• HOME
  • ABOUT ME
  • CONTACT
  • WIRDY'S PROJECT

Rahayu Wulandari Ibrahimelya

Daripada tawuran, mending kita curhat-curhatan

Ada yang ingat kapan pertama kali jatuh cinta?
Kata orang cinta pertama itu enggak bisa dilupakan. Bener nggak sih?
Meskipun pada kenyataannya cinta pertama kita belum tentu menganggap kita sebagai cinta pertamanya. Karena dia pasti punya cinta pertamanya sendiri.



                                       




Jujur. Gue sendiri merasakan cinta pertama di usia 8 tahun. Gila ya. Gue nggak habis fikir. Anak kelas 3 esde bisa-bisanya mengalami jatuh cinta.
Gue jatuh cinta dengan ketua kelas di kelas gue sendiri. Namanya Fariz. Beneran deh, ini nama asli. Bukan nama samaran.
Fariz bersuku Aceh. Badannya gagah, tampan rupawan. Kepribadiannya juga wibawa banget. Ngomong seadanya. Tipe suami-able gitu. Duuh.
Gue sering kali melirik-lirik dia di setiap kali ada kesempatan. Ada bahagia yang tak terungkap di dalam hati.

Sampai pada suatu hari yang di mana gue mengingat jelas hari bersejarah ketika  gue jatuh cinta untuk yang pertama kalinya.
Pagi itu pelajaran matematika sedang berlangsung. Sialnya, gue lupa membawa penggaris. Padahal beberapa hari sebelumnya, ibu guru udah mengingatkan siswanya untuk membawa penggaris. Soalnya pelajaran kali itu udah masuk ke bab bangun ruang.
Selesai ibu guru menerangkan di papan tulis, seperti biasa anak-anak lainnya sibuk mencatat kembali pelajaran dari papan tulis. Dan gue mendadak bengong saat menyadari bahwa gue tidak membawa penggaris.
Daripada enggak nyatat, akhirnya gue memberanikan diri bertanya ke teman-teman yang posisi duduknya dekat dengan gue.

  '' Temen-temen, ada yang bawa penggaris nggak? ''
Satu kelas hening. Nggak ada yang respon. Gue dikacangin. Parah.
Gue kembali  membuka mulut.

  '' Ada yang bawa penggaris nggak? Pinjem dong. ''

Belum sempat gue menyelesaikan omongan gue, sebuah penggaris hadir tepat di depan gue.
  '' Nih, ''

Seorang lelaki mengulurkan penggarisnya ke arah gue. Gue terkejut. Fariz tersenyum seraya menganggukkan kepalanya ke gue.
Gue diem.
Waktu seakan berjalan lambat. Ada jeda yang membuat jantung gue berdegup cukup kencang. Nafas pun ikut tertahan.

 Ada gejolak yang tak biasanya gue rasakan saat berada dalam situasi saat ini. Ada rasa yang beda. Lain.


Keringat dingin mulai mengalir di sekujur tubuh.

  '' Ini, pakai aja. '' Fariz menyadarkan gue.
  '' Ehh iya, iya. Pinjam dulu ya. ''

Sejak saat itu, gue menyukai Fariz.
Fariz yang berhasil membuat gue jatuh cinta untuk yang pertama kalinya. Kedengarannya memang aneh, bagaimana mungkin anak berumur 8 tahun bisa mengalami jatuh cinta dengan lawan jenisnya? Bagaimana mungkin cinta bisa datang tiba-tiba di usia yang semuda itu. Masih terbilang kanak-kanak.

Tidak hanya itu. Gue juga sering sekali memperhatikan buku absen yang ada di atas meja guru. Memperhatikan deretan nama absen sesuai abjad. Yang dimana nama gue dan nama Fariz hanya terpisah oleh satu nama siswi lain.

Muhammad Fariz
Ningsih
Rahayu Wulandari


Ada senyum yang perlahan mekar di ujung bibir saat jari tangan gue menyentuh deretan nama gue dan nama Fariz.
Ah, andai saja Ningsih tidak ada di kelas ini. Pasti nama gue dan Fariz udah deketan.
Gila. Segitu jatuh cintanya gue dengan lelaki itu.

Semakin hari, gue semakin menyukai sosok Fariz. Sikapnya dalam memimpin kelas, mengatur kelompok, mengatur barisan. Hanya satu kata yang terlintas di benak gue. Gagah.
Naik ke kelas 4 SD, gue tidak lagi sekelas dengan Fariz. Meskipun begitu, setiap jam istirahat gue selalu menyempatkan diri untuk melihatnya dari kejauhan. Melihat punggungnya yang sedang berjalan di paving block halaman sekolah. Melihatnya masuk ke kantor guru, bicara dengan guru, tertawa dengan teman-temannya. Tatapan matanya teduh.

Hingga sampai naik ke kelas 6 SD, gue-masih-menyukai-Fariz.
Gue menyukai saat di mana gue bisa memperhatikan raut wajahnya secara jelas. Ketika nomor ujian akhir murid udah keluar dan terpampang di papan info sekolah, rasanya gue ingin melompat girang saat mengetahui posisi duduk gue tepat di belakang posisi duduk Fariz. Gue juga bingung, kenapa bukan Ningsih yang berada di belakang posisi duduk Fariz. Dan akhirnya gue tau, ternyata posisi duduk sengaja dibentuk zig-zag sesuai nama di buku absen. Syukurlah. Setidaknya dengan posisi zig-zag itu, gue bisa berada dekat dengan lelaki ini. Lelaki yang gue kagumi 3 tahun lamanya.


