranya jam 8 malam. Sementara ibu langsung menuju hotel untuk memberikan baju melayu harian kuning yang dijahitkan tadi.
Sambil menunggu jam 8 dan waktu magrib, ibu mengajak kami untuk masuk ke mall. Ada banyak sekali pemandangan yang menyesakkan dada sore itu. Iya, pasangan yang bergandeng mesra. Fak.
Gue baru ingat, ini kan weekend. Pantesan.


***

Sekitar pukul setengah delapan, kami langsung kembali ke gedung  SKA Co Ex dan masuk ke ruangan tempat acara berlangsung. Para tamu undangan sudah cukup ramai terlihat. Terlebih para senior Bujang Dara tahun lalu.
Yang cowok cowoknya, duuuh cakep gila. Bisa bikin iman melayang.
Gue cukup bingung saat menyadari posisi duduk bangku gue dan orangtua harus berjauhan. Untuk undangan orangtua, posisi duduknya dikhususkan. Sementara gue, adik, adik sepupu dan mba sepupu hanya bisa duduk di posisi tiga baris dari belakang.
Tak lama kemudian para suporter kakak gue datang dan membentuk kelompok di belakang gue.
Acara dimulai.
Ternyata jadi suporter itu beda tipis dengan anak alay. Syarat dan ketentuan untuk jadi suporter yaitu:
1. Harus punya suara yang melengking.
2. Punya tepukan tangan yang kuat.
3. Pede, alay, narsis, bodo amat, suka-suka, gila.

Dan gue yang memang alay jijik ternyata sangat berbakat jadi suporter. Saat acara pembuka dimulai, 11 pasang finalis naik ke atas panggung dengan diiringi irama musik penyambut dan gemerlap lampu yang meriah.
Saat pertama kali melihat kakak gue dan pasangannya naik, gue dan suporter kakak langsung menjerit histeris.
HIYYAAAAAAA WAAAA HYYAAA

Alay. Nggak jarang para penonton yang duduk di depan menolehkan pandangannya ke belakang. Ke suara teriakan dari lubang neraka.
Lampu kembali meredup. Sebuah layar yang berukuran besar mulai menyala dan menampilkan tayangan seminggu penuh tentang kegiatan para finalis. Berkunjung ke sana sini, interview, dll.
Tayangan di layar menampilkan kakak gue yang sedang diinterview. HYAAAA
Suporter langsung teriak.
Tayangan kakak gue lagi terlihat jalan dengan anggunnya. HYAAAA HUWAAA
Tayangan kakak gue lagi senam pagi. HYAAAAAA
Tayangan kakak gue lagi di class of beauty. HUWAAAA

Begitu seterusnya. Seakan melihat kakak gue di dalam tayangan maupun diatas pentas adalah suatu hal yang membanggakan dan mengerikan. Pake teriak-teriak alay sih.
Suasana kembali tenang, damai dan tenteram. Karena kami diusir security. Enggak deng. Karena saat itu Bapak Gubernur sedang memberi kata sambutan hangat. Iya hangat. Soalnya dibarisan tepat di depan gue ada seorang cowok cakep. Hidungnya, yoloh gemesin. Mancung banget. Jambangnya duileeh. Meleleh adek bang.
Cowok cakep itu hanya diam sedari tadi. Dia terlihat sendirian di antara para suporter kakak gue. Sampai gue mikir, '' Ya Allah, apakah ini jodoh yang engkau kirimkan untukku? "


Setelah Bapak Gubernur memberi kata sambutan, para finalis dipanggil untuk naik ke atas panggung lagi dalam sesi pemilihan 5 besar.
Dan begitu nama kakak gue disebut dan lolos ke 5 besar, para suporter dan terlebih gue langsung teriak heboh nggak karuan.
HYAAAAAAAA
HUWAAA. WAAAAA YEEEEE HWAAAA DOR!.

Kami semua ditembak mati. Ngerusuh sih.

Nggak puas hanya tepuk tangan dan bersorak kesurupan, kami semu memilih untuk berdiri. Hahaa
Dalam keadaan berdiri seperti ini, kami terlihat kayak segerombolan orang kelaparan yang saat melihat makanan langsung histeris teriak,
'' BERI KAMI MAKAN. BERI KAMI MAKAN. AAAARRGHH ''

Acara kembali tenang saat 5 finalis cewek dan 5 finalis cowok satu persatu mendapatkan pertanyaan dari dewan juri. Giliran kakak gue menjawab pertanyaan. Gue semua hanya berdoa agar kakak diberikan kelancaran dalam menjawab pertanyaan juri.Dan gila aja, kakak santai amat ngomongnya. Nggak ada gagap, kaku, atau grogi. HUWAAA

Selama acara berlangsung, gue kesel bukan main. Di belakang gue ada tiga cowok yang berisik minta ampun. Dari acara dimulai, Bapak Gubernur memberi kata sambutan, sampai pertengahan acara, itu trio cowok nggak berhenti ngerumpi.

