Aku menghela nafas saat melihat suasana kantin yang perlahan sepi. Rasanya aku benar-benar lelah membantu ayah dua hari berturut-turut ini. Kantor tempatku bekerja masih memberikan libur selama seminggu, cukup lama. Tapi aku sangat bersyukur. Jarang sekali si bos memberikan waktu libur yang lumayan lama.
Sambil mempersiapkan pesanan untuknya, sesekali aku melirik lelaki itu dari balik gerobak siomay ini.
Rambutnya benar-benar berantakan. Mengerikan sekali. Kemeja biru yang ia kenakan seolah menambah kesan wibawa pada dirinya. Tapi setelah aku menatap wajahnya, seketika kesan wibawa itu hilang dan berganti dengan tampang mesum yang mencolok pada wajahnya.
Bahkan aku sempat menduga bahwa ia sepertinya seorang penjahat kelamin. Benar-benar mesum.
Aku bergidik ngeri.
Sial !
Buru-buru lelaki mesum itu meminta maaf padaku. Aku hanya tertawa kecil, sungguh ini tawa terpaksa yang harus terlontar dari mulutku.
Aku mencoba duduk dan mengatur nafasku setelah sibuk membereskan piring-piring kotor diatas meja. Suasana kantin ini mendadak sepi, berbeda dengan beberapa menit sebelumnya.
Aku melemparkan pandangan mataku agar menguasai seluruh ruangan kantin. Beberapa mahasiswa terlihat sedang menyantap makanannya.
Hanya ada satu, dua, dan hei.. Siapa lelaki itu?
Indera penglihatanku menangkap sosok seorang lelaki yang bergerak memasuki kantin kampus. Setelah celingukan sana-sini, kemudian ia melanjutkan langkahnya kembali.
Aku memandang lelaki itu dari kejauhan. Penampilannya super berantakan, ditambah ekspresi mesum yang terpancar dari aura wajahnya. Hih.
Aku melemparkan pandangan mataku agar menguasai seluruh ruangan kantin. Beberapa mahasiswa terlihat sedang menyantap makanannya.
Hanya ada satu, dua, dan hei.. Siapa lelaki itu?
Indera penglihatanku menangkap sosok seorang lelaki yang bergerak memasuki kantin kampus. Setelah celingukan sana-sini, kemudian ia melanjutkan langkahnya kembali.
Aku memandang lelaki itu dari kejauhan. Penampilannya super berantakan, ditambah ekspresi mesum yang terpancar dari aura wajahnya. Hih.
Hmm sepertinya ia mengarah dan mendekat pada siomay ini.
Benar saja, setelah memesan ia kembali duduk dikursi cokelat tua yang berada tepat didepan gerobak siomay ini.
Sepertinya aku mengenalinya? tapi siapa yaa.. hmm, uh sudahlah tak usah dipikirkan.
Benar saja, setelah memesan ia kembali duduk dikursi cokelat tua yang berada tepat didepan gerobak siomay ini.
Sepertinya aku mengenalinya? tapi siapa yaa.. hmm, uh sudahlah tak usah dipikirkan.
Sambil mempersiapkan pesanan untuknya, sesekali aku melirik lelaki itu dari balik gerobak siomay ini.
Rambutnya benar-benar berantakan. Mengerikan sekali. Kemeja biru yang ia kenakan seolah menambah kesan wibawa pada dirinya. Tapi setelah aku menatap wajahnya, seketika kesan wibawa itu hilang dan berganti dengan tampang mesum yang mencolok pada wajahnya.
Bahkan aku sempat menduga bahwa ia sepertinya seorang penjahat kelamin. Benar-benar mesum.
Aku bergidik ngeri.
Sial !
Sepertinya ia mengetahui bahwa aku memperhatikannya sedari tadi. Lelaki itu menatapku kemudian ia tersenyum. Senyumnya percis seperti seorang psikopat. Matanya perlahan turun memperhatikan dadaku. Ingin sekali rasanya aku mencolok matanya dengan garpu siomay ini. Kenapa? Karena tatapannya telah mencolok hatiku.
Gak nyambung nyet.
Oke, baiklah.
Oke, baiklah.
Tanpa memikir panjang, aku langsung saja melipatkan kedua tanganku didada. Berharap lelaki mesum ini berhenti melirik dadaku.
Huh, untunglah. Akhirnya ia melepaskan pandangan matanya dari tubuhku.
Selesai membuat pesanan untuk lelaki itu, aku langsung bergegas menghampirinya. Menyodorkan sepiring siomay dan berharap lelaki mesum itu bisa dengan cepat menghabiskan siomay ini. Kemudian pulang.
Huh, untunglah. Akhirnya ia melepaskan pandangan matanya dari tubuhku.
Selesai membuat pesanan untuk lelaki itu, aku langsung bergegas menghampirinya. Menyodorkan sepiring siomay dan berharap lelaki mesum itu bisa dengan cepat menghabiskan siomay ini. Kemudian pulang.
Baru saja aku meletakkan sepiring siomay dihadapannya, suara lelaki itu seakan mencekat langkah kakiku.
'' hei, boleh kenalan? Aku Daruma orang baru disini dan asli orang Indonesia. Kamu dari Indonesia juga kan? ''.
Huh.. padahal aku sangat tak ingin untuk mengenal lelaki aneh ini. Aku hanya tersenyum. Lebih tepatnya berpura-pura tersenyum.
'' hei, boleh kenalan? Aku Daruma orang baru disini dan asli orang Indonesia. Kamu dari Indonesia juga kan? ''.
Huh.. padahal aku sangat tak ingin untuk mengenal lelaki aneh ini. Aku hanya tersenyum. Lebih tepatnya berpura-pura tersenyum.
'' Iya, aku dari Indonesia. Ada apa? '' jawabku singkat.
Dan aku benar-benar terkejut saat ia menyebutkan nama panjangku serta alamat sekolah SD dengan detail. Hei, sepertinya lelaki ini bukan hanya seorang penjahat kelamin, tapi juga seorang dukun. Iya, dukun beranak.
'' Iya. Kok kamu tahu? '' Aku benar-benar heran padanya.
'' Kamu tidak ingat denganku? Kita dulu pernah satu bangku saat awal masuk di kelas dua. Tapi seminggu setelah itu kamu pindah ke Jepang '' ujarnya.
Ah iya, lelaki ini benar. Saat ayah harus pindah kerja ke Jepang, aku terpaksa harus melanjutkan kelas dua ku disini. Walaupun begitu, aku masih mengingat beberapa teman SD ku sebelum akhirnya aku pindah ke Jepang. Dan, oh iya.. Sepertinya aku sedikit mengenal lelaki ini. Dia laki-laki paling jahil ketika menjadi teman SD ku. Dia bahkan pernah menjatuhkan bekal makan siangku dengan sengaja. Dan ketika aku menangis, ia malah menertawaiku seakan puas dengan aksinya tadi. Huh dasar.
Ah iya, lelaki ini benar. Saat ayah harus pindah kerja ke Jepang, aku terpaksa harus melanjutkan kelas dua ku disini. Walaupun begitu, aku masih mengingat beberapa teman SD ku sebelum akhirnya aku pindah ke Jepang. Dan, oh iya.. Sepertinya aku sedikit mengenal lelaki ini. Dia laki-laki paling jahil ketika menjadi teman SD ku. Dia bahkan pernah menjatuhkan bekal makan siangku dengan sengaja. Dan ketika aku menangis, ia malah menertawaiku seakan puas dengan aksinya tadi. Huh dasar.
'' Oh maaf aku tidak ingat. '' Jawabku singkat.
Aku tau aku berbohong. Aku hanya saja tak ingin membuatnya bisa mengenaliku lebih dalam. Dan dengan seperti itu semoga saja ia menjauh dariku.
'' Hah sudah ku duga. Kamu banyak berubah ya. Apalagi dadanya, sudah tidak sekecil dulu. Itu asli? '' Lelaki mesum itu sepertinya mulai menjalankan aksinya.
'' Hahaa. Tentu saja ini asli. Kamu mau pegang? Nih ! ''. Aku menodongkan gir tepat ke arah muka nya.
Buru-buru lelaki mesum itu meminta maaf padaku. Aku hanya tertawa kecil, sungguh ini tawa terpaksa yang harus terlontar dari mulutku.
'' Kamu sedang apa kesini? Liburan? '' Tanyaku. Aku berusaha mengalihkan pembicaraan pada lelaki ini.
Dari jarak sedekat ini aku bisa melihat langsung sosok seorang Daruma, ya seperti nama yang ia sebutkan tadi.
Aroma parfum yang ia kenakan perlahan masuk ke rongga hidungku.
Hueek !
Aroma apa ini? Menyengat sekali. Pedih menusuk hidung.
Aroma parfum yang ia kenakan perlahan masuk ke rongga hidungku.
Hueek !
Aroma apa ini? Menyengat sekali. Pedih menusuk hidung.
Seperti aroma cabe terasi yang dibakar pada ujung tusuk gigi?
Kenapa tusuk gigi? Karena ia telah menusuk hatiku.
Jirr~
Jirr~
Aku manggut-manggut saat mendengar jawabannya. Ia melanjutkan studi disini? Oh ya.. Berarti itu membuat aku harus berjumpa dengannya selama aku membantu ayah disini. Huh menyebalkan sekali.
'' Aku sedang bantu-bantu ayah disini. Kebetulan tempatku bekerja sedang libur minggu ini. '' ujarku datar.
'' Kamu punya kunci inggris gak? ''
'' Hah? gak punya tuh? buat apa? ''
Sebenernya aku tau kalo ia sedang membutuhkan kunci inggris untuk memperbaiki otaknya yang penuh dengan mesum.
'' Hah? gak punya tuh? buat apa? ''
Sebenernya aku tau kalo ia sedang membutuhkan kunci inggris untuk memperbaiki otaknya yang penuh dengan mesum.
'' Hmm gak punya ya? Kalo alamat e-mail punya kan? ''
'' Hahaa bilang saja mau minta e-mailku. ''
Langsung aja aku menuliskan alamat e-mailku pada secarik kertas.
'' Hahaa bilang saja mau minta e-mailku. ''
Langsung aja aku menuliskan alamat e-mailku pada secarik kertas.
'' ini. Simpan dan ingat baik-baik ya. ''
'' Oke, terimakasih. Eh minggu ini kamu lagi liburkan? Kapan-kapan kita jalan bareng yuk. Kenalkan aku dengan seluk beluk negeri Sakura ini. Kamu kan sudah lama tinggal di negeri Sakura ini '' ujarnya dengan raut penuh harap. Mengiba dan memelas.
Ah, aku jadi tidak tega menolaknya.
Ah, aku jadi tidak tega menolaknya.
'' Boleh. Kabarkan saja. Kapan waktunya? Lewat e-mail ya?. Sudah ya aku mau bantu ayahku lagi. Dah ''
Aku bergegas berbalik untuk menyelamatkan hidungku yang sepertinya merasa tersiksa atas aroma parfum cabe yang dibakar pada tusuk gigi itu.
Aku langsung membereskan sisa-sisa piring kotor yang menumpuk diatas meja bagian pojok. Sedangkan ayah terlihat masih meracik bumbu siomay dibelakang.
Sebelum berbalik ke belakang, aku mencoba untuk melihat Daruma dari balik kaca gerobak ini.
Hahaa, ternyata ia baru saja memakan siomaynya setelah cukup lama berbincang denganku. Ia menyuapkan sesendok siomay ke mulutnya. Melihat jam tangannya, dan kemudian lelaki mesuk dengan aroma parfum cabe itu beranjak dari meja makannya. Dan aku cukup kecewa saat melihat ia hanya memakan sesendok saja siomay buatanku.
Apakah rasanya tidak enak? Hmm.
Hahaa, ternyata ia baru saja memakan siomaynya setelah cukup lama berbincang denganku. Ia menyuapkan sesendok siomay ke mulutnya. Melihat jam tangannya, dan kemudian lelaki mesuk dengan aroma parfum cabe itu beranjak dari meja makannya. Dan aku cukup kecewa saat melihat ia hanya memakan sesendok saja siomay buatanku.
Apakah rasanya tidak enak? Hmm.
Aku menghampiri meja makan yang ia tempati tadi. Aroma parfum cabe yang menusuk hidung itu masih tertinggal dan melekat pada posisi ia duduk tadi.
Langsung saja aku mengangkat piring sisa makan lelaki itu dan menggabungkannya kedalam piring kotor lainnya.
Aku tersenyum saat mengingat kejadian ketika ia meminta e-mailku.
Hei, mengapa aku berharap agar mendapat e-mail darinya?
Apa aku telah terhipnotis oleh lelaki mesum itu?
Langsung saja aku mengangkat piring sisa makan lelaki itu dan menggabungkannya kedalam piring kotor lainnya.
Aku tersenyum saat mengingat kejadian ketika ia meminta e-mailku.
Hei, mengapa aku berharap agar mendapat e-mail darinya?
Apa aku telah terhipnotis oleh lelaki mesum itu?
Hei... ada apa dengan aku?
Huh
![]() |
| :) |