Ada satu momen yang sampai saat ini masih teringat jelas di benak gue di saat hari ujian akhir berlangsung.
Seperti biasa, setiap kali selesai mengerjakan soal ujian, gue dan Fariz selalu berbicara tentang apa saja. Saat itu obrolan yang paling gue ingat mengenai musibah tsunami di Aceh. Berhubung Fariz adalah orang Aceh, gue selalu bertanya tentang kejadian itu, tentang saudaranya di sana.
Gue selalu senang ketika bisa berbicara dekat dengan sosok Fariz.

Setidaknya dengan obrolan inilah, gue bisa berada dekat sebagai lawan bicaranya. 


Gue juga masih ingat, saking ingin mengobrol dekat dengannya gue pernah membuka pembicaraan dengan kalimat,
  '' Riz, kamu tau nggak. Itu A'a Gym nikah lagi loh. ''
  '' Eh, masak iya? ''
  '' Iya, bla bla bla  ''

Bayangin. Anak kelas 6 SD udah ngomongin tentang A'a Gym yang melakukan poligami. Waktu itu acara gosip di tv memang lagi seru-serunya ngebahas tentang A'a Gym yang berpoligami.
Habisnya, gue nggak tau lagi mau bahas apa dalam obrolan. Gue hanya ingin terus berada dekat dengannya. Meskipun hanya dengan melalui obrolan.



Hingga di hari ujian kedua, gue mendadak kesel dengan Fariz. Fariz tidak sengaja mencopot kartu ujian gue yang tertempel di atas sudut permukaan meja. Di tiap-tiap meja memang tertempel kartu ujian masing-masing siswa. Dengan tujuan agar siswa bisa menyesuaikan posisi duduk dan kartu ujian yang asli sebagai pegangan.
  '' Sorry, aku nggak sengaja. ''
  '' Kamu sih, lihat tuh kan kartu ujianku jadi lepas. Ujungnya juga robek. '' Gue manyun. Sok imut. Jiji.
  '' Iya, aku minta maaf. Blablablaaa.. ''

Hari itu, tidak ada lagi obrolan seusai ujian yang biasa kami lakukan sambil menunggu jam ujian berakhir. Tidak ada lagi membahas tsunami maupun A'a Gym yang menikah lagi.
Setiap kali Fariz menoleh ke belakang untuk mengajak gue mengobrol, gue selalu membuang muka. Diem. Ngambek.
HAHAAHAA KOK GUE GELI YA NGETIK DI BAGIAN INI. NGEBAYANGIN GUE SOK-SOK NGAMBEK.

  '' Lan, maaf. Kan aku nggak sengaja. '' Fariz memutar posisi duduknya. Gue tetep diem sambil melempar pandangan ke arah lain.

Keesokan harinya, gue yang sedang diam duduk manis di kursi terkejut dengan kedatangan Fariz yang terlihat tergesa-gesa. Gue mau nanya sih, tapi gue sadar. Kan gue masih dalam kondisi 'ngambek'.
Fariz meletakkan tas punggungnya kemudian mengeluarkan kotak pensil hitamnya. Kemudian Fariz berbalik arah menghadap gue yang berada di belakangnya.
Dari kotak pensil hitam itu, Fariz mengeluarkan sebuah lem kertas. Dengan tanpa bicara apapun, Fariz langsung saja mengoleskan lem kertas itu ke kartu ujian gue dan menempelkannya kembali di atas meja. Gue sama sekali nggak melihat jelas tangan Fariz yang berusaha menempelkan kembali kartu ujian gue.
Dari posisi seperti ini, gue hanya-ingin melihat raut wajahnya yang tampak serius dan berhati-hati menempelkan kertas tersebut.
  '' Udah kan? '' Fariz tersenyum sambil menutup kembali lemnya.
Gue tersenyum dan mengangguk. Masih nggak menyangka Fariz sebegitu pedulinya dengan gue. Berbeda dengan anak-anak lainnya.

Gue sebenernya mau ngomong,
'' Lemnya masih di pake nggak? ''
Dan membayangkan Fariz yang akan menjawab,
'' Enggak. Memangnya buat apa? ''
Trus gue dengan imutnya membalas,
'' Buat ngelem hati aku dan hati kamu. Biar lengkeeeet terus. ''

Trus gue dilempar lem.

Sayangnya, percakapan itu nggak terjadi. -__-

Setelah kartu ujian gue kembali melekat di atas meja, gue mulai membuka mulut saat Fariz mengajak gue mengobrol.
Ada perasaan yang sulit untuk diungkapkan saat gue mengingat kejadian seperti itu.
Sebegitu tanggung jawabnya dia di usia anak sekolah dasar ketika itu. Gue salut. Dan sikap-sikap seperti itu yang menjadi alasan mengapa gue bisa menjatuhkan cinta kepada sosok seorang Fariz.
Hampir setiap hari gue selalu berdoa dengan kalimat,
''Ya Allah semoga aku lulus SD. Semoga diterima di SMP 1. Semoga hasil ujiannya bagus dan kertas ujiannya nggak ada masalah. Semoga Fariz bisa jadi suamiku. Amin. ''

Nama Fariz, selalu ada dalam setiap rentetan doa gue.