Bising. Berisik. Mana suaranya nyerocos terus tanpa spasi.
Wong lanang kok koyok ngono? Lu kira ini acara rumpi no secret? Huh.

Selesai kakak menjawab pertanyaan dari juri, kembali para anak alayers bersorak kegirangan.
Dan setelah bersorak, gue baru sadar. Ternyata cowok ganteng itu sudah menghilang dari barisan di depan gue. Hanya ada dua kemungkinan. Dia keluar ballroom untuk ke kamar mandi atau dia keluar ballroom kemudian diopname.

Satu hal yang gue sadari tiba-tiba,
  '' Mampus. Suara gue serak. Suara gue hilang. Duuh mana acara masih panjang juga. ''

Sementara dewan juri berdiskusi untuk menentukan 3 besar, acara hiburan mulai ditampilkan. Malam itu dihadirkan bintang tamu Lucky Idol. Mas Lucky, (biar kedengerannya akrab) menyanyikan lagu Chrisye yang judulnya Kala Cinta Menggoda.

  Maka ijikanlah aku mencintaimu.  Atau bolehkah aku sekedar sayang padamu


Duuh lagunya bikin baper. Seandainya aja si cowok cakep tadi masih ada di barisan depan gue.
Sambil menikmati lagu yang dilantunkan Mas Lucky, snack mulai dibagikan ke para tamu undangan dan penonton. Dan KAMPRETOSNYA, TIBA DI GUE, IYA DI GUE. SNACK KOTAKNYA NGGAK KEBAGIAN.

Apa-apaan ini? Padahal kan itu tujuan utama gue untuk datang ke sini. Mengincar snack kotak.
Kenapa tiba di giliran gue doang yang nggak kebagian? Sementara adik yang ada di kiri gue dapat, Kak Ririn yang ada di kanan gue dapat. Lah gue?? Apa jangan-jangan wujud gue nggak kelihatan oleh mereka? Apa jangan-jangan..... ah sudahlah.
Sedih amat. Gue si penonton yang terlantar. Hiks.


Sekitar setengah jam kemudian, para dewan juri kembali ke posisi masing-masing. MC mulai membuka kertas dari dalam amplop yang berisi nama finalis yang lolos masuk ke tiga besar. 3 cewek dan 3 cowok.
Para tamu undangan terlihat antusias. Gue dan kak Ririn berpegangan tangan. Saling mencengkeram. Mata beradu mata. Kita saling jatuh cinta. Dan menikah.
Enggak deng.
Gue dan Kak Ririn yang suaranya juga melengking saling merasa cemas dan berdoa dalam hati.
Alhamdulillahm kakak gue masuk ke tiga besar.
Lalu apa yang terjadi?
Iyak, ruangan ballroom pecah menggelegar. Kami semua kembali teriak histeris. Belum lagi suara tepuk tangan yang bertubi-tubi. Beberapa cowok ganteng yang duduk agak jauh dari depan gue menoleh ke arah kami. Gue melihat tatapannya yang seperti berkata dalam hati,
  '' Wah, kiyut juga ini cewek. ''

Ah jadi maluk.

Melihat aura matanya, gue jadi semakin yakin kalau dalam hati beberapa cowok ini seakan ngomong,
 '' ANJIRR, INI ORANG BELAKANG BERISIK AMAT. APALAGI ITU YANG PAKE JILBAB CREAM. ALAY. MANA TERIAKAN BISING. BAKAR AJA BAKAAARR. ''

Gue juga kesel dengan salah satu kameramen. Salah satu kameramen dari stasiun televisi lokal merekam adegan sorak-sorak gue dengan posisi mulut gue yang menganga lebar kayak terowongan Mina.
Fak. Reputasi gue jadi turun seketika. Gimana kalo gue dengan mulut menganga lebar yang sedang teriak histeris itu ditayangkan di siaran tv lokal? Apa kata para fans?



Suasana kembali tenang. Kali ini bukan tenang karena kami si suporter ricuh diseret seret security keluar ballroom. Ya nggak mungkinlah.
Kali itu suasana kembali tenang karena barisan para suporter dengan tiba-tiba dibom. Bising.

3 finalis cewek dan 3 finalis cowok mulai berbaris naik ke panggung. Dengan pakaian indah dan sunting yang terpasang di kepala mereka menambah kesan anggun pada tiga finalis Dara Riau.Uuh.
Tibalah giliran kakak gue yang akan menjawab pertanyaan dari Juri. Saat mengambil gulungan kertas, ternyata kakak gue mendapat gulungan kertas spesial. Biasanya rasanya macem macem sih. Ada yang keju cokelat, stroberi cokelat, pandan, rasa kacang juga ada.

