Udah seminggu lebih gue meninggalkan blog ini. Sedih ya.
Ikut hadir di acara wisudaan kakak adalah salah satu penyebab dari gue yang menelantarkan blog ini. Wisuda yang diadakan di Padang cukup membuat gue sempat merasa kelelahan dan capek di jalan. Alhasil baru sekarang gue bisa kembali menulis. Huhu
Perjalanan ke Padang yang biasanya hanya memakan waktu 9 atau 10 jam, ternyata kali ini berbeda. Perjalanan gue dari Pekanbaru ke Padang kali ini harus memakan waktu selama 12 jam. Berangkat jam 4 sore, sampai di Padang jam 4 subuh. Mantap.
Sore itu sebelum berangkat, kami menyempatkan diri untuk menjemput kakak yang saat itu lagi menghadiri sebuah acara Expo. Hari jadi kota tercinta.
Setelah semua anu dimasukkan ke dalam mobil, kami berangkat cus menuju acara Expo. Dan momen terkampretnya, kakak gue bertingkah. Sudah bolak-balik ditelfon, eh malah nggak diangkat. Gue juga sudah sms. Tapi nggak dibales. Kalo nggak salah isi sms gue gini, '' Sis, order barang lagi yuk. Fast respond. '' Gitu.
Akhirnya, mau nggak mau dan sebagai adik yang masuk dalam nominasi adik terbaik dan tersabar gue pun turun dan masuk ke dalam acara Expo. Gue tau, banyak tatapan heran orang-orang yang melihat gue ketika itu. Gimana enggak, gue turun cuma pake sendal jepit cokelat, pake rok hitam, pake baju cokelat, jilbab cokelat, plus tampang wajah pertanda kiamat. Kayak orang kena azab gitu.
Ada dua pintu yang gue temukan. Yang satu pintunya cukup jauh, yang satu lagi pintu yang sudah tepat berada di hadapan gue. Gue pun memilih masuk dari pintu yang ada di depan gue.
Celingukan ke sana sini.
Muter-muter kayak orang goblok.
Mulut mangap, siap-siap manggil kakak gue kalo ketemu.
Lama juga gue celingukan.
Sampai pada akhirnya kaki gue mulai menuju ke pintu keluar. Pintu yang tadi berada cukup jauh dari gue saat di luar.
Bodo amat kakak gue nggak ketemu. Yang penting gue bisa ke Padang, ketemu abang ganteng. Kakak gue nggak usah ikut juga nggak papa.
Tapi berhubung gue ke Padang karena acara wisudaan kakak, terpaksa gue memperlambat langkah dan mencari-cari kakak gue lagi. Gue jalan menuju pintu keluar sambil ngotak-ngatik hp. Biar keliatan kayak orang sibuk. Cemas. Gitu-gitu dah.
Pas gue mau keluar dari pintu, gue melihat dia. Kakak gue. Lagi asyik mainin hp sambil sekali-sekali ngobrol dengan abang-abang.
'' Golut! '' teriak gue dengan pedenya.
Kakak gue menoleh. Ketahuilah gaes, ''Golut'' itu nama panggilan jelek dia di rumah. Gue yang namain. Alhasil sampe sekarang orang serumah ikutan manggil dia dengan panggilan itu.
'' Golut, cepat! '' panggil gue lagi.
Kakak gue sedikit melotot. Gue tahu, dia malu saat gue manggil dia dengan sebutan itu. Hahahaa..
Jam 4 sore akhirnya kita cus berangkat ke Padang. Kebetulan hari itu hari pertama gue datang bulan dan gue belum makan siang sama sekali. Lengkap sudah. Perut gue sakit nggak karuan. Bukan, bukan karena gue mual atau mabuk perjalanan.
Gue anaknya strong. Kuat. Gue mabuk kalau naik taksi doang. Nggak tau kenapa. Karena taksi pendek dan kecil kali ya. Bisa disimpulkan, gue nggak suka yang pendek-pendek dan yang kecil-kecil.
Iya taksi maksud gue. Bukan yang lain.
Jam empat subuh, alhamdulillah gue dan keluarga sudah sampai di Padang. Di rumah bukde. Tanpa babibu gue langsung nyari bantal dan tepar.
Kamis, 08 Oktober.
Hari pertama gue di Padang biasa saja. Gue kebanyakan tidur, istirahat, sarapan, mandi dan tidur lagi. Nggak ada yang seru.
Jumat, 09 Oktober.
Siang di hari ini, gue menjemput kakak yang sedari pagi sedang latihan wisuda di Universitas Andalas Padang. Unand yang terletak di dataran tinggi cukup membuat gue merasa kedinginan. Udaranya sejuk.
Dalem hati gue berharap semoga kejadian '' Adik mencari kakak '' yang terjadi di acara Expo kemarin bisa terjadi lagi di sini. Lumayan bisa keliling liat abang ganteng.
Tapi sayang, visi dan misi gue untuk melihat abang ganteng dan dosen muda hari itu terpaksa batal. Kakak gue ternyata udah nunggu di luar. Itu berarti nggak ada acara gue turun dan nyari nyari kakak lagi. Huh.
Sore ini, ibu berencana untuk mengajak kami semua ke Pantai. Pantai asuhan. Mulangin gue.
Enggak deng.
Beneran pantai.
Selama perjalanan gue cukup sedih saat mengetahui hujan turun rintik-rintik. Nggak bisa ke pantai.
Tapi untung saja, saat kami sampai di pantai, hujan mulai reda.
Hal yang pertama kali terucap dari mulut gue saat sampai dan turun di pantai adalah,
'' BUSET KENAPA PAKE PETIR SEGALA? MAU HUJAN LAGI NIH. HUWAA ''
Gue bete. Kesel.
Gue langsung nyari kursi dan melemparkan pandangan ke ombak. Satu hal yang bisa gue simpulkan saat itu,
Ternyata suara petir dan suara debur ombak beda tipis ya?
Gue.
Malu.
Bener-bener.
Lagi-lagi gue kecewa saat melihat daftar menu yang di sodorkan ibu ke gue.
KOK NGGAK ADA SATE KERANG SIH??
'' Sate kerang ndak ado kini ko. Malam ru nyo ado, '' ujar si ibu-ibu penjual. Gue menghela nafas. Sate kerang ada pas malam hari doang. Kenapa gitu sih?
Yang jual sate kerang kelelawar kali yak? Munculnya pas malam doang.
Yaudin, daripada nggak makan sama sekali akhirnya gue memesan pepsi. Makanan khas Padang yang isinya kerang beserta cangkangnya. Rasanya mantap sekaleh.

Selesai menyantap pepsi, gue langsung bergegas turun dan bermain air. Seru. Jarang-jarang gue ke pantai. Terakhir ke pantai 2 tahun yang lalu.
Di Pekanbaru nggak ada pantai sih.


Hampir dua jam lamanya gue jejingkrakan di pinggir pantai. Lari sana, lari sini. Setiap kali ada ombak, gue langsung kegirangan. Nggak tau deh, gue memang alay atau beneran kangen pantai. Entahlah.
Mendekati magrib, kita semua langsung bersih-bersih dan mencari kamar mandi yang memang hanya satu-satunya ada di sekitaran pantai.
Gue masuk kamar mandi.
Cuci kaki.
Cuci tangan.
Bersihin pasir yang nempel di celana.
Trus keluar.
'' Bara bu? ''
'' Limo ribu. ''
Gue dengan santainya mengeluarkan selembar uang lima ribu.
Kemudian gue berjalan meninggalkan kamar mandi.
Setelah agak jauh,
'' GILAK, MAHAL AMAT CUCI KAKI DOANG LIMA RIBU? TAU GITU GUE SEKALIAN MANDI TADI. ''
Sabtu, 10 Oktober
Di hari ini gue bener-bener harus ekstra strong. Bayangin aja, gue tidur kemarin malam jam setengah duabelas. Jam empat subuh gue bangun bersamaan dengan kakak gue dan kak Putri. Mereka sengaja set alarm pukul 4 pagi. Soalnya harus dandan dulu segala macam persiapan untuk wisuda hari ini.
Mau nggak mau, gue terpaksa ikutan bangun di jam 4 subuh itu. Gue turun ke bawah, mandi.
Nggak kebayang gimana dinginnya cuaca di daerah Padang. Ditambah lagi gue harus mandi di jam 4 subuh. Dinginnya wow. Tapi gue strong.
Cuma dingin doang elaah.
Selesai mandi, gue melongo duduk di tepi tempat tidur.
'' Betewe, gue ngapain mandi jam segini? Mau dandan? Kan gue nggak ikut wisudaan? ''
Bodo amat.
Gue langsung ikutan dandan dengan kakak gue dan kak Putri. Kamar yang semula rapi dan bersih mendadak hancur berantakan. Suasana kamar heboh rek.
Baju dimana-mana, make up dimana-mana, makanan cemilan sisa tadi malam, gantungan baju berserakan, hati juga hancur berantakan, berkeping-keping.
Setelah selesai make up dan jarum jam menunjukkan pukul tujuh lewat, kita semua langsung cus berangkat menuju Unand. Tempat dimana acara wisuda itu diadakan.
Sebenernya acara wisuda akan dimulai pukul delapan. Tapi ayah sengaja ngajak berangkat agak cepetan, soalnya lokasi Unand cukup jauh. Belum lagi macet di jalanan.
Tidak lama kemudian, kita semua sampai di Unand. Rame bener kayak tawuran. Kiri kanan sepanjang jalan udah penuh dengan mobil-mobil dan pedagang.
Saat berada di tengah-tengah macet sambil mencari posisi parkir, ibu langsung berkata.
'' Yaudah, kita turun di sini aja yuk. ''
Kakak gue, ibu, kak Putri, dan ibu kak Putri turun tepat di depan halaman gedung. Gue melongo. Diem. Mau ikutan turun juga, tapi nggak bisa cepet-cepet. Ribet. Soalnya waktu itu gue pake dress panjang dan heels. Baru saja gue menggeser posisi duduk dan hendak membuka pintu, eh mobil di belakang malah membunyikan klakson sebanyak mungkin.
Terpaksa deh, gue tetep di dalam mobil.
Tinggalah gue dan ayah yang sibuk mencari posisi parkir. Sumpah, jalanannya padat bener. Nyari parkir sama kayak nyari jodoh. Susah.
Akhirnya setelah hampir 10 menit, barulah ayah menemukan posisi parkir yang pas. Jauh. Adanya di pojokan jalan.
Gue turun dan langsung menelan ludah.
Saat itu gue harus berjalan kaki menuju gedung. Jalan kaki pake heels dan dress.
Gue deg degan banget. Takut jatuh. Mana orang rame bener di sekitar jalan. Gue harus berjalan kaki sekitar 500 meter untuk sampai ke gedung.
Ya Allah, cobaan apa lagi ini -_-
Gue jalan sendirian. Tadinya sih sama ayah, tapi ayah udah duluan melesat jalan sementara gue tertinggal dengan gaya jalan yang kaku dan muka penuh cemas.
Satu kalimat yang gue ucapkan berulang kali selama berjalan kaki menuju gedung.
'' Ya Allah, jangan sampai jatuh. Jangan sampai. ''
Setelah melewati perjalanan yang menegangkan itu, akhirnya gue sampai di halaman gedung.
Lagi-lagi gue kayak orang bego. Gue kehilangan ayah, ibu, kakak, kak Putri dan ibu kak Putri. Pengen nangis aja rasanya.
Gue mengedarkan pandangan ke sekeliling. Nggak ada yang gue kenal. Yaiyalah, ini kan di kota orang. Huuwaaaaaa
Gue celingukan sana-sini sambil mainin hp. Update status. " dUcH, guEh KeCepi4n NicH. mErekHa cmUwa keMana YaCh! ''
Enggak. Gue nggak sealay itu. Gue anaknya penuh wibawa dan bijaksana.
Gue jalan pelan sambil mainin hp. Pura-pura maninin hp sih sebenernya. Biar nggak keliatan banget lagi kehilangan keluarga.
Gue sempat berfikir, apa jangan-jangan ini semua memang rencana ibu dan ayah. Meninggalkan gue sendirian hingga tersesat di kota Padang ini. Mungkin mereka sudah lelah punya anak kayak gue dan tega menelantarkan gue. Huhuuu
Saat itu, gue berusaha stay cool. Cukup banyak para mahasiswa beserta keluarganya yang sibuk berfoto-foto di depan papan bunga. Ada juga yang selfie-selfie. Ada juga yang pelukan-pelukan. Tapi gue tetep lanjut melangkahkan kaki masuk ke dalam lorong gedung. Entah mau kemana.
'' Lan.. sini ayo. '' Gue menoleh ke belakang. Alhamdulillah gue nggak ditelantarkan. Ibu terlihat melambaikan tangannya ke arah gue.
Gue berputar arah dan buru-buru mengejar ibu.
SIAL.
Gue terlambat. Ibu udah menghilang lagi entah kemana.
Itu ibu atau bukan sih? Kok menghilangnya cepet banget. Jangan-jangan itu malaikat? Malaikat izrail?
Lagi-lagi gue kehilangan jejak ibu. Gue sendirian lagi entah mau kemana. Lagian kemarin di undangan wisuda, gue ngeliat kalau undangan itu hanya untuk dua orang. Kedua orangtua atau wali.
Lah kalo gitu gue ngapain ikut dong? Sia-sia dong gue mandi jam 4 subuh? Trus gue ngapain di sini? Ngapain??
Akhirnya gue langsung menelfon ayah. Ayah bilang kalo acaranya sudah mulai. Oke akurapopo. Itu artinya gue harus nunggu di luar aula sendirian. Gue langsung mencari kursi di sebelah pintu Aula. Alhamdulillah dapat. Gue langsung duduk walaupun lebih terlihat kayak tukang jagain pintu.
Kalau pun gue tukang jagain pintu, percayalah itu pintu surga di kahyangan. Soalnya yang jaga pintunya kan bidadari. Uhuk.
Oh iya, dari dua kursi di posisi gue duduk ini, ada seorang cowok yang ikutan duduk. Cakep bet. Pake kacamata. Kacamatanya turun dikit di hidung. Minta dibenerin banget itu posisi kacamata. Cowoknya gemes. Peluk-able gitu. Uwuwwuw.
Tapi si cowok kacamata itu cuma bentaran doang duduk di dekat gue.
Pokoknya selama di wisudaan kakak, gue cukup banyak menderita. Gue sebutin nih ya.
1. Jalan 500 meter pake heels sendirian.
2. Kehilangan keluarga di lingkungan Unand. Sendirian. Kayak orang bego kuadrat.
3. Belum sarapan. Sakit perut.
4. Nggak bawa dompet.
5. Nunggu di samping pintu aula.
6. Panas.
7. Nggak bisa ketemu abang abang ganteng.
8.Nggak bisa ketemu abang abang ganteng.
9.Nggak bisa ketemu abang abang ganteng.
10.Nggak bisa ketemu abang abang ganteng.
Sedih deh pokoknya.
Saat jam menunjukkan pukul setengah duabelas, barulah akhirnya ayah menelfon gue dan mengajak gue masuk. Masuk dari pintu samping aula. Kayak sapi selundupan.
Dan tepat setelah adzan zuhur, acara wisuda itu selesai. Semua orang berhamburan keluar juga para tamu undangan. Berdesak-desakan. Sumpek. Panas.
Karena nggak mau ikut berdesakan, akhirnya gue memilih untuk menyingkir ke pinggir. Satu hal yang nggak bisa gue lupain di saat itu.
Pantat gue di grepe.
Pas gue noleh ke belakang, eh ada anak kecil cowok yang ketawa cengengesan. Rada kesel sih. Gue bales senyum juga ke si anak kecil cowok tersebut.
Apaan coba grepe grepe pantat orang? Kayaknya baju gue nggak ketat deh. Kenapa dia grepein gue? Kenapa harus gue dari sekian banyak pantat orang-orang di sini? Kenapa guee??
Apa faktor-faktor yang menyebabkan si anak kecil itu lebih memilih pantat gue daripada banyak pantat orang lain di sini?
HUH. Masih kecil aja udah mesum. Yang kayak gini nih calon generasi penerus Darma.
Gue kesel. Tapi enak.
Eh enggak deng.
Sepulang dari acara wisudaan itu, kakak dan kak Putri mengajak kami semua ke pantai. Kali ini pantainya beda. Tapi gue lupa nama pantainya. Yang jelas nggak ada kamar mandi yang-kalo-cuma-cuci-kaki-doang-bayarnya-lima-ribu.
Banyak banget mata orang yang ngeliatin kami bertiga saat kami berjalan menuruni batu karang menuju pasir pantai.
Aneh.
Kakak gue dan kak Putri saat itu sedang mengenakan kebaya. Sementara gue mengenakan dress panjang. Yakeles ada orang ke pantai dengan penampilan begitu.
Tapi nggak apa-apa. Yang penting bisa ke pantai.
Dan lagi-lagi gue kecewa. Sebagai perempuan nan kiyut gue merasa gagal saat belum menemukan sate kerang. Penjual di sana bilang sate kerang cuma ada pas malam hari doang.
Huhuuu..
Yaudah deh makin lama diterusin ntar bakal makin banyak penderitaan yang tertulis di sini. Sedih deh pokoknya.
Ikut hadir di acara wisudaan kakak adalah salah satu penyebab dari gue yang menelantarkan blog ini. Wisuda yang diadakan di Padang cukup membuat gue sempat merasa kelelahan dan capek di jalan. Alhasil baru sekarang gue bisa kembali menulis. Huhu
Perjalanan ke Padang yang biasanya hanya memakan waktu 9 atau 10 jam, ternyata kali ini berbeda. Perjalanan gue dari Pekanbaru ke Padang kali ini harus memakan waktu selama 12 jam. Berangkat jam 4 sore, sampai di Padang jam 4 subuh. Mantap.
Sore itu sebelum berangkat, kami menyempatkan diri untuk menjemput kakak yang saat itu lagi menghadiri sebuah acara Expo. Hari jadi kota tercinta.
Setelah semua anu dimasukkan ke dalam mobil, kami berangkat cus menuju acara Expo. Dan momen terkampretnya, kakak gue bertingkah. Sudah bolak-balik ditelfon, eh malah nggak diangkat. Gue juga sudah sms. Tapi nggak dibales. Kalo nggak salah isi sms gue gini, '' Sis, order barang lagi yuk. Fast respond. '' Gitu.
Akhirnya, mau nggak mau dan sebagai adik yang masuk dalam nominasi adik terbaik dan tersabar gue pun turun dan masuk ke dalam acara Expo. Gue tau, banyak tatapan heran orang-orang yang melihat gue ketika itu. Gimana enggak, gue turun cuma pake sendal jepit cokelat, pake rok hitam, pake baju cokelat, jilbab cokelat, plus tampang wajah pertanda kiamat. Kayak orang kena azab gitu.
Ada dua pintu yang gue temukan. Yang satu pintunya cukup jauh, yang satu lagi pintu yang sudah tepat berada di hadapan gue. Gue pun memilih masuk dari pintu yang ada di depan gue.
Celingukan ke sana sini.
Muter-muter kayak orang goblok.
Mulut mangap, siap-siap manggil kakak gue kalo ketemu.
Lama juga gue celingukan.
Sampai pada akhirnya kaki gue mulai menuju ke pintu keluar. Pintu yang tadi berada cukup jauh dari gue saat di luar.
Bodo amat kakak gue nggak ketemu. Yang penting gue bisa ke Padang, ketemu abang ganteng. Kakak gue nggak usah ikut juga nggak papa.
Tapi berhubung gue ke Padang karena acara wisudaan kakak, terpaksa gue memperlambat langkah dan mencari-cari kakak gue lagi. Gue jalan menuju pintu keluar sambil ngotak-ngatik hp. Biar keliatan kayak orang sibuk. Cemas. Gitu-gitu dah.
Pas gue mau keluar dari pintu, gue melihat dia. Kakak gue. Lagi asyik mainin hp sambil sekali-sekali ngobrol dengan abang-abang.
'' Golut! '' teriak gue dengan pedenya.
Kakak gue menoleh. Ketahuilah gaes, ''Golut'' itu nama panggilan jelek dia di rumah. Gue yang namain. Alhasil sampe sekarang orang serumah ikutan manggil dia dengan panggilan itu.
'' Golut, cepat! '' panggil gue lagi.
Kakak gue sedikit melotot. Gue tahu, dia malu saat gue manggil dia dengan sebutan itu. Hahahaa..
Jam 4 sore akhirnya kita cus berangkat ke Padang. Kebetulan hari itu hari pertama gue datang bulan dan gue belum makan siang sama sekali. Lengkap sudah. Perut gue sakit nggak karuan. Bukan, bukan karena gue mual atau mabuk perjalanan.
Gue anaknya strong. Kuat. Gue mabuk kalau naik taksi doang. Nggak tau kenapa. Karena taksi pendek dan kecil kali ya. Bisa disimpulkan, gue nggak suka yang pendek-pendek dan yang kecil-kecil.
Iya taksi maksud gue. Bukan yang lain.
***
Kamis, 08 Oktober.
Hari pertama gue di Padang biasa saja. Gue kebanyakan tidur, istirahat, sarapan, mandi dan tidur lagi. Nggak ada yang seru.
Jumat, 09 Oktober.
Siang di hari ini, gue menjemput kakak yang sedari pagi sedang latihan wisuda di Universitas Andalas Padang. Unand yang terletak di dataran tinggi cukup membuat gue merasa kedinginan. Udaranya sejuk.
Dalem hati gue berharap semoga kejadian '' Adik mencari kakak '' yang terjadi di acara Expo kemarin bisa terjadi lagi di sini. Lumayan bisa keliling liat abang ganteng.
Tapi sayang, visi dan misi gue untuk melihat abang ganteng dan dosen muda hari itu terpaksa batal. Kakak gue ternyata udah nunggu di luar. Itu berarti nggak ada acara gue turun dan nyari nyari kakak lagi. Huh.
Sore ini, ibu berencana untuk mengajak kami semua ke Pantai. Pantai asuhan. Mulangin gue.
Enggak deng.
Beneran pantai.
Selama perjalanan gue cukup sedih saat mengetahui hujan turun rintik-rintik. Nggak bisa ke pantai.
Tapi untung saja, saat kami sampai di pantai, hujan mulai reda.
Hal yang pertama kali terucap dari mulut gue saat sampai dan turun di pantai adalah,
'' BUSET KENAPA PAKE PETIR SEGALA? MAU HUJAN LAGI NIH. HUWAA ''
Gue bete. Kesel.
Gue langsung nyari kursi dan melemparkan pandangan ke ombak. Satu hal yang bisa gue simpulkan saat itu,
Ternyata suara petir dan suara debur ombak beda tipis ya?
Gue.
Malu.
Bener-bener.
Lagi-lagi gue kecewa saat melihat daftar menu yang di sodorkan ibu ke gue.
KOK NGGAK ADA SATE KERANG SIH??
'' Sate kerang ndak ado kini ko. Malam ru nyo ado, '' ujar si ibu-ibu penjual. Gue menghela nafas. Sate kerang ada pas malam hari doang. Kenapa gitu sih?
Yang jual sate kerang kelelawar kali yak? Munculnya pas malam doang.
Yaudin, daripada nggak makan sama sekali akhirnya gue memesan pepsi. Makanan khas Padang yang isinya kerang beserta cangkangnya. Rasanya mantap sekaleh.

Selesai menyantap pepsi, gue langsung bergegas turun dan bermain air. Seru. Jarang-jarang gue ke pantai. Terakhir ke pantai 2 tahun yang lalu.
Di Pekanbaru nggak ada pantai sih.


Hampir dua jam lamanya gue jejingkrakan di pinggir pantai. Lari sana, lari sini. Setiap kali ada ombak, gue langsung kegirangan. Nggak tau deh, gue memang alay atau beneran kangen pantai. Entahlah.
Mendekati magrib, kita semua langsung bersih-bersih dan mencari kamar mandi yang memang hanya satu-satunya ada di sekitaran pantai.
Gue masuk kamar mandi.
Cuci kaki.
Cuci tangan.
Bersihin pasir yang nempel di celana.
Trus keluar.
'' Bara bu? ''
'' Limo ribu. ''
Gue dengan santainya mengeluarkan selembar uang lima ribu.
Kemudian gue berjalan meninggalkan kamar mandi.
Setelah agak jauh,
'' GILAK, MAHAL AMAT CUCI KAKI DOANG LIMA RIBU? TAU GITU GUE SEKALIAN MANDI TADI. ''
Sabtu, 10 Oktober
Di hari ini gue bener-bener harus ekstra strong. Bayangin aja, gue tidur kemarin malam jam setengah duabelas. Jam empat subuh gue bangun bersamaan dengan kakak gue dan kak Putri. Mereka sengaja set alarm pukul 4 pagi. Soalnya harus dandan dulu segala macam persiapan untuk wisuda hari ini.
Mau nggak mau, gue terpaksa ikutan bangun di jam 4 subuh itu. Gue turun ke bawah, mandi.
Nggak kebayang gimana dinginnya cuaca di daerah Padang. Ditambah lagi gue harus mandi di jam 4 subuh. Dinginnya wow. Tapi gue strong.
Cuma dingin doang elaah.
Selesai mandi, gue melongo duduk di tepi tempat tidur.
'' Betewe, gue ngapain mandi jam segini? Mau dandan? Kan gue nggak ikut wisudaan? ''
Bodo amat.
Gue langsung ikutan dandan dengan kakak gue dan kak Putri. Kamar yang semula rapi dan bersih mendadak hancur berantakan. Suasana kamar heboh rek.
Baju dimana-mana, make up dimana-mana, makanan cemilan sisa tadi malam, gantungan baju berserakan, hati juga hancur berantakan, berkeping-keping.
Setelah selesai make up dan jarum jam menunjukkan pukul tujuh lewat, kita semua langsung cus berangkat menuju Unand. Tempat dimana acara wisuda itu diadakan.
Sebenernya acara wisuda akan dimulai pukul delapan. Tapi ayah sengaja ngajak berangkat agak cepetan, soalnya lokasi Unand cukup jauh. Belum lagi macet di jalanan.
Tidak lama kemudian, kita semua sampai di Unand. Rame bener kayak tawuran. Kiri kanan sepanjang jalan udah penuh dengan mobil-mobil dan pedagang.
Saat berada di tengah-tengah macet sambil mencari posisi parkir, ibu langsung berkata.
'' Yaudah, kita turun di sini aja yuk. ''
Kakak gue, ibu, kak Putri, dan ibu kak Putri turun tepat di depan halaman gedung. Gue melongo. Diem. Mau ikutan turun juga, tapi nggak bisa cepet-cepet. Ribet. Soalnya waktu itu gue pake dress panjang dan heels. Baru saja gue menggeser posisi duduk dan hendak membuka pintu, eh mobil di belakang malah membunyikan klakson sebanyak mungkin.
Terpaksa deh, gue tetep di dalam mobil.
Tinggalah gue dan ayah yang sibuk mencari posisi parkir. Sumpah, jalanannya padat bener. Nyari parkir sama kayak nyari jodoh. Susah.
Akhirnya setelah hampir 10 menit, barulah ayah menemukan posisi parkir yang pas. Jauh. Adanya di pojokan jalan.
Gue turun dan langsung menelan ludah.
Saat itu gue harus berjalan kaki menuju gedung. Jalan kaki pake heels dan dress.
Gue deg degan banget. Takut jatuh. Mana orang rame bener di sekitar jalan. Gue harus berjalan kaki sekitar 500 meter untuk sampai ke gedung.
Ya Allah, cobaan apa lagi ini -_-
Gue jalan sendirian. Tadinya sih sama ayah, tapi ayah udah duluan melesat jalan sementara gue tertinggal dengan gaya jalan yang kaku dan muka penuh cemas.
Satu kalimat yang gue ucapkan berulang kali selama berjalan kaki menuju gedung.
'' Ya Allah, jangan sampai jatuh. Jangan sampai. ''
Setelah melewati perjalanan yang menegangkan itu, akhirnya gue sampai di halaman gedung.
Lagi-lagi gue kayak orang bego. Gue kehilangan ayah, ibu, kakak, kak Putri dan ibu kak Putri. Pengen nangis aja rasanya.
Gue mengedarkan pandangan ke sekeliling. Nggak ada yang gue kenal. Yaiyalah, ini kan di kota orang. Huuwaaaaaa
Gue celingukan sana-sini sambil mainin hp. Update status. " dUcH, guEh KeCepi4n NicH. mErekHa cmUwa keMana YaCh! ''
Enggak. Gue nggak sealay itu. Gue anaknya penuh wibawa dan bijaksana.
Gue jalan pelan sambil mainin hp. Pura-pura maninin hp sih sebenernya. Biar nggak keliatan banget lagi kehilangan keluarga.
Gue sempat berfikir, apa jangan-jangan ini semua memang rencana ibu dan ayah. Meninggalkan gue sendirian hingga tersesat di kota Padang ini. Mungkin mereka sudah lelah punya anak kayak gue dan tega menelantarkan gue. Huhuuu
Saat itu, gue berusaha stay cool. Cukup banyak para mahasiswa beserta keluarganya yang sibuk berfoto-foto di depan papan bunga. Ada juga yang selfie-selfie. Ada juga yang pelukan-pelukan. Tapi gue tetep lanjut melangkahkan kaki masuk ke dalam lorong gedung. Entah mau kemana.
'' Lan.. sini ayo. '' Gue menoleh ke belakang. Alhamdulillah gue nggak ditelantarkan. Ibu terlihat melambaikan tangannya ke arah gue.
Gue berputar arah dan buru-buru mengejar ibu.
SIAL.
Gue terlambat. Ibu udah menghilang lagi entah kemana.
Itu ibu atau bukan sih? Kok menghilangnya cepet banget. Jangan-jangan itu malaikat? Malaikat izrail?
Lagi-lagi gue kehilangan jejak ibu. Gue sendirian lagi entah mau kemana. Lagian kemarin di undangan wisuda, gue ngeliat kalau undangan itu hanya untuk dua orang. Kedua orangtua atau wali.
Lah kalo gitu gue ngapain ikut dong? Sia-sia dong gue mandi jam 4 subuh? Trus gue ngapain di sini? Ngapain??
Akhirnya gue langsung menelfon ayah. Ayah bilang kalo acaranya sudah mulai. Oke akurapopo. Itu artinya gue harus nunggu di luar aula sendirian. Gue langsung mencari kursi di sebelah pintu Aula. Alhamdulillah dapat. Gue langsung duduk walaupun lebih terlihat kayak tukang jagain pintu.
Kalau pun gue tukang jagain pintu, percayalah itu pintu surga di kahyangan. Soalnya yang jaga pintunya kan bidadari. Uhuk.
Oh iya, dari dua kursi di posisi gue duduk ini, ada seorang cowok yang ikutan duduk. Cakep bet. Pake kacamata. Kacamatanya turun dikit di hidung. Minta dibenerin banget itu posisi kacamata. Cowoknya gemes. Peluk-able gitu. Uwuwwuw.
Tapi si cowok kacamata itu cuma bentaran doang duduk di dekat gue.
Pokoknya selama di wisudaan kakak, gue cukup banyak menderita. Gue sebutin nih ya.
1. Jalan 500 meter pake heels sendirian.
2. Kehilangan keluarga di lingkungan Unand. Sendirian. Kayak orang bego kuadrat.
3. Belum sarapan. Sakit perut.
4. Nggak bawa dompet.
5. Nunggu di samping pintu aula.
6. Panas.
7. Nggak bisa ketemu abang abang ganteng.
8.Nggak bisa ketemu abang abang ganteng.
9.Nggak bisa ketemu abang abang ganteng.
10.Nggak bisa ketemu abang abang ganteng.
Sedih deh pokoknya.
Saat jam menunjukkan pukul setengah duabelas, barulah akhirnya ayah menelfon gue dan mengajak gue masuk. Masuk dari pintu samping aula. Kayak sapi selundupan.
Dan tepat setelah adzan zuhur, acara wisuda itu selesai. Semua orang berhamburan keluar juga para tamu undangan. Berdesak-desakan. Sumpek. Panas.
Karena nggak mau ikut berdesakan, akhirnya gue memilih untuk menyingkir ke pinggir. Satu hal yang nggak bisa gue lupain di saat itu.
Pantat gue di grepe.
Pas gue noleh ke belakang, eh ada anak kecil cowok yang ketawa cengengesan. Rada kesel sih. Gue bales senyum juga ke si anak kecil cowok tersebut.
Apaan coba grepe grepe pantat orang? Kayaknya baju gue nggak ketat deh. Kenapa dia grepein gue? Kenapa harus gue dari sekian banyak pantat orang-orang di sini? Kenapa guee??
Apa faktor-faktor yang menyebabkan si anak kecil itu lebih memilih pantat gue daripada banyak pantat orang lain di sini?
HUH. Masih kecil aja udah mesum. Yang kayak gini nih calon generasi penerus Darma.
Gue kesel. Tapi enak.
Eh enggak deng.
Sepulang dari acara wisudaan itu, kakak dan kak Putri mengajak kami semua ke pantai. Kali ini pantainya beda. Tapi gue lupa nama pantainya. Yang jelas nggak ada kamar mandi yang-kalo-cuma-cuci-kaki-doang-bayarnya-lima-ribu.
Banyak banget mata orang yang ngeliatin kami bertiga saat kami berjalan menuruni batu karang menuju pasir pantai.
Aneh.
Kakak gue dan kak Putri saat itu sedang mengenakan kebaya. Sementara gue mengenakan dress panjang. Yakeles ada orang ke pantai dengan penampilan begitu.
Tapi nggak apa-apa. Yang penting bisa ke pantai.
Dan lagi-lagi gue kecewa. Sebagai perempuan nan kiyut gue merasa gagal saat belum menemukan sate kerang. Penjual di sana bilang sate kerang cuma ada pas malam hari doang.
Huhuuu..
Yaudah deh makin lama diterusin ntar bakal makin banyak penderitaan yang tertulis di sini. Sedih deh pokoknya.
![]() |
| Nggak tau kenapa, di hari itu semuanya kompakan pake baju biru. Jodoh kali ya. |
![]() |
| Ciee yang di belakang ciee. Lagi pacaran -_- |
![]() |
| Yang lainnya sok candid. Hhahaa gue '' BODO AMAT '' (Raisa, ibu kak Putri, ibu Raisa, Kak Putri) |
![]() |
| Kapan-kapan ke sini lagi ya. Love you :* |