Sejak lulus dari sekolah dasar, gue dan Fariz masuk di SMP yang berbeda. Begitu juga saat di SMA.
Gue sudah jarang bertemu Fariz.
Pernah suatu kali gue bertemu dengannya. Ingin sekali rasanya menyapa teman lama, tapi gue begitu takut untuk memulai.
Setiap kali berjumpa, gue dan Fariz selalu bertatapan beberapa detik sebelum pada akhirnya kami sama-sama sibuk dan kembali pada kegiatan masing-masing. Satu hal yang gue ingat, tatapan matanya masih sama seperti yang dulu. Teduh. Menyejukkan hati.
Tahun lalu, gue juga sempat bertemu dia saat di bulan puasa. Gue yang ketika itu sedang berburu takjil  di pinggir jalan selalu menyempatkan diri melihat jalanan yang macet. Nggak tau kenapa, gue suka macet. Saat berada dalam mobil, gue juga sering memperhatikan korban macet dari balik kaca mobil.
Gue suka memperhatikan orang-orang yang terjebak dalam situasi macet meskipun gue sama sekali tidak berada di dalam kerumunan itu.
Gue bisa melihat raut wajah, gerutuan, omelan dari sikap masing-masing pengguna kendaraan. Gue juga bisa melihat sikap sabar dari beberapa pengendara motor dalam menghadapi situasi macet kala itu.
Dan pada detik itu, tanpa sengaja tatapan mata gue berhenti pada seorang pengendara motor. Fariz.
Lelaki itu...
Entah bagaimana bisa seketika gue menatap Fariz, lelaki itu seperti sadar dan juga menatap gue di tengah-tengah macet yang dialaminya.
Ada beberapa detik saat mata gue dan Fariz saling bertemu. Tak ada obrolan seperti yang kami lakukan saat 6 tahun silam. Tak ada sapaan, senyuman juga tegur sapa.

Mata yang seolah berbicara.


Percaya atau tidak, sampai saat ini gue masih sering menjadi stalker Fariz. Gue hanya ingin tau bagaimana tentang dia, bagaimana sekolahnya, kuliahnya juga tentang pacarnya.
Gue juga sering membaca komen-komenan instagramnya bersama teman-temannya. Tentang ia yang saat itu mendaki gunung, liburan ke pantai, jadi seorang maba, berlebaran dengan keluarganya dan banyak lainnya.

Karena gue hanya ingin tau tentang bagaimana keadaan dia setiap waktu.



Hai cinta pertama.
Sepertinya kamu tidak tau dan tidak akan pernah tau bahwa kepada kamulah aku menjatuhkan cinta untuk yang pertama kalinya di hidupku. Pemujamu dalam diam.
Kepada sosokmulah aku dapat merasakan bagaimana rasanya menyukai seseorang. Dengan hati yang bercampur aduk, dengan hati yang tidak menentu setiap kali aku melihatmu.
Hai cinta pertama.
Aku sangat berterimakasih kepadamu. Dengan adanya kamu, aku menjadi tau bagaimana rasanya guncangan degup jantung dengan skala besar. Aku menjadi tau bagaimana sejuknya hati saat berbicara denganmu. Dengan memperhatikan tekstur wajahmu, lekukan lesung pipimu, setiap inci helai rambutmu.
Hai cinta pertama.
Sukses selalu dalam mewujudkan impianmu :))



Share
Tweet
Pin
Share
63 comments

Yeay.
Akhirnya beban yang numpuk dan selama ini terus membayangi di pikiran gue udah berkurang.
Tanggal 6 kemarin, alhamdulillah gue sudah selesai mengikuti ujian semester 1. Perasaan baru aja masuk kuliah, eh sekarang udah ujian aja. Dan sekarang gue udah masuk ke semester 2. Yuhuu.
Betewe, di kampus gue 1 semester itu sama dengan 3 bulan. Jadi ya gitu, ujiannya cepet. Bayar uang semesternya juga cepet. Dompet juga cepet menipisnya. -__-

***

Pagi sekitar jam delapan kurang lima belas menit, gue sudah sampai di kampus dengan pakaian putih-hitam. Memang gitu ya penampilan mahasiswa ujian. Lebih keliatan kayak pelamar kerja yang siap diinterview.

Betewe, aku udah siap loh diinterview mama kamu. Uhuk.

Ujian berjalan lancar, tenang, damai dan sentosa.
Pengawas ujian gue kali ini, seorang bapak-bapak yang sepertinya sudah berkepala 3. Kurus, tinggi dan panjang. Hmm.
Maksudnya, kakinya yang panjang. Kan badannya tinggi. Ahelah.

Ada satu pertanyaan yang terus-menerus gue pertanyakan dari awal ujian sampai kelar dan keluar kelas.
Pertanyaannya adalah,
  '' KENAPA SIH MEJANYA KECIL?? KENAPAAH? ''

Gue malu.
Bolak-balik barang-barang gue jatuh ke lantai gara-gara mejanya kecil. Pena, soal ujian, lembar jawaban, headset. Mungkin alangkah lebih baiknya gue berterimakasih kepada Fira.
Soalnya setiap barang gue jatuh, gue selalu ngomong,
  '' Fir, tolong kertas kakak dong. ''
  '' Fir, pena kakak dong. ''
  '' Fir, cariin pacar dong. ''

Cuma Fira yang rela bungkuk-nunduk untuk ngambil barang-barang gue yang jatuh. Jangan salahkan gue, salahkan meja. Mejanya kecil.
Ujian berlangsung khidmat, sampai masuk di ujian Agama. Gue dengan songongnya nulis satu ayat di kertas jawaban. Sampai akhirnya Fira mencolek gue.
  '' Kak, itu kok ayatnya pendek banget. ''

Dan setelah gue cek. Ternyata masih ada dua baris ayat lagi yang ketinggalan. Gue lupa nulisnya. Daripada nyoret kertas, gue memilih untuk meminta kembali kertas lembar jawaban ke depan.
  Gue: Pak, saya bisa minta pin bbm Bapak?
  Dosen: Untuk apa?
  Gue: Untuk ngeliat dp bbm Bapak?
  Dosen: Emang untuk apa?
  Gue: Untuk nunjukkin ke ibu, kalau ini foto calon menantunya.
Asoy!

ENGGAK DENG.  ENGGAK GITU.
BENERAN.

 Gue: Pak, saya bisa minta kertas jawaban lagi nggak pak?
 Dosen: Oh iya silahkan.

Pas gue maju ke depan.
Dosen: Rumah kamu di mana?
Gue: Anu Pak, di sana. Di jalan Datuk Engku Rajalela Putra.
Dosen: Oohh *manggut-manggut*

Asli. Nama jalan di rumah gue memang sepanjang itu. Tau aja gue suka yang panjang-panjang.
Pocky Stick maksudnya. Kan panjang gitu.

Gue balik lagi dan langsung mengerjakan soal ujian. Sampai di akhir jam ujian Agama habis dan pergantian ke ujian lain, gue baru nyadar akan satu hal.
Gue lupa ngisi data diri di kertas lembar jawaban. Gue langsung buru-buru maju ke depan lagi dan pelan-pelan minta izin ke pak dosen.

Gue: Pak, maaf pak. Saya bisa minta kertas ujian saya lagi? Saya belum isi nama dan data diri pak.
Dosen: Kamu enggak usah nulis data diri, karena saya udah tau segala tentang diri kamu.

EEAAAKK
ENGGAK DENG.

Dosen: Oh, iya iya silahkan ambil aja.
Gue langsung aja buru-buru nulis data diri di lembar jawaban di meja dosen. Saat gue lagi serius ngisi data diri, eh si pak dosen nanya ke gue.

Dosen: Rumah kamu yang di jalan Datuk Engku Rajalela Putra itu dimananya? Deket mana ya?
Gue: Di deket perumahan GSA, pak.
Dosen: Oohh *manggut-manggut lagi*


Anjir. Ini dosennya niat amat nanya sampai detail.


Setelah ujian agama selesai, gue masuk ke ujian IAD. IAD itu kepanjangan dari, Izinkan Aku Didekatmu. Assooyy..

Di sela-sela pergantian ujian itu, gue sempat mengobrol-ngobrol ke teman dengan posisi membelakangi papan tulis. Ngobrol ngalur-ngidul. Sampai akhirnya seorang temen nyahut,
  '' Lan, lihat tuh di belakang kamu. ''
Perasaan gue nggak enak. Gue membalikkan badan ke posisi semula.

FAQ. Bapak Dosen udah berdiri di depan gue sambil nyerahin kertas absen.Nyuruh gue ngisi absen.
Gue sedikit shock saat melihat dosen ngeliatin gue tepat di depan gue. Bukan apa-apa. Senyum semriwingnya itu nggak nahan bangeeet. -___-'
Gue cengengesan. 

Gue udah membayangkan kayak adegan yang di tipi-tipi.
Cowoknya ngasih surprise. Pas ceweknya balik badan, eh si cowo udah bawa bunga gitu untuk ceweknya. Kan so sweet surprisenya.
Lah ini kagak, pas gue balik badan. Si Dosen malah bawa kertas absen untuk gue isi.
Nggak so sweet ih.


Dari jam 2 sampai jam 5 selesai ujian, gue ujian dengan ditemani lagu Mytha Lestari-Aku Cuma Punya Hati.
Nggak kebayang itu lagu udah berapa kali gue replay. Yang liriknya:
  Kamu berbohong aku pun percaya. Kamu lukai ku tak peduli. 
  Coba kau pikir, di mana ada cinta seperti ini.

Pokoknya itu lagu, gue bangetlah. Huaahaa :'D

Eh iya, buat lu makasih yak. Udah bantuin gue belajar, ngerjain kisi-kisi. Bangunin gue bergadang jam satu buat belajar. Ya walaupun belajarnya 15 menit, trus sisanya gue tidur. HAHAHAA ENGGAK DENG.
Makasih. :)



***

Di hari ujian itu, gue juga apes banget.
Yang pertama gue kehilangan helm di jam istirahat siang. Otomatis gue nggak bisa keluar dari area kampus kalo nggak pake helm. Mana gue laper juga.
Heran deh, siapa sih yang mau nyolong helm gue. Fans? Haters? Duuh
Padahal helm yang gue pake, helm sejuta umat.
Daripada gue nggak makan siang, trus sakit trus meninggal trus masuk neraka trus disiksa. Akhirnya gue melakukan sebuah aksi, yaitu aksi borrow silent-silent. Yang artinya: Pinjam diam-diam.
Gue meminjam helm yang ada di sebelah motor gue. Helm orang. Au dah punya siapa.