Kakak gue mendapat pertanyaan dari Bapak Gubernur. Dengan seksama ia memahami pertanyaan dari si Bapak.
Kami semua kaget saat kakak gue menjawab pertanyaan dengan menggunakan bahasa Prancis.
  '' Bonjour à tous. '' Kakak gue membuka suara.
Serempak teman-teman suporternya yang juga satu les dengan kakak menjawab, '' Bonjour. ''

Gue yang celingak-celinguk kemudian ikutan bersuara, '' BUSU. ''
Berhubung gue telat ngucapinnya, itu menyebabkan suara gue jadi terdengar sendiri. Para penonton melemparkan pandangannya ke gue.
Dan gue baru sadar, '' Kenapa gue sok ikutan bahasa prancis? Busu itu apaan coba? Bahasa negara mana itu? APA ITU BUSU?? HUWAA GUE MALU. ''

Beberapa temen kakak mencolek gue.
  '' Lan, Busu itu apa? ''
  '' Busu itu bahasa prancis juga. '' Jawab gue asal.

Setelah para finalis menjawan pertanyaan, tibalah saat yang paling menegangkan. Penentuan dan penobatan Bujang dan Dara Provinsi Riau 2015.
Suasana mulai mencekam. Lampu mulai padam. Yang menyala hanya lampu panggung.
Dimulai dari juara 1, 2 dan 3 Bujang (cowok) dan kemudian beralih ke para Dara (cewek).

Gue menggenggam tangan Kak Ririn sambil berdoa dalam hati,
  '' Ya Allah, semoga kakak bukan juara tiga. Jangan juara tiga. ''

Juara tiga sudah diumumkan. Alhamdulillah ternyata bukan kakak gue. Hanya tinggal dua posisi lagi. 1 dan 2.
Dan gue merinding asli saat nama kakak disebutkan menjadi Dara Provinsi Riau 2015.
Gue langsung histeris dan memeluk Kak Ririn. Kemudian gue langsung berlari ke arah Ibu. Biasanya Ibu bakalan nangis kalau terharu gini.

Jangan tanya lagi seberapa heboh teriakan para suporter kakak.
HYAAAAA HUWAAAA
WAAAAA AAAAAAAAAAAAA
HYAAAAAAAAAAA
YEEEEEEEEE
HYAAAAA HYAAAAAAAAAAAAAAAAA

Ternyata bukan cuma kami saja yang berteriak ketika itu, para penonton lain juga ikut memeriahkan teriakan kami. Gue seneng. Pengen nangis.
Nggak sia-sia usaha ibu selama ini. Kekhawatiran ibu dan gue yang rela belum mandi, belum sikat gigi dan cuci muka harus ke toko jahit.

Selesai penobatan dan pemakain selempang, para penonton dan suporter berhamburan naik ke panggung. Minta foto.
Dan. Gue. Sama.Sekali. Nggak dapat kesempatan untuk berfoto dengan kakak.
Kakak gue cuma bilang,
  '' Lan, pegangin. ''
Gue disuruh memegangi sebuket bunga dari tangannya.

Rame bener. Gila.
Sementara kakak gue sibuk berfoto dengan Bapak Gubernur dan bapak ibu dinas, gue hanya duduk anteng di pinggiran panggung. Kayak orang dongo sambil memengan sebuket bunga. Berharap ada yang mengasihani gue dengan memberikan sisi snack kotak ke gue.


Bujang Revianda Windu - Dara Rahayu Kuntum Melati
Bujang Dara Provinsi Riau 2015
                                 





Selesai acara, kami pulang ke rumah sekitar jam 2 pagi. Tentunya nggak bersama kakak. Kakak masih ada kegiatan lagi di sana.


Beberapa menit sebelum buket bunga itu diserahkan kakak ke gue -_-



Perhatikan baik-baik. Lihat Bujang Revianda Windu.
Lihat warna cokelat muda yang menyembul di belakang bahu kanan bang Revianda.
Nah, itu gue. Itu jilbab gue yang duduk dipinggiran panggung.
Yoih, jilbab gue masuk ke foto dalam koran Riau Pos. Yuhuuuu





Share
Tweet
Pin
Share
44 comments
Newer Posts
Older Posts

Rahayu Wulandari

Rahayu Wulandari
Atlet renang terhebat saat menuju ovum dan berhasil mengalahkan milyaran peserta lainnya. Perempuan yang doyan nulis curhat.

Teman-teman

Yang Paling Sering Dibaca

  • ADAM
  • Ciri-ciri cowok yang beneran serius
  • Pelecehan
  • 5 Tipe Cowok Cuek

Arsip Blog

  • ▼  2020 (5)
    • ▼  September (1)
      • Perjalanan Baru
    • ►  June (1)
    • ►  April (3)
  • ►  2019 (5)
    • ►  October (1)
    • ►  July (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2018 (8)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  February (2)
  • ►  2017 (14)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2016 (39)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
    • ►  February (8)
    • ►  January (7)
  • ►  2015 (138)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (12)
    • ►  July (6)
    • ►  June (9)
    • ►  May (10)
    • ►  April (15)
    • ►  March (21)
    • ►  February (11)
    • ►  January (24)
  • ►  2014 (18)
    • ►  December (10)
    • ►  November (6)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+

Total Pageviews

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates