Hai manteman. Gimana puasanya? Lancar?
Karena kemarin malam hujan, gue memutuskan untuk tidak melaksanakan tarawih di mesjid. Malam itu, kerjaan gue cuma goleran nggak jelas dengan headset terpasang di telinga dan hmm I feel free.
Saking tidak ada kegiatan yang bisa gue lakukan, akhirnya gue hanya bisa membuka galeri hp dan mengamati foto satu persatu.
Gue menemukan hasil skrinsut yang gue pernah gue ambil dr facebook.
Ini foto gue bersama salah seorang temen gue saat masih duduk di kelas 2 SMK semester satu pada tahun 2012. Ketika itu juga, pikiran gue mulai melayang mengenang masa-masa saat gue duduk di kelas 2 SMK.
Kelas 2 SMK.
Hmm..
Gue ingat akan suatu hal!
Jadi, pada pertengahan tahun 2013, hadir seorang guru bahasa inggris baru di sekolah gue. Seorang laki-laki berambut tipis yang kalo pipis berdiri, dengan postur badan yang kurus dan menurut gue umurnya sekitar 30 ke atas.
Di sini gue nggak bakal ngasi tau nama guru baru tersebut. Kita sebut saja namanya Bapak Juan. Memang itu sih nama sebenernya.
Awal perkenalan, beliau tidak menyebutkan namanya. Ia hanya mengambil spidol dan menggambar bebas di dinding. Semua anak keheranan saat melihat papan tulis dengan tulisan dan gambar yang aneh.
7 + HO +
'' Ada yang tau nama saya? '' ujar beliau. Semua anak bengong saling pandang.
'' Nama saya, Juan Sihotang. ''
7 = tangga nada = Si
Ho
Gambar tang
Sihotang - __-
Semua anak ngakak bersamaan. Gue hanya nyengir sambil bergumam dalam hati,
YA ALLAH. KAYAK MAEN TEBAK GAMBAR :(
Secara penampilan seorang guru, Pak Juan ini cukup terlihat aneh. Di saat semua guru ingin tampil rapi, kece, bersih dan sopan dihadapan murid, Pak Juan malah berpenampilan acak adul. Kemeja lengan panjang kusut, ujung kemeja mencuat keluar dari celana di bagian pinggang, ujung tali pinggang melambai-lambai mesra, dan yang paling parahnya Pak Juan suka memakai celana dengan posisi di pinggul. Anjay.
Kalo gue khilaf gimana coba? Bisa-bisa gue pelorotin juga celananya. Astagfirulloh.
Tidak hanya itu gaes, dalam berkomunikasi saat menyampaikan pelajaran juga aneh. Bisa gitu yang awalnya bersuara pelan, lemah lembut, datar kayak dada, eh tiba-tiba suaranya nyaring teriak.
Kayak dari nada do rendah ke do tinggi.
'' Nah, dari pelajaran yang TADI SAYA JELASKAN, kalian semua NGERTI kan? Kalo NGGAK ADA yang ngerti, KALIAN bisa angkat TANGAN DAN bertanya kepada SAYA! ''
Gue yang megang tombak langsung ngambil ancang-ancang mau nombak mulutnya.
Asli. Denger suaranya kayak naik roller coaster. Memacu adrenalin. Bikin jantung kaget tiba-tiba.
***
Pagi itu, gue dipanggil oleh ketua yayasan untuk menemuinya di ruangan beliau. Gue deg degan parah. Gue mencoba mengingat-ingat kesalahan apa yang gue lakukan sebagai siswi di sekolah ini. Enggak ada. Gue nggak ngelakuin kesalahan apapun.
Dengan mengenakan seragam lengkap tanpa dasi, tanpa lambang osis serta menggunakan jilbab abu-abu, iya di sekolah gue jilbabnya suka-suka gitu. Mau pake seragam pramuka jilbabnya ungu ya silahkan. Mau pake baju olahraga dan jilbab pashmina ya silahkan. Bebaaasss. Asal nggak pake mukenah aja sih. Itu mah mau teraweh.
Setelah bertemu dengan Ibu yayasan, ketakutan gue mencair. Ternyata beliau hanya meminta gue untuk bersedia menjadi peserta olimpiade. Bukan meminta sih sebenernya, tapi memaksa. Daripada gue di DO karena tidak memenuhi permintaannya, akhirnya gue bersedia menjadi peserta olimpiade yang diadakan oleh salah satu unniversitas ternama di Riau.
Tujuan gue cuma satu, biar bisa ngeliat kakak-kakak ganteng yang jadi panitia di kampus nanti. Hanya itu.
Dan ternyata yang menjadi guru pembimbing gue selama mengikuti olimpiade adalah Pak Juan dan Miss Lalaine. Miss Lalaine salah satu guru expat dari Philipina. Sumpah, mirip banget sama Ariel Tatum. Cakep.
Karena akan mengikuti olimpiade, maka setiap sore, gue bersama beberapa teman harus balik ke sekolah untuk mengikuti latihan menjelang olimpiade. Semuanya berjalan lancar. Ya meskipun ada beberapa temen gue yang suka ngilang waktu latihan.
Suatu hari, Indra, temen gue nggak hadir di jadwal latihan. Indra seorang cowok yang kalo kalian buka laptopnya niscaya, kalian akan mual nggak karuan. Bukaaan. Indra bukan menyimpan file terlarang. Hanya saja di dalam laptopnya penuh dengan video klip boyband korea yang mukanya putih putih menggelikan.
Why Indra?? Why?
Karena Indra, salah seorang peserta olimpiade belum datang, maka latihan pun belum bisa dimulai. Sampai akhirnya Pak Juan menemui gue.
'' Wulan, saya boleh minjam hp kamu? Saya nggak ada pulsa untuk nelfon Indra. ''
Gue yang waktu itu lagi sok serius main scrabble di sela-sela latihan langsung menyodorkan hp ke Pak Juan.
'' Ini Pak, nomor Indra ada di kontak saya. ''
'' Iya, makasih ya. ''
***
Beberapa hari setelah itu, gue yang baru pulang sekolah siang itu langsung mencari hp di meja belajar. Gue anaknya dulu taat peraturan banget, nggak berani bawa hp ke sekolah. Bukan apa-apa sih,temen-temen gue mah enak, waktu razia gampang banget nyembunyiin hp di beha, sedangkan gue nggak bisa. Kalo gue ikut nyembunyiin hp di beha, guru-guru pasti menaruh curiga ke gue.
Keliatan banget dada gue yang rata kok tiba-tiba nonjol. Bentuknya segiempat lagi. Sebelum dituduh nyembunyiin hp di dalam beha, mungkin para guru lebih dulu menuduh gue karena telah melakukan suntik silikon.
Jadi, kebiasaan gue setelah pulang sekolah adalah mantengin hp. Ngeliat sms dari pacar. Pacar orang.
Siang itu, sebuah sms dari nomor asing masuk ke hp gue.
Selamat siang, Wulan.
Iya. Ini siapa ya?
Ini Rio.
Rio mana?Rio anak SMA 1. Tinggalnya di perumahan GSA.
Oh, dapat nomer aku dari siapa?
Ada deh. Memang kenapa? Nggak boleh ya kenalan sama kamu.
Kira-kira begitulah sms perkenalan gue dengan si Rio yang entah darimana bisa dapat nomer gue. Keesokan harinya, saat di jalan hendak berangkat ke sekolah untuk latihan, gue kembali mendapat sms dari Rio.
Wulan, kamu lagi ngapain?
Lagi mau latihan ke sekolah.
Oh, latihan apa?
Latihan olimp.
Oh, udah makan?
Udah.
Hampir setiap waktu Rio mengirim sms ke gue. Rada risih juga. Tapi gapapa, gue cukup menikmatinya. Yakali aja bisa dijadiin gebetan. Apalagi dia anak SMA 1. Di daerah gue, anak-anak cowo SMA 1 terkenal dengan kegantengannya. Uwuwuw
Sampai suatu sore di hari terakhir latihan, sekitar pukul setengah enam, dimana anak-anak lain sudah pulang dan menyelesaikan latihan untuk hari itu, langkah kaki gue terhenti saat Pak Juan memanggil gue.
Gue yang masih membereskan lembaran kertas yang berserakan di atas meja sontak langsung memberhentikan kegiatan yang gue lakukan. Langit semakin gelap. Sekolahan terlihat sepi.
'' Wulan. ''
'' Saya, Pak? ''
'' Iya, kamu. ''
'' Ada apa ya, Pak? ''
'' Saya minta nomor hp kamu boleh? ''
'' Engg, buat apa Pak? ''
'' Buat ngasi info tentang olimpiade ini. Besok pagi kita udah harus berangkat kan? ''
'' Oh iya Pak, nomer saya 08xxxxxx ''
Pak Juan mengetik keypad di hpnya bersamaan dengan deretan angka yang gue lontarkan dari mulut.
Dan tiba-tiba saja, hp gue berdering.
'' Itu nomer saya ya, '' ujarnya mantap.
Gue merogoh isi tas. Mengeluarkan hp dan melihat tulisan yang tertera di layar hp gue.
Gue terdiam.
Mampus gue!
Gue sama sekali nggak berani menatap wajah lelaki yang ada di hadapan gue. Panggilan masuk yang tertera di layar hp, seakan membuat gue terhipnotis kaku. Rio incoming call. RIO. Oh noooooo
Sumpah, dalam situasi saat itu gue takut bukan main. Apalagi saat itu di dalam ruangan hanya ada gue dan Pak Juan. Di luar sepi. Sore itu sangat sepi.
'' Pak, saya pulang ya. Sudah magrib. ''
'' Iya, iya silahkan. '' Senyum bahagia terpancar dari wajah Pak Juan.
Gue langsung bergegas pulang dan mempercepat langkah kaki menuju gerbang sekolah. Dalam perjalanan pulang, bayangan tentang siswa SMA 1 yang ganteng ganteng rupawan itu musnah seketika.
Asli. Gue nggak habis pikir. Apa coba tujuan dia smsin gue dengan menyamar sebagai anak sekolah?
Dan lambat laun gue baru sadar, gue yakin sebelum menyamar sebagai Rio si anak sekolahan, Pak Juan mengambil nomor gue saat ia berpura-pura meminjam hp gue untuk menelfon Indra.
Ya Allah tolong. Gue gamau digoda om-om. Kecuali om-om berduit. Gak, nggak gitu. :(
Dan entah kenapa di antara banyak kisah dan cerita seru saat duduk di kelas 2 SMK, hanya cerita menyedihkan ini yang selalu teringat di dalam pikiran gue.
Karena kemarin malam hujan, gue memutuskan untuk tidak melaksanakan tarawih di mesjid. Malam itu, kerjaan gue cuma goleran nggak jelas dengan headset terpasang di telinga dan hmm I feel free.
Saking tidak ada kegiatan yang bisa gue lakukan, akhirnya gue hanya bisa membuka galeri hp dan mengamati foto satu persatu.
Gue menemukan hasil skrinsut yang gue pernah gue ambil dr facebook.
Gausah ngasi tebakan 'Apa yg dilihat kotak, dipegang bulet' ke gue. Gue nggak pernah pake lambang osis soalnya. Huahahaa |
Ini foto gue bersama salah seorang temen gue saat masih duduk di kelas 2 SMK semester satu pada tahun 2012. Ketika itu juga, pikiran gue mulai melayang mengenang masa-masa saat gue duduk di kelas 2 SMK.
Kelas 2 SMK.
Hmm..
Gue ingat akan suatu hal!
Jadi, pada pertengahan tahun 2013, hadir seorang guru bahasa inggris baru di sekolah gue. Seorang laki-laki berambut tipis yang kalo pipis berdiri, dengan postur badan yang kurus dan menurut gue umurnya sekitar 30 ke atas.
Di sini gue nggak bakal ngasi tau nama guru baru tersebut. Kita sebut saja namanya Bapak Juan. Memang itu sih nama sebenernya.
Awal perkenalan, beliau tidak menyebutkan namanya. Ia hanya mengambil spidol dan menggambar bebas di dinding. Semua anak keheranan saat melihat papan tulis dengan tulisan dan gambar yang aneh.
Juan
7 + HO +
'' Ada yang tau nama saya? '' ujar beliau. Semua anak bengong saling pandang.
'' Nama saya, Juan Sihotang. ''
7 = tangga nada = Si
Ho
Gambar tang
Sihotang - __-
Semua anak ngakak bersamaan. Gue hanya nyengir sambil bergumam dalam hati,
YA ALLAH. KAYAK MAEN TEBAK GAMBAR :(
Secara penampilan seorang guru, Pak Juan ini cukup terlihat aneh. Di saat semua guru ingin tampil rapi, kece, bersih dan sopan dihadapan murid, Pak Juan malah berpenampilan acak adul. Kemeja lengan panjang kusut, ujung kemeja mencuat keluar dari celana di bagian pinggang, ujung tali pinggang melambai-lambai mesra, dan yang paling parahnya Pak Juan suka memakai celana dengan posisi di pinggul. Anjay.
Kalo gue khilaf gimana coba? Bisa-bisa gue pelorotin juga celananya. Astagfirulloh.
Tidak hanya itu gaes, dalam berkomunikasi saat menyampaikan pelajaran juga aneh. Bisa gitu yang awalnya bersuara pelan, lemah lembut, datar kayak dada, eh tiba-tiba suaranya nyaring teriak.
Kayak dari nada do rendah ke do tinggi.
'' Nah, dari pelajaran yang TADI SAYA JELASKAN, kalian semua NGERTI kan? Kalo NGGAK ADA yang ngerti, KALIAN bisa angkat TANGAN DAN bertanya kepada SAYA! ''
Gue yang megang tombak langsung ngambil ancang-ancang mau nombak mulutnya.
Asli. Denger suaranya kayak naik roller coaster. Memacu adrenalin. Bikin jantung kaget tiba-tiba.
***
Pagi itu, gue dipanggil oleh ketua yayasan untuk menemuinya di ruangan beliau. Gue deg degan parah. Gue mencoba mengingat-ingat kesalahan apa yang gue lakukan sebagai siswi di sekolah ini. Enggak ada. Gue nggak ngelakuin kesalahan apapun.
Dengan mengenakan seragam lengkap tanpa dasi, tanpa lambang osis serta menggunakan jilbab abu-abu, iya di sekolah gue jilbabnya suka-suka gitu. Mau pake seragam pramuka jilbabnya ungu ya silahkan. Mau pake baju olahraga dan jilbab pashmina ya silahkan. Bebaaasss. Asal nggak pake mukenah aja sih. Itu mah mau teraweh.
Setelah bertemu dengan Ibu yayasan, ketakutan gue mencair. Ternyata beliau hanya meminta gue untuk bersedia menjadi peserta olimpiade. Bukan meminta sih sebenernya, tapi memaksa. Daripada gue di DO karena tidak memenuhi permintaannya, akhirnya gue bersedia menjadi peserta olimpiade yang diadakan oleh salah satu unniversitas ternama di Riau.
Tujuan gue cuma satu, biar bisa ngeliat kakak-kakak ganteng yang jadi panitia di kampus nanti. Hanya itu.
Dan ternyata yang menjadi guru pembimbing gue selama mengikuti olimpiade adalah Pak Juan dan Miss Lalaine. Miss Lalaine salah satu guru expat dari Philipina. Sumpah, mirip banget sama Ariel Tatum. Cakep.
Karena akan mengikuti olimpiade, maka setiap sore, gue bersama beberapa teman harus balik ke sekolah untuk mengikuti latihan menjelang olimpiade. Semuanya berjalan lancar. Ya meskipun ada beberapa temen gue yang suka ngilang waktu latihan.
Suatu hari, Indra, temen gue nggak hadir di jadwal latihan. Indra seorang cowok yang kalo kalian buka laptopnya niscaya, kalian akan mual nggak karuan. Bukaaan. Indra bukan menyimpan file terlarang. Hanya saja di dalam laptopnya penuh dengan video klip boyband korea yang mukanya putih putih menggelikan.
Why Indra?? Why?
Karena Indra, salah seorang peserta olimpiade belum datang, maka latihan pun belum bisa dimulai. Sampai akhirnya Pak Juan menemui gue.
'' Wulan, saya boleh minjam hp kamu? Saya nggak ada pulsa untuk nelfon Indra. ''
Gue yang waktu itu lagi sok serius main scrabble di sela-sela latihan langsung menyodorkan hp ke Pak Juan.
'' Ini Pak, nomor Indra ada di kontak saya. ''
'' Iya, makasih ya. ''
***
Beberapa hari setelah itu, gue yang baru pulang sekolah siang itu langsung mencari hp di meja belajar. Gue anaknya dulu taat peraturan banget, nggak berani bawa hp ke sekolah. Bukan apa-apa sih,temen-temen gue mah enak, waktu razia gampang banget nyembunyiin hp di beha, sedangkan gue nggak bisa. Kalo gue ikut nyembunyiin hp di beha, guru-guru pasti menaruh curiga ke gue.
Keliatan banget dada gue yang rata kok tiba-tiba nonjol. Bentuknya segiempat lagi. Sebelum dituduh nyembunyiin hp di dalam beha, mungkin para guru lebih dulu menuduh gue karena telah melakukan suntik silikon.
Jadi, kebiasaan gue setelah pulang sekolah adalah mantengin hp. Ngeliat sms dari pacar. Pacar orang.
Siang itu, sebuah sms dari nomor asing masuk ke hp gue.
Selamat siang, Wulan.
Iya. Ini siapa ya?
Ini Rio.
Rio mana?Rio anak SMA 1. Tinggalnya di perumahan GSA.
Oh, dapat nomer aku dari siapa?
Ada deh. Memang kenapa? Nggak boleh ya kenalan sama kamu.
Kira-kira begitulah sms perkenalan gue dengan si Rio yang entah darimana bisa dapat nomer gue. Keesokan harinya, saat di jalan hendak berangkat ke sekolah untuk latihan, gue kembali mendapat sms dari Rio.
Wulan, kamu lagi ngapain?
Lagi mau latihan ke sekolah.
Oh, latihan apa?
Latihan olimp.
Oh, udah makan?
Udah.
Hampir setiap waktu Rio mengirim sms ke gue. Rada risih juga. Tapi gapapa, gue cukup menikmatinya. Yakali aja bisa dijadiin gebetan. Apalagi dia anak SMA 1. Di daerah gue, anak-anak cowo SMA 1 terkenal dengan kegantengannya. Uwuwuw
Sampai suatu sore di hari terakhir latihan, sekitar pukul setengah enam, dimana anak-anak lain sudah pulang dan menyelesaikan latihan untuk hari itu, langkah kaki gue terhenti saat Pak Juan memanggil gue.
Gue yang masih membereskan lembaran kertas yang berserakan di atas meja sontak langsung memberhentikan kegiatan yang gue lakukan. Langit semakin gelap. Sekolahan terlihat sepi.
'' Wulan. ''
'' Saya, Pak? ''
'' Iya, kamu. ''
'' Ada apa ya, Pak? ''
'' Saya minta nomor hp kamu boleh? ''
'' Engg, buat apa Pak? ''
'' Buat ngasi info tentang olimpiade ini. Besok pagi kita udah harus berangkat kan? ''
'' Oh iya Pak, nomer saya 08xxxxxx ''
Pak Juan mengetik keypad di hpnya bersamaan dengan deretan angka yang gue lontarkan dari mulut.
Dan tiba-tiba saja, hp gue berdering.
'' Itu nomer saya ya, '' ujarnya mantap.
Gue merogoh isi tas. Mengeluarkan hp dan melihat tulisan yang tertera di layar hp gue.
'' RIO INCOMING CALL ''
WATDEFF....
Gue terdiam.
Mampus gue!
Gue sama sekali nggak berani menatap wajah lelaki yang ada di hadapan gue. Panggilan masuk yang tertera di layar hp, seakan membuat gue terhipnotis kaku. Rio incoming call. RIO. Oh noooooo
Sumpah, dalam situasi saat itu gue takut bukan main. Apalagi saat itu di dalam ruangan hanya ada gue dan Pak Juan. Di luar sepi. Sore itu sangat sepi.
'' Pak, saya pulang ya. Sudah magrib. ''
'' Iya, iya silahkan. '' Senyum bahagia terpancar dari wajah Pak Juan.
Gue langsung bergegas pulang dan mempercepat langkah kaki menuju gerbang sekolah. Dalam perjalanan pulang, bayangan tentang siswa SMA 1 yang ganteng ganteng rupawan itu musnah seketika.
Asli. Gue nggak habis pikir. Apa coba tujuan dia smsin gue dengan menyamar sebagai anak sekolah?
Dan lambat laun gue baru sadar, gue yakin sebelum menyamar sebagai Rio si anak sekolahan, Pak Juan mengambil nomor gue saat ia berpura-pura meminjam hp gue untuk menelfon Indra.
Ya Allah tolong. Gue gamau digoda om-om. Kecuali om-om berduit. Gak, nggak gitu. :(
Dan entah kenapa di antara banyak kisah dan cerita seru saat duduk di kelas 2 SMK, hanya cerita menyedihkan ini yang selalu teringat di dalam pikiran gue.