Nggak hanya itu, sesampainya gue keluar. Gue panik. Handphone gue hilang.
Gue juga heran nih, siapa coba yang mau nyolong handphone gue. Handphone standar juga. Nokia 105. Iya, hp yang ada senternya itu. Yang bisa nyenter orang pacaran disemak-semak belukar tiap malam minggu.
Hp gue hilang. Gue panik.
Bukan kenapa-kenapa. Itu hp juga masih ada pulsanya.Kalo nggak salah masih ada seribu dua ratus tujuh puluh tiga rupiah. Lumayan bisa buat miskol-miskol gebetan.
Gue panik bukan main.
Singkat cerita, ternyata hp gue ada di temen yang duduk di belakang gue. KOK BISAA?? -__-

Entahlah. Pokoknya aku sayang kamu.

Tengkiyu.
Share
Tweet
Pin
Share
40 comments


 Dari kecil gue selalu nggak pernah punya pendirian. Iya. Serius. Kalau kamu serius nggak? Kalo kamu serius, lamar aku dong.

Dari kecil gue anaknya pendiem. Kalem. Nggak percaya? Peluk deh coba~
Berhubung gue dan kakak hanya memiliki selisih umur 1 tahun, dan itulah yang menyebabkan gue dan kakak lebih terlihat seperti anak kembar. Iya kembar kalo make baju samaan.
Dulu ibu sering banget membelikan gue dan kakak barang yang sama. Baik warna dan ukurannya. Tapi lama-kelamaan mulai kelihatan jelas kalau gue dan kakak memang bukanlah anak kembar.
Lah iya, wong kakak gue badannya gede, montok, tinggi, cakep. Beda dengan gue. Yang kecil, cungkring, pendek, acak adul. Saking cungkringnya, kena semburan asap knalpot gue bisa terdampar. Sedih.
Selain perbedaan ukuran tinggi dan berat badan, gue juga memiliki selera yang aneh saat kecil.
Gue-kurang-pede.

LAH YAIYA. LU JELEK NGAPAIN PEDE. HIH





NGGAK GITU JUGA. -__-


Gue masih ingat saat kakak gue ikut lomba fashion show. Bisa dikatakan, jiwa feminim kakak gue kuat banget. Waktu kecil udah berani jalan lenggak-lenggok. Nggak tau deh itu karena berani atau puber pada usia 4 tahun.
Saat kakak gue fashion show, gue, ayah dan ibu cuma jadi penonton.
Selain itu, tampilan rambut gue dan kakak juga berbeda. Sewaktu kecil kakak gue selalu ngotot nggak mau potong rambut supaya rambutnya bisa dikucir lucu-lucu gitu.
Sedangkan gue? Selalu pasrah dengan keadaan. Sejak awal masuk sekolah, rambut gue selalu dipotong pendek model bob.
Gue si anak yang tersakiti. Sedih amat.

Tapi gue santai-santai aja. Pasrah-pasrah aja. Nggak percaya lagi? Peluk deh coba~

Gue nggak punya pendirian dalam memilih. Dan itu berlaku sampai sekarang. HUWAHAHAA

Dalam hal penampilan gue juga masih meminta saran dari ibu. Beli baju juga masih minta ditemenin ibu.
Beli sepatu apalagi.
Sampai saat gue membeli sepatu, gue masih akan bertanya,
   '' Bu, ini bagus nggak? Warnanya gimana? Norak ya? ''
Dan ibu cuma ngejawab satu kalimat yang gue sudah hafal betul.
  '' Ya terserah loh. Selera anak muda kan beda dengan orangtua. Anak muda itu warnanya yang ngejreng biar kelihatan cerah. ''

Secerah masa depan kita bedua. HASEKK.

Biasanya belanja dengan Ibu akan berujung dengan percakapan,
  '' Cepet Lan pilih yang mana. Capek muter-muter. ''
  '' Duuh yang mana ya Bu, bingung. ''
  '' PILIH AJA! CEPET! ''
  '' Ibu aja deh yang pilih. ''
  '' Udah yang itu aja. ''

Selesai dipilih. Bayar. Barangnya dibungkus. Bawa pulang.

Bener-bener nggak punya pendirian banget kan gue. Milih barang yang bakal gue pake aja lama banget.
Milih baju apalagi. -__-

Tapi kalo memilih kamu, uuuh pendirian aku udah kuat banget.

Gue baru tau kalo gue sedari kecil suka ngambekan. Ya wajar sih, namanya masih anak-anak. Apalagi anak kecil kiyut nan imut kayak gue. Maklum aja sih ngambek. Ngambek gemes-gemes lucuuu gitu. Kayak minta digampar.

Lagi ngambek, tetep ae kena jepret -_-'


Sendirian aja naik odong-odongnya? Jomblo yaa..
HestegOdong-odongPribadi.
HestegHorangKayah




Kakak gue selesai lomba fashion show.


Dan gue baru sadar, kalau akhir-akhir ini gue sudah jarang belanja dengan ibu. Ibu lebih memilih belanja dengan kakak. Sedangkan gue ditinggal di rumah sendirian. Di tinggal itu sakit gaes. Periih.
Biasanya setelah ibu seharian belanja dengan kakak, tau-tau pas pulang ibu pasti membelikan gue sesuatu.


Pernah suatu kali gue dibelikan dompet. Sebagai seorang ibu, pasti tau dong ya gimana suka anaknya. Ya seenggaknya yang berbau remaja gitu.
Lah Ibu malah beliin dompet dengan warna kuning. Mending gold, ini bener-bener kuning.
Norak banget. Memang sih gue nggak punya pendirian dalam hal memilih, tapi nggak warna kuning norak juga. -__-
Gue galau. Sedih. Lari masuk kamar.

Beberapa waktu kemudian, ibu kembali membelikan gue baju. Kali ini kelihatannya hasil belanja ibu bersama kakak dan yang jelas ''tanpa gue'' itu berhasil. Dari warnanya gue suka. Nggak norak, nggak cerah banget. Warnanya gue banget. Kalem. Uhuk.
Dan begitu gue pakai, TARAAAAA
Sumpah, itu baju ribet amat. Pake sayap-sayap segala di kanan-kiri kayak softek aja. Iya, gue tau gue itu bidadari tanpa sayap. Tapi nggak gini juga dong. Ribet amat bajunya. Belum lagi banyak tali-yali yang menjuntai di baju itu. curiga, jangan-jangan ini misi ibu dan kakak agar gue terlilit tali-tali baju, trus tercekik. Habis, jadi anak nyusahin mulu.
Akhirnya, gue menghibahkan baju itu ke kakak.
Gue sedih. Merana.
Lari ke kamar mandi.
Nangis di bawah shower.


Dan beberapa bulan kemudian, ibu dan kakak pulang berbelanja. Perasaan gue udah nggak enak nih.
Ibu menyodorkan sebuah sling bag ke gue. Modelnya keren. Gue suka. Ta-tapi warnanya nggak gini juga. Warna putih bergari-garis yang 'nggak-gue-bangetlah'.
Alhasil, sampai sekarang sling bag itu nggak pernah gue pakai. Masih tersimpan rapi di lemari. Seperti kenangan kita. Yang masih tersimpan rapi di dalam hati. Hmm.

Baru saja 2 minggu yang lalu, ibu dan kakak pulang berbelanja sore itu 'tanpa gue'. Sepulang ibu berbelanja, ibu memberikan gue rok berwarna pink. Oww feminim sekali dan gue beneran nggak suka dengan warna ngejreng itu. Huwaaa
Dan lagi-lagi kakak gue kembali beruntung. Gue menghibahkan rok pink itu ke kakak.

***

Sampai pada suatu hari, gue mencoba mencari situs online shop. Dari sekian banyak situs olshop yang gue temukan, gue tertarik dengan salah satu online shop. Yaitu, ZALORA.
Gue nggak perlu lagi susah-susah keliling di pusat perbelanjaan dengan Ibu. Nggak perlu kesel lagi saat ibu membelikan barang yang 'nggak gue banget'. Meskipun gue tau, sebenernya itu dikarenakan gue sendiri yang susah memilih barang.



Dengan adanya Zalora, gue tinggal duduk anteng di rumah sambil membuka website dan memilih produk yang menurut gue pas dengan selera gue.
Zalora akan mengadakan diskon besar-besaran di Hari Belanja Online Nasional 2015. Atau disingkat dengan HarBolNas.
HalBolNas ini bertepatan pada tanggal 12 Desember 2015.
Situs fashion ini juga bakal menawarkan diskon dan promo menarik dengan diskon 50 %. Produknya juga udah pasti berkualitas.

Proses pemilihan produknya juga nggak ribet.
Cukup mudah dan praktis dengan cara bayar yang bisa kita tentukan sendiri. Bisa melalui Internet Banking dan juga melalui Cash On Delivery (COD). Kemanan transaksi juga udah jadi keunggulan tersendiri dalam berbelanja Online di Zalora.

Gue enggak perlu repot memilah-milih, muterin pusat perbelanjaan bareng ibu sampe encok. Enggak perlu lagi ngambek, manyun nangis di bawah shower saat ibu memberi gue barang yang nggak masuk dalam kategori selera gue.


Sembilan hari lagi menuju HarBolNas.
Yuk rame-rame kita meriahkan HarBolNas!



CIAOO~


Share
Tweet
Pin
Share
57 comments
Gue. Cewek. Gagah.

Iya. Gue nggak makan nasi sejak hari Kamis malam.
Keren nggak?
Nyari penyakit nggak?
Bukan. Bukan karena nggak ada yang ngingetin makan. Gue cuma lagi kurang perhatian aja. Enggak deng.

Entah kenapa perut gue rasanya kenyang mulu. Kenyang dengan masalah-masalah yang gue alami.
Malam Kamis gue sama sekali nggak ada makan nasi. Alasannya, males.
Pagi di hari Jumat, gue cuma minum susu. Siangnya cuma minum soya. Soyapa yang nanya??
Malamnya gue kembali males makan. Sabtu pagi gue bete, lagi-lagi nggak sarapan dan nggak ada minum susu. Siang harinya nggak sempat makan karena buru-buru berangkat kuliah. Maklum, pengen cepet-cepet berangkat kuliah biar bisa ketemu abang-abang ganteng. Uuuh~
Setelah istirahat ashar, lambung gue nyeri.
Gue dengan pelan-pelan memeras anu, baju di bagian perut untuk mengurangi sakitnya nyeri lambung. Sampai salah seorang temen laki-laki gue nanya.
  '' Lan, kenapa? ''
  '' Nyeri lambung bang. ''
  '' Wah iya? Selamat ya. ''

Enggak deng.

 Temen gue keliatan prihatin. Duuh cowok kalo prihatin ke cewek, tingkat kharismanya naik berjuta-juta persen.
  '' Loh kenapa? Belum makan? ''
  '' Belum makan nasi dari hari Kamis bang.  ''
  '' Kenapa? ''
  '' Pengen jadi cewek macho bang. ''


Sampai sore hari, saat istirahat kuliah.
Gue dan tiga temen lainnya memilih untuk mencari makan di luar. Berhubung jam setengah delapan masuk kelas lagi, kami akhirnya memutuskan untuk mencari tempat makan yang jauh. Iya beneran jauh.
Setelah waiter datang, gue dan Fira dengan pedenya memilih mie goreng dan susu dingin untuk gue makan malam itu.
Malam itu hujan, dan gue dengan bodohnya malah milih susu dingin untuk diseduh. Seandainya ada pilihan lain, mungkin di malam saat hujan turun itu gue lebih memilih untuk berada di dalam dekapan kamu.

Dan terhitung sudah dua hari perut gue nggak ada terisi nasi. Keren.
Nggak ada terjadi apa-apa selama gue melahap mie goreng itu. Sampai akhirnya, setelah selesai makan dan meminum susu dingin, gue merasakan hal aneh yang terjadi di dalam perut gue. Temen-temen yang lain keliatan sibuk ngerjain tugas kuliah yang diberikan dosen tadi. Sementara gue berusaha megangin perut yang sakit bukan main.
Gue noleh ke Fira yang ikutan meringis.
Yak, nggak salah lagi. Kita berdua yang sama-sama meminum susu dingin kayaknya keracunan susu. Itu susu sapi atau mba-mba waiternya? Huh.
Sebelum masuk toilet di tempat makan, gue dan Fira masih sempat tolak-tolakan untuk yang masuk ke toilet duluan.
  '' Kakak dulu deh yang masuk. ''
  '' Fira aja duluan. Kakak nanti. Fira udah mules kali ya? Duluan sana. ''
  '' Kakak aja. Fira nggak terlalu mules. ''
  '' Kakak nanti. Fira deh sana yang masuk. ''

Beberapa menit kemudian kita boker di tempat.

Ini apa banget gue dan Fira pake tolak-tolakan segala. Sama-sama kebelet boker juga. -__-

Untungnya, dua temen gue yang lain nggak ikut memesan susu dingin. Kalo mereka ikut minum susu dingin, pasti kita berempat udah tolak-tolakan siapa yang duluan masuk ke toilet. Nggak kebayang gue.
Setelah Fira keluar dari toilet, mules gue malah hilang. Kenapa saat gue mules, Fira ikutan mules. Fira udah lega, mules gue juga ikutan hilang. Apa ini yang dinamakan cinta? So sweet.

Selama di perjalanan kembali ke kampus, gue dan Fira sama-sama diem. Sama-sama nahan sakit perut yang masih muter-muter di dalam. Nggak mules sih, tapi perut gue sakit banget.
Gue yakin. Kayaknya ini nih akibat gue nggak makan nasi dua hari. Bahkan Sabtu itu gue bukannya makan nasi, malah makan mie goreng. Perut kosong trus langsung diisi dengan susu dingin mba-mba. Maksud gue susu dingin yang di antar mba-mba sebagai waiternya.

Gue kapok nggak makan nasi. Nggak mau lagi jadi cewek gagah. Nggak mau lagi jadi cewek macho.



***

Kemarin tanggal 18 November gue sempat shock dan pengen ngakak saat melihat statistik blog gue.


Tanggal 18 November.



1. Kata tukang urut, rahim subur nyut-nyutan. 
    Sejak kapan gue beralih profesi jadi tukang urut? Tukang urut rahim apalagi. 

2. Cowo dan cewe gitu-gituan.
    INI MAKSUD GITU-GITUANNYA GIMANA SIH? 
    Apanya yang gitu-gituan? gitunya digituin atau gitu-gitunya gitu-gituan. Kenapa malah nyasar ke blog gue coba? Setahu gue,  blog ini lebih mengarah ke aura religi nan agamis deh. Huh. Ucink pala Raisa.

3. Ciri cowok yang cuma php doang.
    Iya, cowok memang gitu. Hmm

4. Sek ibu dan anak kandung.
    Astagfirulloh. Betapa hinanya blog ini. 



Tanggal 19 November

4. Adik Darma Kusumah
    Apa-apaan ini. Kenapa ada nama Darma Kusumah di sini.
    Adik? Kakak-adik zone?
    Iya Darma memang gitu. Hmm.


5. Cuek kepada pasangan itu ada gunanya.
    Iya, ada gunanya. Untuk mengakhiri sebuah hubungan. Hasek.




Share
Tweet
Pin
Share
87 comments
Hidup adalah perubahan.

Hidup itu selalu mengalami fase perubahan. Yang membawa kita ke pada bentuk yang berbeda dari semula. Dari satu kondisi ke kondisi lain. Dari satu arah menuju arah lain. Hidup itu bergerak maju.
Dan gue sendiri saat ini sedang mengalami kondisi perubahan itu.

Gue. Tidak lagi bersama dia.

Iya. Dia yang sempat bersama gue dalam sepuluh bulan terakhir ini. Orang yang pernah ada di dalam pikiran saat setiap kali gue membuka kedua mata.
Entahlah. Siapa sih yang menginginkan kandasnya suatu hubungan yang telah bersama-sama dibina?
Hubungan yang dilewati dengan penuh pengorbanan. Waktu, materi, perasaan.
Tapi kenyataannya ya seperti ini.
Sebenarnya gue sudah merasakan hal yang ganjil sejak bulan Agustus lalu. Tapi gue selalu nyoba buat sabar. Nggak ada salahnya memaafkan.
Sampai gue mikir, '' Gila, gue nggak bisa kayak gini terus. ''
Hingga gue akhirnya memutuskan untuk menyudahi itu semua.
Semua sudah berakhir. 


                                   



Hmm makin kesini gue jadi makin yakin kalo abang Zayn memang jodoh gue. Uhh.

Lu kesepian nggak?
Hp lu sunyi ya?
Enggak. Gue nggak pernah ngerasa kesunyian tanpa adanya seorang pacar. Gue masih punya temen-temen hebat yang selalu berusaha bikin gue kuat setelah nyodorin obat kuat ke gue. Tengkiyu teman. Kalian memang debes.

Ibarat training kerja, tiga bulan terakhir ini adalah masa-masa training bagi gue. Dimana gue udah mulai ngerasa ada yang beda. Ada yang ganjil. Ada yang kurang pas terasa. Nggak ada lagi perhatian dari dia yang biasa gue dapatkan dulu.
Tiga bulan lamanya. Awalnya gue sempat memprotes. Gue nggak bisa seperti ini. Gue nyerah. Tapi demi kebaikan hubungan, gue kembali mengalah. Mencoba membuang ego sejauh mungkin.
Hingga pada akhirnya gue sudah mulai terbiasa dengan keadaan yang seperti ini. Keadaan yang dulu nggak pernah gue sukai, sekarang malah gue nikmatin sendiri.
Karena siapa gue terbiasa? Karena keadaan dan dia.
Dia yang memilih untuk larut dan diatur oleh keadaan daripada mengatur keadaan.
Gue? Gue hanya mengikuti alur mainnya saja.

He says, '' Kita harus berjuang demi hubungan ini. ''

Hahaha KITA? Gue ngerasa kalo gue doang yang berjuang dalam hubungan ini. Gue doang yang berusaha ikhlas, sabar dengan satu keyakinan. Gue pernah yakin ketika itu, kalau semua akan kembali ke seperti semula.
Tapi ternyata tidak.

Sampai pada akhirnya gue bener-bener terbiasa dengan keadaan ini. 

Seolah itu adalah masa training gue selama tiga bulan. Dan saat ini, adalah kenyataan yang sesungguhnya yang harus gue hadapi.
Gue harus membuka kedua mata lebar-lebar, bahwa inilah hasil keputusan yang gue ambil.
Tidak ada lagi Sabtu-Minggu bersama. Tidak ada lagi perlakuan manis itu, tidak akan ada lagi.

Yaiyalah wong udah putus.


Kampred!



Sekarang gue sama sekali nggak canggung dengan keadaan ini. Lah bukannya tiga bulan belakangan ini gue udah seperti ini.

Gue yakin, Yoga kalo baca ini pasti ngomong, '' Rasain lu Lan, kemarin menghina jomblo. Tau rasa lu kan. ''
Tapi gue nggak yakin Yoga sejahat itu. Yoga itu baik.

Hem. Yog, Double Exposure ya. Hahaaa

Gue pengen ngucapin banyak terima kasih buat lu. Darma Kusumah.
Makasih udah pernah mesumin gue. Huahahaaa ini apaan. Enggak deng serius.
Oke. Serius ya.
Makasih buat lu. Lu mau-mau aja nampung segala bacot gue, segala keluh kesah gue, kekesalan gue.
Gue takut kalo gue kebanyakan bacot, besoknya lu malah ngirim buku lagi ke rumah.
Bom buku.  -__-
Satu hal yang gue salutkan dari lu. Sekesal apapun bacot gue, lu selalu nyemangatin gue. :)

Dan juga buat Icha kekasihnya Adam Levine.
Makasih banget ya udah mau dengerin curhat nggak jelas panjang lebar aku. Hahaa..
Nggak nyangka bisa dapat masukan dan saran dari kamu. Uwuwuw.. makasih :) :*






It's over baby. 


Kadang ada suatu hal yang tidak bisa kita terima, tetapi dapat kita nikmati. 


Share
Tweet
Pin
Share
55 comments
Newer Posts
Older Posts

Rahayu Wulandari

Rahayu Wulandari
Atlet renang terhebat saat menuju ovum dan berhasil mengalahkan milyaran peserta lainnya. Perempuan yang doyan nulis curhat.

Teman-teman

Yang Paling Sering Dibaca

  • ADAM
  • Ciri-ciri cowok yang beneran serius
  • Pelecehan
  • 5 Tipe Cowok Cuek

Arsip Blog

  • ▼  2020 (5)
    • ▼  September (1)
      • Perjalanan Baru
    • ►  June (1)
    • ►  April (3)
  • ►  2019 (5)
    • ►  October (1)
    • ►  July (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2018 (8)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  February (2)
  • ►  2017 (14)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2016 (39)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  June (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
    • ►  February (8)
    • ►  January (7)
  • ►  2015 (138)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (12)
    • ►  July (6)
    • ►  June (9)
    • ►  May (10)
    • ►  April (15)
    • ►  March (21)
    • ►  February (11)
    • ►  January (24)
  • ►  2014 (18)
    • ►  December (10)
    • ►  November (6)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+

Total Pageviews

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates